Kisah, Columbarium

231 35 1
                                    

"kau ingat Emma?"

"kak Emma? pacar paman waktu di US bukan?" hanya dijawab anggukan oleh Mario

"Gulf aku minta maaf sepertinya untuk beberapa hari ini aku tidak bisa menjagamu sepeti biasanya"

"urusan perusahaan paman belum selesai?"

"bukan.aku harus ke US"

"US? paman mau kembali ke US tapi tidak mengajak ku,paman sendiri yang membawa ku kemari tapi sekarang mau meninggalkan ku sendirian"

"dengarkan aku dulu aku belum selesai bicara "

"lalu kenapa "

"Emma hamil"

"hamil?kak Emma?"

"itu sebabnya aku meminta izin padamu untuk pergi ke US,aku ingin memastikan apa benar dia mengandung anak ku atau tidak"

"Kak Emma memang terlihat seperti wanita baik,tapi apa paman percaya semudah itu padanya? paman kan tau sendiri kita sudah lumayan lama kembali ke Thailand kenapa dia baru mengatakan hamil sekarang?"

"dia bilang jika dia mengatakan padaku selagi kandungan nya masih kecil dia takut aku akan menyuruhnya menggugurkan kandungannya,itu sebabnya dia baru mengatakan sekarang saat kandungan nya sudah besar"

"Kau sudah tua tapi kelakuan mu seperti anak remaja kau malah menghamili pacarmu"

"apa aku setua itu menurut mu?"

"aku selalu hawatir saat tahun berganti tahun,melihat paman yang belum kunjung menikah aku berpikir apa kurangnya seorang bujang tua ini sehingga lama untuk menikah" Gulf bicara semabri menyelediki Mario dari atas sampai bawah.

"diam kau,kau pikir aku tidak laku?banyak wanita yang mengantri untuk mendapatkan ku,tapi aku tipe lelaki satu wanita,meskipun jauh hatiku tetap terjaga untuknya" Gulf menarik bibirnya kebawah sebagai ekspresi meledek

"kau akan menikah adalah hal bagus akan ada orang yang setidaknya mengkhawatirkan mu, merawat mu dan menyambut kepulangan mu di rumah saat lelah bekerja,dan satu lagi akan ada orang yang kau perhatikan selain aku,selama ini aku memendam kekesalan sebenarnya perhatian mu berlebihan padaku kau melarang ku ini itu ,aku tidak boleh ini tidak boleh itu kau sel__"

"kau pikir aku melakukan itu kenapa?" sahut Mario memotong perkataan Gulf yang belum selesai

"kau sudah aku anggap anak ku sendiri aku sudah merawat mu sejauh ini, setidaknya kau terima perlakuan posesif ku padamu"

"kenapa aku terus berpikir jika aku tidak mendapat kasih sayang dari sosok orang tua padahal aku terlalu banyak menampung limpahan kasih yang kau beri"

"aku tidak bisa menampik kenyataan bahwa hanya kau orang yang menemani kesendirian ku selama ini,kau ikut menjadi saksi kehidupan ku kau menemaniku saat hidupku menjadi baik maupun buruk hanya kau yang setia menemaniku,jadi jangan pikir kalau hanya aku yang menjagamu,kau juga penting untuk ikut serta dalam buku kisah tentang ku"

"ayolah paman jangan membawa kisah yang telah dibaca ke lemabaran berikutnya atau ingatanmu hanya akan berputar tentang cerita lama.aku sudah tidak sabar akan segera punya adik"

"adik?"

"anakmu akan menjadi adikku bukan?"

"kau setuju aku menikahi Emma?"

"apa penting persetujuan dariku?itu hakmu jadi kenapa melibatkan ku"

"tentu saja kau sendiri yang bilang kalau kau kakak dari anakku jadi sudah seharusnya aku melibatkan mu dalam hal besar ini"

Yang dianggap keluarga tidak pernah menganggap nya,tapi orang lain melibatkan nya dalam kisah mereka, hidupnya ternyata bukan hanya tentang kesedihan dalam kenyataan ini menurutnya terlalu jenaka jika dia lebih dianggap penting oleh orang luar

"kenapa kemari?"

"selama paman di US aku akan berangkat ke sekolah bersama mu"

"paman menyuruh mu?"

Mew mengangguk "tidak paman suruh pun aku bersedia pergi dan pulang bersama mu" Gulf memutar bola mata malas

Kepergian Mario ke US bukan hal yang akan membuat Gulf bingung karena tidak ada orang yang menjaga dan menemaninya nyatanya selama Mario tidak ada dijadikan kesempatan besar oleh Mew untuk semakin dekat dengan Gulf.

