Satya mati-matian mengontrol rona merah dan hati berkecamuknya. Rasanya masih tidak terima bahwa perempuan itu melakukan hal keji yang menghancurkan harga dirinya di masa remaja dulu. Sekarang lebih dari sepuluh tahun berlalu dan perempuan itu sudah sukses, bahkan level suksesnya setingkat Ivan Gunawan atau Oscar Lawalata.
Satya mendengus. "Gue yakin, ini cewek pasti pakai cara nggak beres. Sungguh nggak masuk akal perempuan pencapaian kesuksesannya segitu. Padahal, harusnya masih level merintis."
"Lo iri apa begimana, Sob?" komentar Rahman diiringi tawa kecil. "Tingkat sukses orang mah beda-beda, Sat. Bisa aja dia dari kuliah sambil kerja paruh waktu dan dapat banyak perspektif dari desainer senior."
Aziz dan Koko Tian setuju dengan ucapan Rahman si badan besar.
Satya meluruskan kaki akibat terlalu lama duduk sila dengan dua tangan bertumpu ke belakang dan kepala terangkat. Tangannya daritadi sudah gatal karena gigitan nyamuk, ia merutuk diri sendiri karena lupa pakai lotion pencegah gigitan nyamuk. "Heh, teman sosialita gue yang dari nol aja belum tentu sesukses perempuan ular itu. Gue yakin, pasti ada bekingan-nya."
Koko Tian terkekeh ringan dengan menepuk telapak kaki teman lamanya tersebut. "Laki kok berburuk sangka melulu sih, Sat. Lo lagi stress sama kerjaan apa gimana?"
Koko Tian yang tampannya setara dengan Tio versi rambut klimis ini benar-benar tidak berubah dari dulu. Dia selalu jadi penengah setiap Satya dalam posisi seperti ini, dan mampu baca kode-kode tersembunyi dari sifat seseorang alias peka.
"Stress karena tersaingi," celetuk Aziz sebelum terbahak sampai mangap dan memegang perutnya yang nyeri.
"Siapa sih yang tidak suka tersaingi? Apa lagi sama mantan," timpal Rahman yang ikut tertawa tapi tidak sampai pegang perut.
"Siapa yang stress?" Satya menetralkan nada suaranya. "Gue cuma curiga doang sama dia. Memang dasarnya ular mah ya ular aja."
Teman-temannya malah membicarakan perempuan itu semakin jadi, lengkap dengan prestasi dan rumor-rumor yang beredar. Kebanyakan Aziz yang mendominasi pembicaraan karena semua sumber berasal dari pacarnya yang jurnalis majalah gaya hidup tersebut. Bila dilihat-lihat secara objektif, semua karya gaunnya memang benar-benar memanjakan mata Satya. Siapa pun klien yang pakai, jatuhnya si pemakai jadi bersinar. Portofolio-nya juga tidak buruk-buruk banget, showcase-nya diadakan setahun tiga kali. Kritik dan pujian datang bersamaan dari editor majalah Harpers Bazaar Indonesia, Femina, sampai Indonesia Tatler dan Dewi. Perempuan itu menerimanya dengan lapang dada, bahkan kelihatan sekali perkembangannya.
"Katanya benci, tapi lihatin aja terus baju-bajunya." Aziz terus memprovokasi kemarahan Satya. Bagi Aziz, itu hiburan tersendiri melihat tingkah sahabatnya yang begitu.
"Bajunya emang bagus terus gue harus bilang jijik gitu?" balas Satya defensif. Sesuatu yang jarang terjadi padanya selama ini. "Walau perempuan ini musuh gue, tapi kalau memang bajunya bagus why not?"
"Gue setuju." Koko Tian yang sejak tadi jadi pengamat mengungkapkan pendapat terbaiknya. "Asalkan sih lo kalau disuruh kerja sama sama dia nggak pakai acara ngambek."
Rahman dan Aziz kembali tertawa sampai menarik perhatian pengunjung lain. Hal ini bikin Satya merasa ditelanjangi akibat tatapan mereka. Beberapa bahkan memberi arti sejak-kapan-anak konglomerat-makan-di-angkringan? Satya jengah sekali, apa ia tidak boleh begitu makan di sini? Ternyata tidak hanya anak orang kaya saja yang sudah menentukan tempat, orang miskin juga.
"Lo nggak belain gue amat sih, Ko." Satya sedikit memajukan bibir. Tian selalu jadi pembela nomor Satya selama masa SMA dulu ketika ia dijahili teman-temannya. Sebagai balas budi, Satya menolong Koko Tian dari jeratan perundungan Kakak kelas – terutama si Rian – sekarang ia amati sedikit, Koko Tian terlihat bahagia. Bahkan wajahnya yang dulu penuh jerawat dan bopeng sekarang sudah mulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reputasi | ✓
Mystery / Thriller[SERI PANDORA #3] (21+) Cover by: shadriella. Satya Narayan Anggara (28), adalah cowok humoris, ganteng, gampang bergaul, dan digadang-gadang menjadi penerus Grup Anggara. Sebelum itu, Satya bekerja sebagai supervisor divisi pemasaran untuk jenjan...