Satu duri telah berpulang

189 28 0
                                    

"Gulf... Gulf bangun" Mario menepuk pundak Gulf yang sedang lelap tertidur

"kenapa paman,ini masih malam sepertinya"

"cepat bangun dan pakai baju yang telah aku siapkan!"

"baju? sekolahku libur paman"

"bukan sekolah, cepat bangun dan pakai bajunya setelah itu kita bergegas pergi"

"pergi kemana? ke US?" Gulf langsung terperanjat dari mata loyo ke wajah segar

"bukan"

"kalau begitu aku tidak mau pergi"Gulf kembali menarik selimutnya

"kakekmu meninggal."Jawab Mario sontak membuat Gulf terkejut bukan main hingga kembali bangun dari tidurnya

"kakek"

"ayahmu menyuruhku membawa mu kesana,jadi cepat bangun dan pakai pakaian yang telah aku siapkan diatas meja walk in closet" dengan sesegera mungkin Gulf bersiap dan pergi dengan Mario

Lesu menghampiri seluruh tubuh tidak tau karena baru bangun atau kabar yang Mario berikan hingga membuat nya kembali fokus menetralkan pikirannya.

Hening terjadi disepanjang jalan menuju rumah sakit sebelum akhirnya Gulf bertanya "apa dia sakit?" tatapannya hanya tertuju ke luar jendela mobil

"tidak.dalam kematiannya ada campur tangan beberapa kompetitor yang mungkin memiliki problem dengan tuan Amaro"

"lalu bagaimana keadaan ayah"tidak usah naif membohongi diri tapi jujur saja ia menghawatirkan akan keadaan sang ayah yang mungkin bersedih atas kabar duka yang ia alami.

"aku tidak tau,dia hanya menelepon ku untuk memberi tau dan membawa mu kesana"

Jalan hampa membuatnya mudah di lalui, disepanjang jalan berbagai macam terkaan berboyong mampir di dalam pikiran tentang apa yang terjadi sekarang seperti sebuah hal yang memang masih sulit untuk diterima untuk dicerna.

"ayo turun"

"saat di dalam jika kau melihat ayah menangis tolong rengkuh dan tenang kan dia"

"kau peduli padanya?"sedikit senyum terpancar dari wajah Mario

"tidak"Gulf masih berusaha membohongi Mario dan dirinya sendiri

"ya sudah kita ke dalam sekarang"yang dijawab anggukan lemas dari Gulf

Sepanjang koridor yang dilalui hanya terpampang berbagai macam karangan bunga yang datang dari berbagai kolega yang tersangkut dengan sang kakek,wajah sendu dan sedih sudah menjadi setelan bagi orang-orang yang hadir dalam suasana duka.

Tidak habis dipikir tentang apa yang ia lihat, sangkaannya sang ayah akan bersedih atas kabar duka ini namun senyum bertabur tawa begitu renyah keluar dari mulutnya,tidak hanya Gulf tapi Mario ikut dibuat bingung akan apa yang ia lihat.

Wajarkah seseorang tetap tertawa menyambut koleganya meski suasana duka sedang dialami, rasanya menyesal menghawatirkan sang ayah yang menurutnya akan terpuruk karena kepergian sang kakek.Bayangannya kondisi sang ayah akan ikut merasa nyawanya hilang separuh,mungkin melihat ia yang wafat akan membuat hati ayahnya memohon untuk ikut di istirahat kan namun kenyataannya nihil.

"apa aku juga akan berprilaku sama saat dia tiada nanti?masih mampu tertawa di saat dia yang di anggap ayah tertidur lelap dalam peti pengharapan akhir hidup"

"setiap orang punya sifat yang berbeda tapi aku tidak tau jika orang yang keras hati memang tidak bisa luluh barang sekali pun"tatapan Mario masih tertuju pada sahabatnya Thanawat yang masih enggan menghilangkan senyum dan tawanya.

selenophile [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang