BAB - 29: Confidential Leaked (2)

70 3 9
                                    

Yin dan Yang yang selalu diagungkan oleh para filsuf Tiongkok ternyata masih relevan hingga saat ini. Contoh paling gampang penggambaran Yin dan Yang ini adalah manusia, tidak ada yang hitam dan putih dalam diri mereka. Orang baik yang digambarkan sisi putih, punya secuil titik hitam di pinggir, itu adalah tanda bahwa mereka punya sisi gelap walau tidak banyak. Begitu juga di sisi hitam dengan lingkaran putih, manusia yang penuh dosa pasti ada setitik sisi baik yang dia punya.

Benar-benar kabar yang tak disangka sama sekali, dan Satya sudah memutuskan untuk pilih yang pertama. Alasannya adalah bagian ini lebih urgen untuk diselesaikan, sedangkan mereka minggu kemarin baru saja booking kamar di hotel yang sama. Jika pesan lagi, maka akan menimbulkan kecurigaan dan spekulasi aneh, bisa saja ada paparazzi di situ.

"Kenapa lagi? Untung aja gue belum booking hotel Raja Mahendra lagi. Soalnya kalau lo telpon dadakan gini pasti ada sesuatu." Suara Sarah terdengar di ponsel ketika Satya sedang menunggu lift.

"Pertama, Rahman ditangkap polisi dan nuduh gue yang laporin kasusnya dia. Aneh banget tahu nggak?"

"Aneh banget." Sarah setuju dengan Satya kali ini, "Dari kemarin-kemarin lo jarang ke kantor polisi. Kehidupan lo akhir-akhir ini nggak penuh dengan pesta hura-hura, malah ke pesta amal." Terdengar tawa renyah dari Sarah.

"Nah kan." Pintu lift terbuka dan Satya berjalan masuk. "Sejak Papi ambil dan blokir seluruh kartu kredit hitam dan saham gue di Grup Anggara, frekuensi pesta gue nggak sebanyak dulu. Lagipula, lo tahu sendiri kita lagi cari dalang perusak nama baik gue?"

Hanya respon heem dari seberang telepon. Selama lift bergerak turun, orang-orang sekitar mulai masuk sehingga komunikasi banyak putus nyambung. Mereka berdua memutuskan sambungan. Sarah mengirim pesan bahwa acara bisa ditunda keesokan harinya karena hari Seninnya tidak ada klien dan mengerahkan anak buahnya dalam proses renovasi toko.

Sesampainya di rubanah parkir dan menutup mobil Fortuner kesayangannya, baru dia menelepon Aziz dengan earbud bluetooth-nya.

"Akhirnya lo jawab juga telpon gue." Terdengar deheman Aziz sebagai respon bahwa panggilannya terjawab.

Mobil Fortuner hitam itu perlahan meninggalkan spot parkir kesayangannya. "Coba jelasin ke gue lebih rinci soal pesan yang lo kirim beberapa menit lalu."

"Ponsel gue ternyata masih bisa mengaktifkan aplikasi remote di laptop gue yang hilang. Wah ternyata laptop gue masih nggak rusak, jadilah gue utak-atik. Nah, pas itu ada pesan dari nama tak dikenal muncul ke laman chat gue. Isinya adalah percakapan Rahman dan admin Lambe Tempe via telepon. Teruslah gue lacak lebih rinci berdasarkan rentang waktu kejadian lo yang ciuman sama Terry pas di klub sebelum kejadian, sama dia yang kirim sex tape lo sama Sintia ke Bokap lo. Tidak hanya itu, ada Koko Tian juga ...."

Ucapan menggantung itu bikin Satya hampir kehilangan konsentrasi nyetir di jalan tol dalam kota, untung dia ambil jalur tengah. "Terus apa, Ziz? Lo kemana sih, malah ngilang gini ah elah."

Ada suara kemresek seperti sedang memasukkan barang dan resleting. "Sori lama, Sat. Nah, salah satu isi percakapannya dengan admin Lambe Tempe itu adalah bayaran fantastis soalnya lo dan Titi Suratna ini orang berpengaruh. Ya, gue telusuri ulang dong semuanya dari awal. Biar terjawab, gue minta pacar tercinta buat kembali ke apartemen Koko Tian. Tentu sudah izin dia ya, biar nggak ada gosip. Eh ... dugaan gue bener, ada kamera kecil di bawah meja makan Koko Tian sesuai dengan titik berdiri gue waktu mergokin dia. Ada satu lagi, di tas andalan gue juga ada kamera, tapi yang ini layarnya hitam, ada suara desahannya Koko sama si Tante itu aja."

"Terus yang gue sama Sintia, Ziz?"

"Sama modusnya, bedanya Lambe Tempe pakai nomor sekali pakai buat kirim ke nomor Bokap lo. Oh, ya, gue sudah motret kamera yang dipakai."

Reputasi | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang