Pribahasa usaha tidak menghianati hasil ternyata benar adanya,keunggulan Gulf dapatkan hanya saja terasa biasa kemenangan dengan hambar ia rasakan.Seusai dari olimpiade renang Gulf bergegas menuju tempat penyelenggaraan olimpiade yang lain walau dirasanya letih setidaknya membutuhkan rehat untuk sejenak namun ia tidak mendapat kesempatan itu.
Mew dan Baifern tidak mengetahui akan Camilla yang tak bisa ikut serta dengan mereka,kini mereka masih menanti kehadiran Camilla diselang waktu 5menit menuju olimpiade dimulai.Mereka cemas kemana perginya Camilla hingga saat ini belum sampai, hingga akhirnya Gulf menghampiri dan duduk dengan tergesa didekat Mew.
"Gulf apa yang kau lakukan" tentu saja baifern keheranan dengan tiba-tiba Gulf duduk di kursi yang seharusnya menjadi milik Camilla
"5menit lagi bukan?"
"5menit apanya" Mew ikut bingung dengan kedatang Gulf yang tiba-tiba
"sudah jangan banyak tanya,aku disini menggantikan Camilla,kita fokus saja dulu untuk saat ini untuk sesi tanya jawab denganku nanti saja"
.
.
.
.
"Gulf kau yakin menyelesaikan semuanya dengan benar dan tidak mengasal?" tanya Baifern yang kini sedang berada di salah satu koridor tempat diselenggarakan olimpiade bersama Gulf dan Mew"Meragukan kemampuan ku adalah kesalahan besar"
"Gulf kau tidak apa-apa?" tanya Mew yang memang melihat wajah Gulf yang memucat
"tid__" tidak perlu menyelesaikan perkataannya darah sudah keluar dari hidung sebagai pengganti jawabannya, kepalanya seakan memutar penglihatannya perlahan menutup seluruh objek di sekitarnya hanya dalam hitungan detik pun badannya ikut ambruk.
Mew dan Baifern kelimpungan panik melihat Gulf yang tiba-tiba terlengar dilantai.
salah satu guru yang ikut dengan mereka ke rumah sakit sudah menjelaskan bagaimana keadaan Camilla yang terpaksa harus digantikan oleh Gulf.
Ada kalanya ia yang selalu sanggup melakukan semuanya merasakan lelah atas apa yang ia sanggupi sendiri.Terlihat sempurna bukan obsesinya hanya ia tau apa yang akan terjadi jika sedikit saja nira pada dirinya maka ocehan akan kembali mendengung di pendengarannya.
sudah satu jam sejak Gulf berada di UGD Mew tetap setia menunggu di samping blankar kasur rumah sakit, Baifern lebih memilih meninggalkan rumah sakit untuk kembali ke kediamannya dengan meninggalkan Gulf,Mew,dan satu guru SMA J GLOBAL SCHOOL.
"Gulf kau berhasil bukan?kau telah berhasil menjadi pemenang dalam olimpiade renang, sebagai hadiahnya bukankah kau menginginkan ciuman dariku?kalo begitu cepat bangun! bagaimana bisa aku mencium orang yang sedang sinkop" Mew berbicara sembari mengelus kepala Gulf dengan penuh hati-hati yang kini masih betah dalam pingsannya.
"Mew" seseorang datang membuka pintu
"ayah"
"bagaimana dia sekarang?"
"dokter bilang epistaksis yang gulf alami akibat badan yang terlalu dipaksa untuk lebih aktif dari biasanya,faktor lingkungan juga mempengaruhi nya dokter juga bilang Gulf butuh istirahat banyak jadi dia kemungkinan pulang besok.Paman Mario yang memberi tau ayah? " dijawab oleh anggukan oleh sang ayah
"lalu dimana thanawat "
"tidak tau,aku hanya menghubungi paman Mario"
"aku disini kenapa membawa bawa namaku" yang dibicarakan datang tiba-tiba dari arah luar
"kenapa paman datang diwaktu yang tidak tepat,aku dan ayah sedang membicarakan paman" candaan Mew yang melihat pamannya datang tiba-tiba
"Kak Ton apa yang kalian bicarakan tentang aku?awas saja jika kalian beraninya membicarakan keburukan ku di belakangku"rupanya Mario menganggap serius candaan Mew
"kau terlalu narsis,aku bahkan tidak punya tenaga hanya untuk membicarakan keburukan mu"
"tapi kau senang sekali mengomentari tentang ku dan mengatakan nya pada Kaka"
"apa salahnya sebagai ipar aku hanya perhatian pada adik istriku"
"lagi pula aku sudah dewasa kau tidak perlu seperti itu "
"TUA.kau bukan dewasa tapi TUA,perlu aku perjelas?T-U-A" penuh penekanan
"jika aku tua lalu kau apa,kau leb__"
"sudah hentikan,anak kecil saja tau jika mereka ingin berdebat setidaknya tidak didalam ruangan pasien,lalu kalian sama-sama sudah tua tapi tidak tau malu"
"MEW" bentak Mario dan Toni secara bersamaan kala Mew menyebut mereka tua
"sttt.."Mew menaruh jari telunjuk di bibirnya
"Gulf butuh istirahat kalian keluar saja jika masih ingin lanjut atau suara kalian akan membangun nya"
"Iyah maaf ayah disini saja temani Gulf"
"tapi jika masih ingin lanjut diluar saja ayah " titah Mew yang takut ayah dan pamannya akan kembali beradu mulut
"tidak,maaf sekali lagi" Mereka memilih mengakhiri perselisihan yang tidak ada rampungnya dan duduk sofa kamar pasien
"Mario.."
"ayahhh sudah aku bilang jika masih ingin lanjut diluar saja" potong Mew saat ayahnya belum selesai bicara
"Kau ini kenapa,ayah belum selesai bicara"
"lalu ayah ingin bilang apa pada paman Mario"
"Mario dimana thanawat,apa kau tidak memberi tahu nya?"
"aku sudah menghubungi nya"
"lalu kapan dia sampai"
"dia menitipkan Gulf padaku, sebagai akselerator besar dia harus menghadiri pembukaan dari start up yang ia dampingi"
Toni hanya menghela nafas,ia seharusnya merasa biasa saja atas jawaban Mario,memang sudah kenyataannya selain gila eksistensi Thanawat juga gila harta.
"Mario bantu aku sekali saja,saat kau bertemu dengannya tolong tampar dia dengan keras untukku, sapalah kulit wajah nya dengan tangan mu sesekali ,jangan hanya menuruti perintahnya saja"
"akan aku lakukan" Jawab Mario seakan benar akan melakukan nya
Di acuhkan oleh orang yang dianggap sebagai ayah sudah seharusnya menjadi hal biasa baginya bahkan disaat ia menanggung konsekuensi dari apa yang ayahnya perintahkan ia tetap tak berkoar menahan semua tanya dalam diri, hidupnya hanya tentang menuruti tapi tidak di turuti.
Hanya hal kecil yang ia harapkan,tidak bisakah dia yang bergelar ayah menlihatnya sebentar saja saat dirinya kini terlentang di antara dinginnya tembok rumah sakit.
Bukankan marah benci dan merasa sedih itu reaksi yang normal saat dihianati oleh harapan sendiri?
TBC
.
.
.
.
kenapa tidak kau saja yang jadi ayahku?
KAMU SEDANG MEMBACA
selenophile [End]
Teen Fiction🌻: Aku Gulf bukan Gap 🌞 : Aku juga Mew bukan Miu Apa harus menyalahkan Tuhan jika adil tak turut aku rasakan,kenapa Tuhan melimpahkan kebencian padaku setidaknya aku membutuhkan nuraga kiranya hidupku sukar dilalui nyatanya lara ku lewati sendiri.