Rasa khawatir ini masih belum sepenuhnya sirna dari benak Satya, entah kenapa ia takut terjadi apa-apa sama keluarganya. Maka ia meraih ponsel, meletakkannya di dudukan khusus yang berada di nakas lalu melaksanakan panggilan video grup keluarga. Tidak lama kemudian wajah mereka satu persatu muncul di layar, termasuk Mas Anton yang masih berbincang sebentar sama Sekretarisnya sambil menyerahkan dokumen. Tidak ada Mbak Tyas dan si Kembar karena mereka lagi sibuk dengan urusan masing-masing.
"Kalian ..." Satya berdeham sebentar, menetralisir semua rasa tidak enak tadi. "... apa kabar?"
"Kabar Mami baik, Sayang." Mami Kirani jawab lebih dulu sambil melepas anting emas kuning yang menutup keseluruhan lubang telinga itu. "Kamu sendiri gimana kabarnya, Nak? Sudah makan atau belum?"
"Lo kenapa dah?" sahut Mas Anton menghadap ke kamera yang Satya yakin itu kamera webcam. "Masalah apa lagi sekarang?"
Sejak kejadian penyerangan beberapa waktu lalu itu keluarga Anggara memperketat keamanan. Dulu yang hanya sekadar berjaga di samping, sekarang wajib mengawasi dari jauh dan bertindak jika ada penyerangan. Tidak lupa langsung laporan dalam bentuk real time. Sedikit saja kesalahan mereka langsung dipecat tanpa pesangon apa pun. Satya sendiri juga merasa kok dia diawasi, pernah dia sekali menangkap basah. Kemudian ia memperbolehkan karena hafal dengan muka orang tersebut.
"Iya, Satya. Bilang aja kali, Nak. Sekarang ada masalah apa yang terkait keluarga ini?" Herianto Anggara bersuara, kali ini lebih lunak walau intimidasinya masih menusuk sanubari Satya.
"Ini ...."
Percakapan mereka berempat teralih oleh asisten dan sekretaris masing-masing untuk bilang harus lihat media.
Mata Herianto Anggara menyipit curiga ke putra bungsunya. "Apalagi yang musuhmu perbuat kali ini, Sat?"
Panggilan Sat adalah pertanda bahaya baginya, sudah menjurus ke marah. Mata Herianto beralih ke ponsel, dan benar saja wajahnya berubah bengis. Kemudian diikuti oleh Kirani yang terkejut dan mata berkaca-kaca serta Anton Anggara yang pasang ekspresi marah yang terlihat konyol kalau dicampur kaget.
"Ini gimana bisa, Sat? Gue nggak pernah ya pake acara suap-suap buat bangun pabrik gini," seru Anton tidak terima. "Kurang ajar emang si Terry ini." Suara Anton diredam oleh sekretarisnya yang bisik-bisik dan perintah Anton untuk usir dan suruh panggil orang andalannya.
"Papi nggak pernah kenal yang namanya Sintia, dan demi Tuhan buat apa pula pakai manipulasi laporan keuangan kayak gini. Ngapain juga Papi selingkuh sama Sintia pakai uang perusahaan? Selingkuh buang-buang waktu banget." Ucapan Herianto diakhiri oleh geraman kecil.
"Ini, Pi, Mi, Mas." Satya berkata, mengembalikan atensi keluarganya. "Ini ulah Terry Amira Mahendra, orang yang menghancurkanku waktu itu. Dia tidak puas karena aku masih bisa bertahan, begitu juga dengan temanku. Maka dia menyerang keluarga kita sebagai perlawanan (semoga terakhir)."
"Lo sudah lapor polisi?" tanya Mas Anton sebagai tanggapan awal. Mami Papinya masih berkutat dengan panggilan lain yang melibatkan berita aneh tadi.
"Sudah, Mas." Satya mengangguk cepat, bikin Sang Kakak tersenyum takjub. "Polisi sampai sekarang lagi proses penyelidikan cari Terry, dan ternyata lewat Vika pun nggak mempan. Dia lagi kritis di rumah sakit sekarang."
"Astaga," gumam Kirani di tengah panggilan. "Anak Mahendra satu itu ... ku nggak nyangka dia bisa segila itu."
Kini Satya kembali diabaikan, terdengar saut-sautan suara yang kebanyakan kesal bahwa berita di luaran sana tidak benar. Mami sampai kesal karena acara donasinya ditunda, Papi sampai RUPS dadakan besok sama pemegang saham, Mas Anton dipanggil KPK setelah dapat panggilan yang bikin dia mendelik terus. Satu yang Satya suka dari keluarganya, mereka benar-benar kooperatif. Satya mau lanjut ngomong tapi ditahan Mas Anton karena beliau sepertinya lagi ngomong sama detektif swastanya lalu memanggil orang public relation grup Anggara untuk rapat dalam waktu sepuluh menit.
![](https://img.wattpad.com/cover/122335692-288-k506586.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reputasi | ✓
Mistério / Suspense[SERI PANDORA #3] (21+) Cover by: shadriella. Satya Narayan Anggara (28), adalah cowok humoris, ganteng, gampang bergaul, dan digadang-gadang menjadi penerus Grup Anggara. Sebelum itu, Satya bekerja sebagai supervisor divisi pemasaran untuk jenjan...