Menyiapkan hati untuk bertemu dengan ayahnya,Gulf harus sedikit menurunkan egonya terhadap sang ayah,ia sedikit gugup untuk kali pertamanya ia akan berbicara serius dengan ayahnya,tidak yakin dengan niatnya untuk menemui sang ayah Gulf sempat memutuskan untuk kembali dan tidak jadi bertemu dengan ayahnya,tapi tidak bisa,Gulf harus menghadapi ayahnya kali ini.
Redup tatapannya saat melihat penampakan sang ayah yang jauh berbeda dari biasanya,jas apik yang nampak mewah,sepatu kaku yang begitu gagah hingga membuatnya memang nampak seperti orang yang berkedudukan kini sudah tidak terlihat, kali ini Gulf harus melihat ayahnya hanya mengenakan kaus yang bahkan jauh dari kata sistematis,celana pendek yang membuat nya berpikir apakah sang ayah tidak kedinginan?
Duduk berhadapan dengan kaca tebal sebagai penengah dengan suara yang mungkin minimum akan terdengar.Mata keduanya masih enggan bertatapan hingga akhirnya sang ayah yang memecah kecanggungan antara ayah dan anak.
"Aku tau kau marah padaku,tapi aku melakukannya untukmu,jangan beranggapan aku jahat hingga membuat mu menaruh kecewa padaku"
"untukku apanya?apa aku yang menginspirasi mu untuk melakukan kejahatan sebesar ini?..aku pikir setelah kejadian ini semua setidaknya kau akan berubah sedikit saja,kau masih saja menyalahkan semuanya padaku"nada bicaranya memang biasa namun emosi terlihat dari kata-kata yang ucapkan.
"selain hartamu kau tidak pernah andil dalam hidupku"
Tatapan ayahnya kembali menunduk, nampak wajah penyesalan mulai terpancar namun masih enggan untuk melanjutkan perkataan.
"pulanglah,jangan kembali untuk melihatku,aku sudah terlalu banyak membuat luka untukmu, seharusnya kau senang dengan semua yang aku alami sekarang"
"kau benar, seharusnya dadaku berdegup karena senang,tapi sial hati dan pikiran ku sulit diajak kompromi"
"karna aku sumber lukamu maka akan mudah bagimu untuk membenci dan melupakan ku dari kehidupan mu" ayahnya beranjak dari duduknya hendak meninggalkan ruang kunjung,namun sebelum melangkah ia tertahan dengan ucapan Gulf
"mana ada anak yang senang melihat ayahnya menderita,jangan pernah berpikiran untuk mengeluarkan ku dari kehidupan mu,kau tetap ayahku"setetes saja air mata namun menceritakan jika ia memang tidak bisa membenci sang ayah jauh di luar batas,selesai dengan ucapannya Gulf pergi dari ruangan dengan sesegera mungkin, sedangkan ayahnya masih berdiri dengan mata memerah menahan bulir air,dan enggan menatap kepergian anaknya.
Senang dengan penderitaan orang yang tidak kita suka seharusnya bisa menjadi euforia tersendiri,tapi keadaan terbalik kini Gulf harus ikut prihatin dengan keadaan sang ayah,berpikir ulang tentang ucapannya apakah melukai perasaan sang ayah atau tidak.
"Gulf?"
"paman"
"kau baru menemui ayahmu?" Gulf hanya mengangguk
"paman menelpon paman Mario semalam?"
"iya,selain kau Mario lah orang terdekat ayahmu,selain itu setidaknya Mario juga tau tentang kehidupan ayahmu jadi aku menghubungi nya"
"lalu bagaimana dengan kelanjutan kasus ayah?"
"sedikit kemungkinan untuk ayahmu bisa bebas,semua bukti memang sudah jelas terlebih ayahmu tersangka atas kasus lain"
"kasus lain?"
"Iyah,dia terlibat dalam penyembunyian bukti pembunuhan beberapa tahun lalu"
"apa hanya ayah yang jadi tersangka atas kasus itu?"
"tentu saja tidak,ada beberapa lainnya diantaranya ada tuan Phimcanok" Gulf merasa lega setidaknya pelaku sebenarnya juga ikut terbawa.
