Bergulat dengan berbagai persiapan untuk esok hari membuat sekujur tubuh rasanya membutuhkan rehat, sepulang dari berlatih renang kini Gulf berada di depan rumah namun saat baru turun dari mobil Gulf melihat mobil kepala sekolah pergi meninggalkan pekarangan rumah nya dan di sisi lain ia melihat mobil kakeknya yang masih terparkir depan rumah.
"Gulf bukankah itu kepala sekolah mu"
"Iyah paman mungkin dia ada urusan personal dengan ayah"
Saat memasuki rumah ternyata kedatangan Gulf sudah ditunggu oleh sang ayah dan kakek yang kini sedang duduk di sofa menumpukan kaki satu ke kaki yang lain.
"Gulf barusan kepala sekolah datang kemari"
"aku melihatnya "jawab Gulf ketus
"dia memberi tau ku bahwa Camilla salah satu peserta untuk olimpiade mengalami skizofrenia"
"bukan urusanku"
"tentu saja ini menjadi urusanmu Gulf" sambar sang kakek yang seolah terpancing amarah oleh jawaban Gulf
"apa maksudmu ini urusanku"
"tentu saja kau yang akan menggantikan dia di ajang olimpiade " sungguh ayahnya mengatakan tanpa beban dan tanpa merasakan perasaan dari sang anak
"setelah aku berlatih dengan keras untuk olimpiade renang dan sekarang kau menyuruh ku lebih memilih olimpiade yang lain?" pertanyaan Gulf menahan amarah
"siapa bilang kau harus keluar dari olimpiade renang,kau akan mengikuti olimpiade renang terlebih dahulu setelah itu kau bisa bergegas menuju tempat penyelenggaraan olimpiade yang lain,bukankah selisih waktunya tidak terlalu dekat"
"Kau bukan lah seorang anak yang terlahir untuk menjadi seorang pangeran kau ingat aku sendiri bahkan tidak pernah mau menginginkan kehadiran cucu seperti mu, kehadiran mu hanya menghalangi jalan kehidupan ku dan putraku,tapi apalah daya nyatanya sekarang kau berdiri dihadapan ku maka setidaknya turuti perintah ku dan ayahmu"
"kau dengar kakek mu Gulf?"
"kau hanya perlu menjalankan peran mu sebagai seorang anak dengan mematuhi perintah orang tua mu selepas dari peranmu sebagai anak aku tidak pernah menganggap mu,jika saja bukan karna anak ku kau sudah aku singkirkan sejak lama, kehadiran mu hanya mara bagiku,kau juga harus ingat satu hal jika kau yang sekarang itu karena aku dan ayahmu"
Matanya memerah tangannya mengepal hatinya bergejolak ingin memuntahkan semua isi kepala yang sudah membuncah akibat perkataan sang ayah.Haruskah ia pasrah mendengar sesumbar serapah atau memuntahkan segala sumpah serapah,namun iya mengingat akan kenyataan bahwa pria dihadapannya lebih tua darinya.
"sampai kapan kau akan lebih mementingkan eksistensi mu ketimbang perasaan dan penderitaan anakmu sendiri?" setelah melontarkan kekesalannya pada sang ayah Gulf pergi menuju kamarnya
Mario yang ternyata menyaksikan perdebatan anak dan ayah itu kini berniat menyusul Gulf ke kamarnya untuk menenangkan Gulf , sesaat menuju tangga Mario melihat mata sahabat nya dengan penuh amarah namun sahabat nya itu hanya acuh.
ia duduk membisu sambil menatap muramnya langit malam bertemankan setitik binar bulan.
"aku muak pada pola tingkah tak berfaedah,harapanku untuk disayang bukan untuk diperintah,tapi nyatanya hanya ujaran kebencian yang mereka lontarkan,kenapa mereka tidak mengirimku saja pada ibu" isakannya mulai keluar roboh sudah benteng yang menghalangi tetesan air agar tidak juntai ke wajah.
Mario hanya merasa pilu mendengar suara sendu lelaki dihadapannya,ia menghampiri Gulf yang sedang terduduk diantara jendela kamar berlatar sang bulan.
"kenapa kau tidak bilang pada mereka jika kau lelah" Mario berbicara sembari mengelus surai hitam milik Gulf
"kau selalu terobsesi menuruti keberhasilan yang ayahmu ingin"
"aku harus melakukannya bukan? sekalipun aku lelah" isakannya belum redup ia masih menangis seraya berbicara
"jangan menggenggam yang tak muat ditangan, jangan mengejar saat kaki mu lelah, tak perlu memaksa sekiranya tak mudah,sesekali kau boleh melawan hatimu jangan dibiarkan sakit sendirian"
"Apa dia tau paman kenapa aku melakukan semua perintahnya"
"tidak perlu ia tau dan tidak perlu pengakuan darinya cukup kau hargai dirimu sendiri untuk saat ini"
"aku melakukan semua perintahnya karna aku pikir saat aku berhasil dia akan memeluku menyambut kemenanganku ,membanggakan ku kepada setiap orang atau setidaknya dia mengakui kehadiran ku,jika dia bersedia memeluku sekali saja tanpa syarat maka aku rela melupakan semua rasa kesalku padanya selama ini" dadanya semakin sesak kata demi kata ia berusaha menyelesaikan nya
Mario terenyuh melihat lelaki yang dikira orang sempurna nyatanya amat sangat rapuh ia kekurangan kasih sayang dari pihak orang tua,hanya pelukan yang dapat ia lakukan sekiranya dapat menenangkan sang anak lelaki di dekapan
Bukan cerita kehidupan seperti ini yang ia mau,hari ini ia tersenyum sumringah esok hari hatinya serba patah.
Ia hanya ingin menjadi elang yang terbang bebas sekalipun menerjang badai
Ia ingin menjadi lebah madu kehadirannya yang berguna dan bisa hidup tenang dimanapun berada
Ia ingin menjadi bangau yang menikmati kesendirian nya tanpa memperdulikan hal lain
Tapi nyatanya ia terlahir menjadi kupu-kupu dengan sebelah sayap,mesti terlihat indah ia tak bisa terbang bebas
hanya menikmati suara gaduh dalam diri yang iri akan diri yang tak berguna..Ingin rasa hati terlahir kembali dengan kehidupan yang ia mengerti tapi sekalipun itu terkabul tuhan akan tetap menunjukkan rasa kasihnya dengan cara yang sama untuknya,kata "hidup tidak adil" memang benar adanya,tidak hanya menyaksikan tapi ia turut merasakan.Pada siapa ia akan berbagi sesi bahagia kehidupan,pada siapa ia akan mengadu beratnya kesedihan saat yang diharapkan ikut membencinya sedangkan yang menyayangi telah pergi lebih dulu menemui sang kuasa.
Tidak berlebihan untuk merasa hidupnya sangat berat kala kebencian dan kesedihan yang ia tampung terlalu dalam hingga hatinya sudah bersahabat akan hal yang membuatnya tidak karuan.
TBC
.
.
.
.
Aku baik-baik saja
KAMU SEDANG MEMBACA
selenophile [End]
Teen Fiction🌻: Aku Gulf bukan Gap 🌞 : Aku juga Mew bukan Miu Apa harus menyalahkan Tuhan jika adil tak turut aku rasakan,kenapa Tuhan melimpahkan kebencian padaku setidaknya aku membutuhkan nuraga kiranya hidupku sukar dilalui nyatanya lara ku lewati sendiri.