Aziz senang hari ini bisa benar-benar pulih, memang sudah lama keluar dari rumah sakit berminggu-minggu lalu. Namun, seminggu tiga kali ia datang untuk melatih kaki dan lengan kanan di fisioterapis agar bisa kembali sedia kala. Dukungan keluarga dan sahabat memang obat paling mujarab, bahkan langkah Aziz perlahan lancar. Luka-luka bekas kecelakaannya ada yang meninggalkan bekas, terutama yang dijahit. Namun, Aziz memutuskan untuk biarkan saja karena beberapa tertutup oleh pakaian. Satu lagi, atasan dan rekan kerja benar-benar menyuruhnya istirahat. Dia tidak berbicara dengan Satya dan Rahman, dan kejadian Rahman saja ia baru tahu dari Koko Tian ketika menjenguk.
Sekarang masa-masa itu telah berakhir dan ia bisa beraktivitas seperti biasa. Sepulang kerja, ia bersama pacarnya mengunjungi rumah sakit hanya untuk memastikan keadaaannya pada dokter. Dokter menjawab bahwa Aziz sudah sembuh dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi, bisa tidak terbayang betapa eratnya pelukan sang kekasih begitu keluar dari ruang periksa. Untung saja tidak banyak pasien.
Pelukan keduanya terhenti oleh pesan dari ponsel Aziz.
Setelah berpamitan pada sang pacar yang akan pergi ke kantin untuk beli cemilan dan minuman hangat, Aziz duduk di kursi panjang lalu buka ponsel.
"Ya ampun, Satya," gumam Aziz menutup mulutnya pakai tangan. Sungguh ia tidak mempercayai apa yang ada di layar pesan tersebut. Foto-foto tersebut adalah hasil tangkap layar dari perempuan yang membunuh Sintia tersebut, dan pakaiannya memang persis dengan dipakai oleh perempuan itu dalam foto-foto perjalanannya dari awal sampai ke Semeru yang barusan ini – yang terakhir itu difoto oleh salah satu kru karena hasilnya jernih seperti kamera profesional.
Pesan Satya yang tertera di situ berupa suara, Aziz langsung mendengarkannya.
"Gue sudah menemukan sosok tersembunyi yang ada di kamera itu, gue sama Sarah menduga ini Terry soalnya menurut Sarah pakaiannya cocok. Jika ada waktu, cepat lo selidiki pakai ilmu komputermu itu dan kirim ke gue. Lebih cepat lebih baik, kondisi gue darurat sekarang. Ini gue sertakan kontak pengacara gue, kalau lo terjadi apa-apa dan gue nggak bisa hadir, tolong hubungi beliau."
"Sialan lo, Sat. Kenapa lo hubungin gue di saat yang tidak tepat banget?" erang Aziz kesal. Buru-buru jarinya beraksi memindahkan gambar tersebut ke akun penyimpanan awan di mana surelnya bukan surel asli. Aziz sengaja begini biar seluruh pekerjaannya terorganisir, dan dia keasyikan bekerja sampai tidak dengar ada suara sepatu boot yang semakin lama semakin dekat.
"Permisi, apa betul Anda yang bernama Aziz?"
Suara berat, santun dan dengan kata-kata sopan khas penegak hukum bikin Aziz menoleh. "Betul, saya sendiri. Ada apa, ya, Pak?"
Ternyata masing-masing ada dua orang, mengenakan jaket hitam dan pengenal polisi. Salah satu dari mereka mengeluarkan surat penangkapan. "Saudara Aziz, Anda kami tangkap karena melakukan pencurian dan pencucian uang dari Grup Anggara sebesar enam ratus juta rupiah dan manipulasi pembayaran pajak dari penjualan bubuk kopi milik keluarga Prasetja sebesar lima ratus juta rupiah secara digital."
"Jika Anda kooperatif, maka kami tidak perlu menyeret Saudara," tambah si Polisi yang menyapa Aziz barusan.
"Tunggu sebentar tunggu." Aziz mengangkat tangan, bingung dengan semua ini. "Saya memang seorang peretas dan tukang komputer, tapi saya tidak pernah mencuri uang sama sekali."
Salah satu dari polisi itu memutar badan Aziz ke arah sebaliknya hingga dia menghadap depan membelakangi si Polisi. "Anda bisa bicara lebih lanjut di kantor."
Sejak kapan Aziz mencuri uang sebesar itu? Dia memang sering meretas identitas pribadi sesuai permintaan klien, tapi tidak sampai begitu. Butuh ketelitian besar dan jika dilakukan harus perlahan, Aziz sendiri tidak mungkin melakukannya dalam waktu semalam. Curi uang dari Grup Anggara? Astaga sungguh di luar nalar sekali. Aziz tidak mau terlibat dalam keluarga sahabatnya itu, tidak ada gunanya. Manipulasi pajak? Aziz tidak paham perhitungan pajak sama sekali, lagipula itu urusannya divisi keuangan di kantornya. Di kantor sendiri Aziz kebanyakan disuruh-suruh untuk membetulkan perangkat lunak yang punya gangguan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reputasi | ✓
Misteri / Thriller[SERI PANDORA #3] (21+) Cover by: shadriella. Satya Narayan Anggara (28), adalah cowok humoris, ganteng, gampang bergaul, dan digadang-gadang menjadi penerus Grup Anggara. Sebelum itu, Satya bekerja sebagai supervisor divisi pemasaran untuk jenjan...