"Tuan muda,dibawah ada tuan Pirapat, baru saja datang"
"aku kesana" Gulf keluar dari kamar dan pergi keruang tamu untuk menemui pengacara ayahnya
"Paman,kau membutuhkan sesuatu?"
"Gulf.tidak,tapi aku ingin menyampaikan sesuatu padamu"
"sesuatu?apa ini berhubungan dengan hukuman ayah?"
Tuan pirapat mengangguk dengan berat seakan ia akan menyampaikan sesuatu yang begitu sulit,dengan posisi keduanya yang masih berdiri, pirapat melanjutkan berita yang akan ia sampaikan mengenai ayah Gulf.
"Maafkan aku Gulf"kata-kata penuh penyesalan,apa yang ia lakukan hingga membuatnya harus berucap maaf pada Gulf?
"kenapa kau meminta maaf"
"Aku sudah semaksimal mungkin berusaha tapi kebenaran tetaplah kebenaran,hukum tidak akan curang memilih orang,tapi tetap saja aku merasa bersalah"
"katakan paman,aku akan mendengar nya!"
"Ayahmu dijatuhi hukuman mati"berat menyampaikan berita,namun semua harus transparan diungkap pada sang anak.
Tubuhnya tak dapat menopang diri sendiri,bak mendapat petir disiang bolong, kenyataan tabu harus berusaha diserap kepala,jiwa dan raga seakan terpisah untuk sesaat,dingin menerjang tubuh,lututnya seakan mendapat pukulan keras hingga merasa akan rubuh sesegera mungkin.
ia tumbuh menjadi rapuh,ia rubuh,lagi,dan ya lagi.namun kian lama rapuhnya semakin tumbuh,hingga membuat nya harus terjatuh.
Melihat akan reaksi Gulf, pirapat sesegera mungkin menghampiri Gulf dengan memegangi kedua pundak Gulf yang lesu karena sebuah pernyataan yang pirapat berikan."siapkan dirimu,cepat atau lambat bukankah ini sama saja?pada akhirnya semua anak akan kehilangan seorang ayah"
"tapi kenapa lagi-lagi tuhan mendahulukanku dalam hal penderitaan"
"kesempatan kedua memang berhak untuk kita dapat,tapi ayahmu terlalu banyak menyia-nyiakan kesempatan nya"
"Kapan hukumannya akan dilakukan"
"dua atau tiga hari lagi"
Mendengar jawaban yang membuat dada berdegup kencang untuk kesian kalinya, Gulf menarik nafas saat tau kapan ayahnya akan menerima hukumannya.
Gulf pergi ke kamar sedangkan pirapat kembali untuk mengurusi kasus ayahnya Gulf.Namun ternyata Gulf tidak kembali ke kamarnya melainkan ruang kerja sang ayah, mendudukkan diri diatas kursi yang biasa ayahnya pakai,perlahan ia mendekat pada sebuah lemari untuk mengambil ordner yang menyita perhatian karena tertera nama ibunya.
Mendudukkan diri kembali di kursi,dengan hati-hati Gulf membukanya,sangka tak ditebak ternyata tersimpan begitu banyak kenangan tentang Gulf kecil dan ibunya yang terkumpul menjadi sebuah galery foto.Hatinya perlahan menggantung tanya,jika sang ayah menganggap hadirnya sebuah kesalahan lalu mengapa ia menyimpan semua potret dirinya dengan teramat rapih dan tertata.
Helai demi helai,lembar ke lembar Gulf masih setia membuka foto yang jauh dari kata usang meski sudah lama massanya.Tidak bisa dipungkiri melihat apa yang ada membuat nya sedikit arogan untuk mengeluarkan air mata.
Mengingat perlakuannya selama ini,apa ia salah dalam memahami sang ayah?atau memang ayahnya yang pandai menyembunyikan kasih sayang dibalik kerasnya sikaf ego yang menguasai diri, tersangkut dengan kematian kakeknya,apa benar ayahnya melakukan hali itu hanya untuknya..?
.
.
.
."hari ini Gulf tidak masuk sekolah dan lagi teleponnya tidak bisa dihubungi,apa dia ada di rumah?"
"sejak bertemu tuan pirapat kemarin pagi,tuan muda tidak turun lagi dari kamarnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
selenophile [End]
Teen Fiction🌻: Aku Gulf bukan Gap 🌞 : Aku juga Mew bukan Miu Apa harus menyalahkan Tuhan jika adil tak turut aku rasakan,kenapa Tuhan melimpahkan kebencian padaku setidaknya aku membutuhkan nuraga kiranya hidupku sukar dilalui nyatanya lara ku lewati sendiri.