"aku akan memberi tau mu tentang kelanjutan kasus ayahmu,jangan terlalu dipikirkan sebaiknya kau fokus pada dirimu sendiri,Mario juga sudah berpesan padaku untuk tidak membiarkan mu ikut serta dalam kasus ini"
"tapi kapan kemungkinan hukuman ayah akan di umumkan"
"mungkin nanti sore setelah melewati beberapa tahap,kemarin ayahmu baru di interogasi dan semua pertanyaan dengan sempurna dijawab dengan kebenaran oleh ayahmu"
"apa media tau tentang hal ini?"
"kau tenang saja,baik dari pihak ayahmu maupun pihak tuan Phimcanok sama-sama menyembunyikan hal ini dari awak media, sebisa mungkin kasus ayah mu tidak terendus media"
"kalau begitu hubungi aku nanti,aku pulang dulu paman"
.
.
.
."Kenapa tidak hubungi ayah atau Mew jika mau kesini,mereka bisa menjemputmu kerumah"
"tidak papa bunda, Gulf sudah besar bunda jangan menganggap Gulf anak kecil terus"
"bagi bunda kau dan Mew tetap anak kecil,tapi tidak tau sejak kapan kalian berdua jadi besar seperti ini"
"Bunda Gulf kesini hanya ingin melihat bunda saja,sekarang Gulf sudah melihatnya jadi Gulf harus pulang"
"pulang?kau baru saja sampai dan sekarang sudah mau pulang"
"maaf bunda tapi Gulf harus menyelesaikan beberapa tugas yang belum sempat selesai"
"kalau begitu aku akan mengantarmu"
"tidak perlu Mew,aku membawa motor,aku bisa pulang sendiri"
"yasudah,lain kali jika ingin kesini kau kabari aku jadi tidak usah repot-repot membawa kendaraan sendiri"
"kalau begitu Gulf pulang bunda, sampaikan salam Gulf pada ayah"
"kabari bunda jika sudah di rumah,dan lagi kau jangan terlalu memikirkan kasus ayahmu,biar pengacara yang mengurusnya"
"Gulf paham bunda"
Gulf pulang dengan keadaan yang masih sama, dirinya masih dikuasai risau,hatinya seolah tidak tenang menanti sebuah kabar,kepalanya sibuk bergerumuh,namun ia harus tetap tegap dengan semua yang membuat nya tergemap.
"untuk apa kau menelpon ku?"
"untuk memberi tau jika aku dan Bright ikut senang akan apa yang terjadi dengan ayahmu"
"kau lupa?jika ayahmu juga ikut ditahan?"
"aku tau,tapi aku tidak peduli, itu hal bagus untuku dan Bright, setidaknya aku tidak perlu mengahadapi ayah seperti dia lagi"
"aku tidak heran kenapa kau dan Bright mempunyai akal bulus melihat ayahmu sendiri seperti apa"
"kau lupa Gulf jika ayah mu juga seorang pembunuh,jangan merasa kau paling benar,atau mungkin kau juga sebenarnya hanya bersembunyi dibalik sikap pendiam mu? siapa yang tau mungkin kau sama seperti ayah mu''
"kau benar Bai, jangan pernah berasumsi jika lantang itu kuat dan diam itu lemah,justru badai paling ganas muncul dari laut paling tenang"
"kau tau rupanya "
"tentu aku tau,aku tau jika hanya keberanian mu yang sedalam laut,tapi tidak dengan otakmu yang terlalu dangkal, percuma berdebat dengan seseorang yang percaya akan kelakuan buruknya"Gulf memutuskan sambungan telepon untuk menghindari perkataan yang lebih buruk.
TBC
.
.
.
.
.
Tidak ada pilihan lain,ini yang terbaik atau sebaliknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
selenophile [End]
Teen Fiction🌻: Aku Gulf bukan Gap 🌞 : Aku juga Mew bukan Miu Apa harus menyalahkan Tuhan jika adil tak turut aku rasakan,kenapa Tuhan melimpahkan kebencian padaku setidaknya aku membutuhkan nuraga kiranya hidupku sukar dilalui nyatanya lara ku lewati sendiri.