Pemandangan pagi hari saat melihat Gulf dan Mew datang bersama ternyata sudah mulai terbiasa di pandangan para siswa sekolah.

"Mew kulihat kau semakin dekat dengannya,apa hubungan pertemanan mu dengannya sedekat itu saat kecil?"

"kau ingat paman Mario Bright?"

"tentu aku mengingat nya walau kau hanya menunjukkan nya dalam sebuah foto,tapi bukan itu pertanyaan ku"

"tapi ini ada kaitannya,paman Mario bekerja untuk Gulf dan sekarang dia sedang ada keperluan di US jadi dia menitipkan Gulf padaku sebagai gantinya"

"bekerja untuk Gulf?bukankah kalian dari keluarga yang berada?lalu kenapa dengan pamanmu yang bisa terlibat dengan Gulf?"

"aku tidak berniat menceritakan tentang kehidupan nya pada orang lain." bright menghela nafas mendengar jawaban Mew

"Tidak begitu Mew,kurasa kau menyembunyikan sesuatu dari kita " thanat menyipitkan matanya ia mulai penasaran dengan topik obrolan

"menyembunyikan apa,sudahlah kemabli ke kursi mu guru sebentar lagi datang"

Sepulang sekolah kini tidak ada yang menunggu kepulangan nya dan membukan pintu mobil untuknya, dia pulang mengendarai motornya,tentu saja tidak sendiri ada Mew yang kekeh menggantikan paman nya untuk Gulf.

"Mew"

"kenapa Gulf,ada hal yang mengganjal mu?"

"begini,aku ingin pergi ke columbarium untuk menemui ibuku,paman Mario memberikan alamatnya tapi aku tidak tau dimana itu" ekspresi nya seakan memberi tau jika ia malu saat harus meminta bantuan pada Mew

"kalau begitu berikan padaku alamatnya aku akan mengantarkan mu"

Halusnya butiran abu yang masih setia tersimpan dengan aman dalam sebuah wadah yang tertutup ia tidak mengerti kenapa manusia melakukan ini,yang sudah tidak ada biarlah pergi membawa rohnya dengan utuh,hal semacam ini hanya akan mengingatkannya pada sebuah kisah yang sudah berlalu.

Wajah wanita yang sama dengan foto yang selalu ia rindu kini terpampang di depan nya bersender dengan benda yang menyimpan sisa kehidupan dari sang ibu,sebuah ukiran nama begitu jelas terlihat yang membuatnya tersenyum saat melihat nama DIANA LINELLEE JAYENDRA terpajang dengan sedikit usang.

Tidak ada kata yang terucap tidak ada raungan yang terdengar,air mata menjelaskan keadaan tatapan sendu begitu jelas terpancar ,kerinduannya terlalu berat terucap dadanya sesak saat memori masa kecil terputar sendiri di kepala ,tangannya gemetar mengingat dulu selalu ada yang menuntun nya dikala buntu,bahunya merindukan rangkulan punggungnya menginginkan elusan, mengapa Tuhan memisahkan si kecil dengan ibunya disaat keduanya saling menguatkan, melihatnya terlalu lama hanya akan membuat rasa sesak semakin mencekik walaupun diri membutuhkan nya tapi dia lebih memilih tinggal bersama sang kuasa.Kini ia akan merasa kesulitan tanpa ada penguat, menjalani nya dengan kesunyian sudah menjadi hal yang ditanggung karna ia yang diharap sudah usai ceritanya.

Sepanjang jalan dari columbarium menuju parkiran hanya keheningan yang terasa,daun kering yang jatuh menambah kesan sendu yang terasa, mulut nya masih enggan berucap pikirannya sedang kembali di netralkan untuk tidak larut akan kesedihan yang tidak akan membuahkan hasil.

"Aku selalu menunggu mu untuk menceritakan kisahmu, jangan semua kau rasa sendiri,aku juga akan ikut andil dalam hidupmu mulai sekarang"

"kenapa aku harus menceritakan kisahku?"

"agar kau tidak berpikir jika kau selalu sendiri "

"aku benci menceritakan tentang kisahku,karna saat aku mulai mengatakan nya hal itu akan membuat ku menangis membuat ku terlihat begitu menyedihkan dan aku benci itu" tatapannya masih layu dan hanya terpokus ke arah depan.

TBC
.
.
.
.
apa kau yakin dengan ucapan mu?

selenophile [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang