BAB - 26: Pola & Imaji

55 2 0
                                    

Pagutan penuh tuntutan itu terus dilakukan, baik Terry dan Satya. Tangan masing-masing sudah berpindah ke area tubuh. Bibir Satya bergerak ke leher sampai ujung, sementara lehernya merasakan bagaimana Terry merapatkan tubuhnya lebih dekat. Satya mengabaikan nyeri di leher, dia tidak mau kehilangan momen ini lagi. Mumpung ciuman ini lebih dahsyat daripada di pesta waktu itu.

Begitu Satya sedikit menggigit leher Terry, wajah perempuan mungil itu berganti dengan ilusi Sarah. Masih dengan pakaian sama di apartemen tadi, dengan gaya lebih sensual di mana Satya bisa merasakan lekukan pinggang dan rambut panjang lurusnya. Rasa panas menjalar lagi di tubuh Satya, pertanda bahwa ia tersadar dari ilusi tersebut.

Buru-buru badan Satya menjauh, mengatur napas serta menebarkan pandangan ke segala arah. Ia baru sadar lehernya sudah tidak nyeri lagi.

Dasar kalung sialan, nggak cukup bikin gue menderita sekarang malah ikut campur urusan percintaan gue. Tuhan, Engkau kasih karmanya ke gue jangan sebanyak ini karena kepalaku pusing betul.

Sementara Terry hanya berdehem dengan mulut tertutup kepalan tangan kayak orang lagi batuk, dia mengerjapkan mata lalu memastikan bahwa tidak ada senyum kemenangan seperti beberapa menit berlalu. Terry meyakinkan diri bahwa masih ada hari esok untuk memuluskan rencana berikutnya.

"Maaf, Ter. Maaf banget." Wajah melas Satya pertanda dia memang tidak sadar akan kejadian senyum dan perubahan ekspresi. "Gue ... hanya kaget karena ada sesuatu yang mengganggu gue." Setidaknya Satya bisa berbohong, tidak ada yang boleh tahu dengan keanehan tadi.

Seharusnya Terry marah, siapa yang tidak suka bila acara ciuman terputus begitu saja? Sungguh aneh reaksinya biasa gini, malah ini perkataan yang terlontar. "Permintaan maaf diterima, Sat. Gue juga khilaf, kebawa suasana kali ya? Semoga saja nggak ketahuan orang lain, dan tenang gue nggak akan baper."

Tidak memberi waktu Satya untuk beraksi, Terry keluar dari pantry lebih dulu.

Geraman dan teriakan Satya tahan mati-matian, tapi tetap saja satu tangannya memukul pelan meja tinggi. Tinggal sedikit lagi, tinggal sedikit untuk bisa menggaet Terry jadi gebetan terbaru, tapi kenapa ini susah digapai? Pandangan Satya berhenti pada kaca panjang, dan lagi-lagi sinar merah kecil dari bandul belati menyala. Seketika ia tahu siapa yang menggagalkan rencananya. Sosok di bayangannya adalah dirinya mengenakan baju panjang dan tebal, dan rambut hitam legamnya disisir ke belakang semua. Perbedaannya hanya terletak pada iris mata, warna matanya hitam sedangkan Satya warna coklat terang.

Tumbenan selera cewek dari reinkarnasiku jelek banget, apa Sarah masih kurang, ya? Di masaku Sarah ini istriku walau kami nikahnya politik doang. Jadi rasanya aneh kamu ciuman sama cewek lain. Oh, tenang saja, aku ini masih setia nggak kayak kamu, Sat.

Satya hanya mendengkus lalu menjauh dari cermin dan keluar dari pantri. Laki-laki itu tidak meladeni cemooh Putra Manakar, lebih baik protesnya nanti saja setelah jam pulang kerja daripada lehernya makin sakit dan jadi pusat perhatian rekan kerjanya.

Selama kerja, Satya susah berkonsentrasi. Matanya bergantian menuju ruang kerja Terry dan layar. Jarang-jarang Terry menampilkan ekspresi datar model begitu, kemungkinan besar dia menutupi marahnya. Ah ini semua salah suasana, seharusnya dilakukan saat pesta bukan kantor. Satya berdoa agar tidak kena potong gaji, soalnya sudah pas sekali gajinya dan bonusnya juga nggak main-main.

Pintu kantor Terry terbuka bersama salah satu asisten kesayangannya. Pandangannya menebar ke kubikel. "Ruang rapat, sekarang."

Perintah Terry bikin semua karyawan – termasuk Satya – bersiap-siap dengan cepat. Mereka saling bertanya dan hanya dapat endikan bahu.

Ruang rapat yang dimaksud adalah taman belakang di mana semua dapat tempat untuk duduk beralas karpet. Cahaya matahari yang tidak terlalu menyengat bukan halangan, tapi tetap saja beberapa orang sudah menempelkan kipas portable di leher dan wajah. Bagian paling depan hanya ada mic dengan pengontrol seperti yang biasanya digunakan untuk karaoke tanpa gambar.

Reputasi | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang