Antara Dandelion & Putri malu

199 22 1
                                    

flashback on

"harus aku tutup dengan apa wajahku untuk menghindari malu yang kalian perbuat"

"maaf aku sudah berusaha semaksimal mungkin seperti biasanya"

"berusaha semaksimal mungkin kau bilang? jika sudah maksimal tidak mungkin kau berada di posisi ke tiga seperti sekarang" rahangnya mengeras memperlihatkan saluran nadi di dalamnya namun ia tetap menahan kendali selagi ucapan nya belum selesai

"aku tidak tau jika Gulf bisa lebih unggul dariku" Baifern hanya menunduk dengan isakan pilu mengisi keheningan gelapnya jagat

"tidak seharusnya aku menyuruh thanawat membawa anaknya kembali ke sini"kebencian mulai tertanam,sorot mata tidak bisa berbohong memberi tahu jika akan ada pembalasan atas kekecewaan yang di tanggung

"aku mohon maklumi aku kali ini saja,aku akan berusaha menyingkirkan orang di atasku"

"hanya hal bodoh yang aku lakukan jika hanya membiarkan mu begitu saja,kau harus mengerti agar kau bisa lebih keras berusaha" sorot mata semakin dalam seakan lupa akan perawakan nya yang berbanding terbalik dengan sang anak,ia mulai mendekati sang anak dengan segera menggereknya ke sebuah ruangan yang begitu sempurna untuk hal yang tak diharuskan.

Pemandangan yang terlihat adalah sang kakak yang sudah lebih dulu bersimpuh dalam kegelapan,matanya berair jiwanya rapuh raganya rubuh seperti mendapat sebuah serangan mendadak tanpa perlawanan.

"ayah aku mohon jangan lakukan hal yang sama pada baifern" masih sanggup memohon untuk sang adik saat dirinya sudah jauh dari kata baik-baik saja

"jangan memohon untuk hal yang tidak mungkin" begitu sangar wajahnya seakan membuat niatan kecil menciut.

Lecut panjang begitu lihai menyapa selerang sang anak,cambukan yang teramat anggara sehingga membuat sang kulit memanas,tubuh sang anak begitu keras membacang sakit yang ada.

Lecut dengan nyaringnya bergesekan degan tubuh sang anak,suaranya yang memenuhi keheningan gelap ruang seakan menjadi irama paling merdu di Indra pendengarannya,puas akan marah yang tersalurkan tapi lupa akan sebab yang ditimbulkan.

Sang kakak hanya terduduk lemas melihat adiknya harus mengalami hal yang paling ia benci.Siksaan begitu bengis percuma menangis hanya akan berakhir dengan meringis.

Bukan mengabaikan sang ibu untuk meminta tolong hanya saja sang ibu tidak bisa dijadikan penopang melainkan hanya berdiam diri menunggu hasil akhir.

"sekarang sudah terlanjur thanawat membawa anak itu,tidak ada pilihan selain aku harus menyingkirkan dengan cara rapih satu persatu"

"ayah aku mohon Gulf temanku jangan seperti itu,ini hanya perkara peringkat tidak usah membuat anak mu ikut kehilangan teman"meringis dengan memegangi kaki sang ayah yang terus abai akan kata permohonan

"teman? apa kau mau seperti kakakmu,dia lebih mementingkan teman nya itu hingga terpaksa dirinya harus terus selangkah lebih jauh dari temannya karena menolak untuk berbuat sesuatu yang lebih pada temannya"

"apa yang Bright lakukan sudah benar,kenapa ayah menganggap ini akan menjadi sebuah cemoohan untuk ayah"

"hentikan!,berhenti membantah,kakamu terlalu naif akan pertemanan dia tidak mau mendengar apa yang aku katakan dan kau liat sendiri bukan? dia lebih memilih merelakan tubuhnya sebagai pelampiasan kemarahan ku dibanding merelakan pertemanan nya"

"lalu ayah pikir apa yang ayah lakukan benar?saat aku dan Baifern tidak bisa memenuhi keinginan ayah apa harus ayah memperlakukan kami layaknya tahanan yang melanggar aturan?"bibirnya gemetar menahan sakit yang teramat karna luka.

Sembagi arutala sudah mendarah daging dalam diri sang anak namun bagaimana lagi hanya kesalahan kecil saja dapat membuat semuanya menjadi fatal.Dituntut sempurna untuk keperluan pribadi orang tua sudah menjadi hal biasa yang harus ia terima.

"Bright aku selalu iba melihat mu terkulai menahan sakit saat setelah keluar dari ruangan itu,aku tidak tau seberapa besar rasa sakit yang kau tahan hingga membuat ku yang melihatnya saja tidak sanggup menahan derai,tapi kini aku merasakan apa yang kau rasa"menahan sakit dengan mendekap sang adik dalam pelukan yang masih terisak dengan lemah

"dan apa kau tau aku selalu berharap jika apa yang aku alami tersebut mangkir dari kehidupan mu, aku tidak tau seberat apa kau meraung menahan sakit yang ayah beri,tapi ternyata kau jauh lebih kuat dari yang aku pikirkan kan"

"Kita hanya melakukan apa yang kita bisa tapi disaat kita gagal seharusnya mereka membuat kita kembali ke arah keberhasilan alih-alih melampiaskan kekesalan dengan membabi-buta"

"sekarang kau hanya perlu berpikir apakah keberhasilan mu lantas membuat mu senang karna pujian yang mereka lontarkan atau kebahagiaan mu adalah kehilangan teman mu sendiri karena lebih mementingkan ego kedua orang tua yang bahkan mereka hanya perduli tentang prestasi kita tanpa memperdulikan usaha apa yang telah kita lalui"

"aku tidak tau,tapi aku tidak mau ayah mengulangi hal yang sama padaku seperti hari ini,kau tau ini menyakitkan"wajahnya pucat menahan sakit yang terlampau perih isakan masih segan untuk berhenti

"akan aku obati lukamu,jika dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan infeksi"

"tapi bagaimana denganmu,kau sendiri terluka"

"kau tau sendiri aku sudah terbiasa "

Salah satu kehebatan manusia adalah menjadi tuhan untuk orang lain,merasa apa yang ia lakukan adalah benar tanpa perduli akan apa yang di rasa oleh orang lain.Orang tua sudah seharusnya menjadi tempat dan penyanggah bagi sang anak kala di khianati akan harapan yang tak sesuai,namun ego lebih menguasai hingga lupa akan kewenangan yang seharusnya.

"Bright sakitt"Baifern hanya bisa meringis kala sang kaka mengobati lukanya,air mata tak kunjung surut terus berderai di atas wajah

"sedikit lagi na,kau boleh gigit tanganku jika kau perlu" apa kiranya upaya yang harus ia lakukan agar sakit sang adik berkurang dan berhenti membuat nya meringis kesakitan

"kau mengobati luka ku lalu bagaimana dengan lukamu"

"jangan hawatir aku bisa obati ini dikamar ku"

"dalam sebuah series saat anaknya menjadi korban gelabah sang ayah maka ibunya yang akan menghentikan nya walau sekedar untuk mengobati luka yang telah dibuat,tapi kita sepertinya memiliki orang tua dengan sifat yang sama , bukan kah kita terlalu malang untuk disebut sebagai seorang anak?"bright tersenyum lesu mendengar perkataan sang adik ia mengusap kepala Baifern seakan tindakannya dapat sedikit menenangkan keadaan sang adik

"ini sudah malam sebaiknya kau tidur!"bright menarik selimut untuk menutupi tubuh adiknya kala sang adik sudah terlentang bersiap untuk tidur

"bright" Bright terhenti saat akan membuka knop pintu

"kau butuh sesuatu?"

"bagaimana kau menjawab pertanyaan teman mu saat datang ke sekolah dengan keadaan seperti ini?"

"aku selalu memberi alasan dengan hal yang berbeda"

"lalu bagaimana dengan aku"

"kau tidur saja kita bicarakan besok"

bukan keinginan nya terlahir sebagai Bunga dandelion terkadang menjadi putri malu jauh lebih baik meskipun dibawah setidaknya orang akan merunduk untuk menyentuh nya,sudut pandang orang terlalu jauh akan diri yang sempurna namun sebenarnya penuh pemaksaan.

Dibalik pintu kamarmya Bright melampiaskan rasa sakitnya dengan tersedu yang teramat pedih,ia bisa menahan sakit kala di depan sang adik hanya karna tidak ingin membuatnya hawatir, kini ia bersedih bukan hanya karena dirinya saja yang terluka melainkan sang adik ikut mengalami nya.Luka mungkin akan sembuh seiring waktu namun tidak dengan memori yang telah ter-rekam,jejak pikiran lebih lama sembuh daripada jejak pukulan yang di timbulkan.

flashback off

TBC
.
.
.
.
Terlalu protektif

selenophile [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang