"Mew kau sadar dengan ucapan mu?"
"tentu saja"
"kau tau jika Baifern menyukai mu?"
"lebih dari pada tau"
"lalu kenapa kau membuatnya muram dengan perkataan mu tadi,tidak seharusnya kau bertindak seperti itu"
"kau jangan pura-pura,aku tau saat Baifern menatap ku dengan senyum manisnya diam-diam kau merasa kesal kan dalam hati mu?"
"aku tidak bilang "
"tapi aku tau "
"kau tidak berpikir jika secara tidak langsung kau baru saja menyakiti hati adik dari sahabat mu sendiri,apa yang akan Bright pikirkan tentang hal ini"
"aku tau bright orang yang seperti apa,dia juga tau jika aku tidak pernah bisa membalas perasaan adiknya itu"
"tapi tetap sa__"
"sudah cukup jangan terus menyudutkan ku kenapa tidak ambil baiknya saja"
"baik bagian mananya?"Gulf kesal akan setiap jawaban yang Mew ucapkan
"mulai sekarang kau punyaku!"
"kau pikir aku mau?"
"kau pikir aku menerima penolakan?"
"Mew."
"tidak ada penolakan!Mulai sekarang kau punyaku aku punyamu jangan membatah!" Mew melenggang meninggalkan Gulf yang masih heran akan kelakuan gila Mew.
.
.
.Hari mungkin akan di lalui degan lebih baik,namun nyatanya luka dihati tidak lebih baik dari bilur yang sakit sesaat dan hilang dimakan waktu.
Dama telah lenyap di singkirkan kenyataan,harinya begitu gelabah akan kesedihan,hanya karna kisah asmara haruskah merasa berlebihan,namun semua rasanya tidak masuk akal, pikiran nya halai-balai mengingat kejadian tempo hari.
Eunoia akan sang pria yang di harap menjadi kekasih kini telah jatuh di hantam kerasnya belaian anila.
Masih tidak terima dengan konteks pertemanan hal ini harus terjadi,ia masih dewana akan sang pria.
"Bai kau melihat apa kenapa dari tadi terus melihat keluar jendela?" Aye menghampiri baifern yang sedang asik melihat ke arah luar jendela kelasnya yang berada di di atas
"Bai jangan bilang kau masih tidak terima akan semua ini?" aye memergoki ternyata yang baifern lihat adalah Gulf dan Mew yang seperti asik berbincang atau bertengkar?
"Kau kan bilang sendiri Aye aku ini terlalu perfek sebagai seorang wanita,jadi apa harus aku terus berada di memori yang telah usai masa nya?"
"kau benar Bai semua yang lelaki cari ada padamu lalu kenapa kau hawatir saat kehilangan satu lelaki saja" Baifern hanya tersenyum lesu, mulutnya boleh berkata bibir nya bisa tersenyum namun lain dengan hati yang masih muram akan suatu hal.
"sekarang kau hanya perlu berpikir tentang hadiah apa lagi yang akan kau minta pada ayah mu untuk keberhasilan mu sebagai peringkat pertama"
"masih dua hari lagi menunggu hasil ujian di umumkan lalu kenapa kau bisa tau kalau aku masih berada di peringkat pertama?"
"tidak perlu menunggu diumumkan bahkan semua orang tau jika kau akan berada di urutan pertama seperti biasanya " bagi Aye ini adalah hal menyebalkan, ia merasa minder sendiri saat sadar bahwa teman nya adalah siswa terpintar yang berbanding terbalik dengan nya.
.
.
.
."paman kapan pulang,aku saja sudah selesai dengan ujian ku tapi paman masih belum ada ancangan untuk pulang"
"aku baru sepuluh hari disini tapi kau sudah sangat merindukan ku rupanya"
"aku tidak bilang aku rindu paman aku hanya tidak tahan dengan keponakan mu"
"Mew berbuat hal aneh padamu?"
"sikaf posesif nya melebihi mu dia terlalu berlebihan,bukan terlalu tapi amat sangat berlebihan,kau pulang cepat atau aku ganti paman baru"
"cari saja aku juga sudah lelah dengan mu"
"paman!"
"sudahlah aku tutup telepon nya,aku akan kembali dalam waktu tiga hari"
Memandang temaram malam sudah menjadi hal biasa,namun kini ia memandang dengan cinta yang melimpah ruah,ia bisa rebah tanpa resah ,tidak masalah dengan hari yang begitu lelah,saat ada dia yang siap menjadi penyanggah
ia harap mimpi buruk tentang hari yang begitu sesal mangkir dari hidupnya,tidak berharap banyak akan kondisi saat ini karna ia tau tuhan ter amat menyayangi nya hingga ia tau titik bahagia belum siap menyambut nya.
Nayanika bercerita pada malam memandang begitu dalam,biarlah hari esok menjadi kuasa Tuhan sedangkan hari kemarin akan ia jaga dalam-dalam.
Hidup adalah teka teki yang tak seindah gurat merah langit senja, namun waktu berjalan seperti hujan terkadang gerimis rintik terkadang deras namun penantian yang indah dengan sang pelangi di akhir cerita.
.
.
.
.Hari ini semua siswa merasa was-was akan hasil yang akan terpampang di mini billboard sekolah,kejutan selalu terjadi setiap saat,mereka yang sempat tertinggal dibelakang kini banyak yang menyusul dengan lebih giat belajar agar namanya perlahan menggeser yang di atas.
"Bai?" Aye bersuara saat ia menghawatirkan perasaan Baifern setelah melihat apa yang ada di mini billboard
"Bai kau jangan hawatir ini baru semester pertama kau bisa memperbaiki nya untuk semester depan bukan" Aye masih hawatir kiranya apa yang akan terjadi dengan baifern setelah tau jika ia tidak lagi berada di posisi pertama melainkan posisi ke tiga
"tapi bagaimana aku bisa berada di posisi ke tiga? Gulf? dia baru beberapa Minggu disini tapi dia sudah bisa mengganti posisi ku sebagai peringkat pertama" tatapannya kosong,perkataan nya penuh dengan perasaan lesu,ia tidak tau apa yang akan ia hadapi saat orang tau jika kini ia telah tergeser sebagai peringkat pertama berturut-turut di sekolah.
Merelakan hal yang menjadi kebanggaan memanglah tidak mudah tapi apa daya mungkin usahanya berbeda atau mungkin kemampuan nya memang tertinggal jauh?
"Gulf?" thanat tertegun akan apa yang ia lihat ,Gulf berada di posisi pertama mengganti kan Baifern?rasanya masih asing untuk thanat
"Gulf kau selalu begitu,kau terlalu banyak diam tapi kau selalu lebih unggul dariku"
"sekarang kau mengakui kalau aku lebih unggul darimu?"
"tidak juga"
.
.
.
.
"Bai kau kenapa?kenapa dengan lengan mu" Aye hawatir luka apa yang ada di tangan cantik Baifern"Bai kenapa terluka" Baifern mencegah tangan Gulf yang hendak menyentuhnya
"tidak papah Gulf jangan menyentuh nya atau itu akan terasa sakit"
"maaf aku tidak bermaksud"
"lalu katakan kenapa kau terluka?"Aye penasaran tidak biasanya Baifern terluka ia adalah tipe orang yang selalu berhati-hati
TBC
.
.
.
.
ada yang aneh dengannya
KAMU SEDANG MEMBACA
selenophile [End]
Teen Fiction🌻: Aku Gulf bukan Gap 🌞 : Aku juga Mew bukan Miu Apa harus menyalahkan Tuhan jika adil tak turut aku rasakan,kenapa Tuhan melimpahkan kebencian padaku setidaknya aku membutuhkan nuraga kiranya hidupku sukar dilalui nyatanya lara ku lewati sendiri.