Livia berjalan menyusuri koridor dan berbelok saat tiba di depan pintu kelasnya. Ia lantas masuk dan hanya menemukan seorang pria yang duduk tepat kursi miliknya.
"Hai," sapa Liv menghampiri Agarish yang tampak sibuk dengan buku dan pulpen di tangannya.
Pemuda itu mendongak lantas memasang senyum di bibirnya lalu kembali menunduk melanjutkan pekerjaannya.
Tumben, pikir Liv.
Tak mau terlalu mempermasalahkan, cewek itu langsung duduk di samping Aga dan mengeluarkan bukunya hendak menulis materi.
"Coba liat punya lo, yang di depan gak jelas," ujar cowok itu tiba-tiba sambil menggeser duduknya, mendekatkan diri.
"Boleh," sahut Livia sedikit mendorong bukunya.
Agarish mengangguk lalu lanjut menulis tanpa bergeser kembali ke tempatnya semula. Malah, entah bagaimana, secara natural tubuh mereka semakin berdekatan tanpa disadari.
Kepala Livia bahkan sedikit menempel di dada bidang Agarish saking ketiadaan jarak diantara mereka. Kemudian ia tersentak kala sebuah tangan mendarat di pinggangnya, melingkarinya sedikit erat.
Livia yang penasaran menoleh dengan Agarish yang ternyata melakukan hal yang sama. Dengan jarak tubuh yang berdekatan, otomatis wajah mereka pun terasa sangat dekat saat bersamaan saling memandang.
Dengan susah payah Livia menelan salivanya.
Ini aneh. Jantungnya berdetak tak karuan, apalagi saat Agarish dengan terang-terangan memandangi matanya dalam dan dengan gerakan pelan mulai mendekatkan wajahnya, mengikis jarak yang ada dan membuat Liv secara refleks menutup matanya.
"Ohok ohok!"
Tiba-tiba suara batuk terdengar jelas tepat di sebelah telinganya yang langsung membuat Livia membuka matanya kaget. Dengan dada yang naik turun, cewek itu memandang objek di depannya dimana seorang pria tertidur pulas dengan posisi menyamping menghadap dirinya.
Livia kemudian sedikit menunduk dan mendapati tangan Radhea melingkari pinggangnya. Ia termenung beberapa saat untuk menyadari bahwasanya yang tadi terjadi hanyalah mimpi.
Gila, apa-apaan.
Ia pikir aneh saja dirinya tiba-tiba memimpikan hal yang seperti itu bersama Agarish.
Ah, mungkin hanya efek Radhea yang memeluk pinggangnya ditambah dengan posisi tidur ia yang berhadapan dengan cowok itu. Iya mungkin karena itu mimpinya bisa seaneh tadi, sangkalnya dalam hati.
"Huh," Liv membuang nafasnya dan memandang pemandangan di depannya dimana Agarish ternyata sudah membuka matanya, menatap lurus tepat ke arah Livia dengan tatapan sayu.
"Ikut gak?" tanya Agarish pelan dengan suara serak khas bangun tidur. Ia bahkan tidak mengubah posisinya dan membuat pandangan mereka saling bertautan.
"Kemana?" tanya Livia balik. Gadis itu ikut berbisik, takut membangunkan yang lain.
"Nontonin gue futsal, minggu."
Livia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dilihatnya Agarish yang memasang senyuman dan perlahan kembali menutup matanya tertidur.
–
"Liv!! Livia bangun!" panggil Rai yang mengguncang tubuh gadis yang daritadi tidak mau membuka matanya. "Liviaaaaa."
"Eung," gumam gadis itu yang akhirnya secara perlahan terbangun. Livia beringsut duduk dan memandang jam dinding yang menunjukkan pukul lima pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH ME | wolfiebear [END]
FanfictionDua orang yang tiba-tiba dekat, padahal gak akrab dan gak pernah ngobrol selama sekelas. ft. 04L & 05L