Kanvas putih

195 29 0
                                    

"aku tidak tau kau orang yang seperti apa sebenarnya,kau menyuruh ku menjaga jarak dari Bai? pertama kau membuat hatinya jatuh dengan mengambil orang yang dia sukai lalu kemudian kau merebut posisinya sebagai peringkat pertama dan sekarang kau menyuruh ku menjaga jarak dengannya,apa kau sebegitu tidak sukanya pada dia?"

"bukan begitu Aye,aku tidak tau kau akan mengerti atau tidak dengan apa yang aku ucapkan"

"cukup mengerti sampai sini bahwa kau tidak pernah benar-benar menganggap nya teman melainkan lawan,aku ingatkan jika kau lupa bahwa aku dan Bai sudah lebih lama berteman jauh sebelum akhirnya kau ikut bergabung dengan kita"

"aku tidak bisa memberi tau mu sekarang aku juga tidak tau apa aku bisa mengatakan nya suatu saat atau tidak,tapi aku hanya ingin agar nanti kau tidak terlalu kecewa akan pertemanan mu dengan Baifern "

"kecewa? kau lupa Baifern lah orang pertama yang mengajakmu berteman ,aku juga sudah lama berteman dengannya dan kau tau diantara kita tidak pernah ada gaduh sekalipun dan sekarang tiba-tiba kau menakuti aku karna akan kecewa dengan pertemanan ini"

Seakan tidak paham akan ucapan dari Gulf yang secara tiba-tiba untuk menyuruh nya menjauhi Baifern,lucu sekali jika wajah manisnya hanya dijadikan tameng untuk menghancurkan pertemanan nya sendiri.

Tidak perlu mengungkap tentang hal yang sekiranya membuat semua orang bingung karena suatu saat akan menguap dengan sendirinya,ia sadar akan perkataan nya sendiri bukan maksud untuk memecah hubungan pertemanan namun ia hanya berusaha untuk menghindari hal yang menyebabkan kecewa berlebihan.
.
.
.
.

"ayah aku ingin mengatakan sesuatu"

"katakan!"

"Louis Alton Phimcanok" sang ayah terkejut mendengarnya ,ucapannya sontak menarik tatapan tajam sang ayah yang sedang sibuk membaca sebuah kitab logat

"kenapa kau menyebut namanya"

"aku yang harus bertanya, kenapa ayah bisa terlibat dengan nya"

"terlibat apa maksudmu"

"Bai dan Aye adalah temanku ayah,di satu sisi Aye anak dari korban di sisi lain Baifern anak dari pelaku,dan aku?apa ayah juga ikut terbelit dalam kasus ini?"

"katakan dengan jelas jangan membuatku bingung akan ucapan bodohmu"suaranya mulai meninggi takut akan kata selanjutnya yang diucapkan sang anak

"tidak sengaja aku melihat,bukan hanya melihat bahkan aku tau isi dari amplop coklat yang berada di atas meja ruang tamu kemarin malam" ia masih berdiri menahan beribu tanya tentang ayahnya dengan tatapan yang enggan bercengkrama dengan mata sang ayah

"kau lancang sekali menyentuh barang ku" ayahnya mulai beranjak dari duduknya kini ia mematai sang anak yang terlihat dengan ekspresi penuh tanya dan risau

"jika aku tidak lancang aku tidak akan mengetahui kenyataan ini"

"tidak ada urusan nya denganmu,jadi lebih baik tetap bungkam akan hal yang kau ketahui"

"bagaimana bisa saat ayahku sendiri terlibat dalam hal ini" apa ia mulai perduli akan kehidupan sang ayah atau hanya hawatir akan dampak yang ditimbulkan

"jangan salah paham,aku tidak perduli dengan mu tapi aku memikirkan perasaan temanku sendiri,sudah cukup kau merenggut warna dalam hidup ku apa kau juga mau membuatku dijauhi temanku sendiri karna hal ini?"

"aku tidak terlibat"

"kau tidak terlibat lalu mengapa berkas itu ada padamu?"

"aku mempunyai suatu kesepakatan dengan tuan Louis, menyimpan salah satu berkas miliknya juga termasuk kesepakatan yang telah terjadi antara kita"

"kesepakatan macam apa hingga kau mau menutupi bangkai yang bukan seharusnya menjadi urusanmu,kau tau meskipun tidak terlibat tapi jika hal ini terkuak suatu saat nanti kau juga akan ikut terseret"

"tidak akan terkuak selama kau diam"

"Aku hanya mengingatkan mu sebagai seorang anak "

"mengingat kan? kau yakin dengan ucapan mu sendiri,aku lebih tau apa yang terbaik untuk diriku sendri kau tidak perlu ikut andil dalam urusanku, hidupku sudah jauh lebih dulu darimu jadi hentikan ocehan mu itu"

"kenapa kau selalu merasa seakan hidup mu serba tau tentang semua keadaan jagat,kau merasa tinggi di depan ku yang notabenenya seorang anak tapi kau menciut di depan ayahmu,kau tau hidup mu tidak jauh berbeda denganku kita sama-sama budak orang tua"

"kau lancang sekali,menyamakan aku dengan dirimu tentu ini adalah hal yang paling menghinakan bagiku.kehadiranmu saja sudah tidak di inginkan tapi kau masih lancang menyamakan kehidupan kita,lahirmu hanya menjadi neraka bagiku,kau membuat hidup semakin sesak tapi aku tidak bisa berbuat lebih karna suatu saat kau berguna untuk keberlangsungan hidup ku "

"benarkah?"bulir air tertahan rapih dibalik kelopak mata menghindari untuk jatuh ke wajah

"bukankah kau memang merasa hidup mu penuh kesialan? dan kau menyalahkan semua padaku seakan aku penyebab hancur nya hidupmu,maka dari itu mari kita lihat sama-sama karma yang terlebih dulu datang akan menghampiri siapa,aku atau kau yang merasa menjadi anak paling malang?"

"jinakan lidahmu sebelum termangsa perkataan mu sendiri"

tidak mau luka terus menjalar ia memutuskan pergi ke kamarnya dengan membiarkan sang ayah yang emosi akan perkataannya.

Sunyi tentang lara hidupnya tak luput dari mara, tatapannya seperti suar kemalangan,angin asik membelai halus rongga-rongga,lagi lagi mangata menjadi lawan bicara , harus kah ia meraung akan rusak yang ada, realita selalu menyuguhkan retislaya.

Dengkuran katak seakan menghilang kala tau atma sedang sendu,polypaga menjadi penari malam menemani renung yang tersaji,tidak kuat menahan kata yang begitu menyentuh akan kehadirannya yang di anggap neraka oleh sang ayah.

"dia tidak mendorong ku untuk pergi tapi dia juga tidak menahan ku untuk tetap disini" Isak mulai turun membuat sang hati kembali luluh,hati dan pikirannya begitu bergemuruh melawan keadaan yang rapuh.

"aku tau hadirku sebuah kesalahan tapi aku tidak tau jika ternyata tidak pernah sedikitpun ia menganggap aku sebagai anugerah"

Dulu sekali ia adalah sebuah lukisan penuh warna namun dewasa merenggutnya kini ia hanyalah sebuah kanvas yang haus akan ulasan warna.

Hidup bukan tentang mengakui tapi diakui,ia tidak pernah bilang jika ia anak yang paling malang namun ayahnya mengatakan itu,ia juga tidak pernah menunjukkan pada orang jika dirinya hancur tapi orang melihatnya sempurna.Orang boleh berpendapat tapi kita yang merasakan.

TBC
.
.
.
.
Haruskah kisahnya berakhir?

selenophile [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang