-
"Morning, Mam," sapa Livia yang baru turun dari kamar dengan baju seragamnya yang sudah rapih.
Wanita yang di sapa menoleh mendapati putrinya yang sedang berjalan mendekat. "Morning sayang," jawab Iris-Mama Liv, sambil tersenyum lalu kembali melanjutkan pekerjaannya yaitu menata meja makan.
Baru saja Livia menarik satu kursi, Mamanya kembali bersuara. "Tolong bangunin Apin dulu dong, Sayang."
"Dia ada disini, Ma? Kapan pulangnya?" tanya Livia bingung, seingatnya kemaren malem kakaknya itu belum ada.
"Ada, pas malem dia pulang jam 12an, gedor-gedor pintu soalnya lupa bawa kunci yang Mama kasih katanya, ketinggalan di kosan," jelas Iris.
Livia mengangguk dengan mulut terbuka membentuk huruf O kemudian beranjak melakukan perintah ibunya. Sambil bersenandung gadis itu menaiki tangga karena kamar kakaknya berada di lantai dua.
Tok tok tok
Beberapa kali mengetuk pintu putih itu tapi gak ada jawaban sama sekali. Karena kesal Liv mulai menggedor sambil meneriaki nama kakaknya. "PIN!! RAVIN!!"
"Dasar kebo!" kesalnya karena cowok itu masih tidak merespon. Akhirnya ia langsung membuka pintunya dan menyelonong masuk. Biarin aja, toh cowok itu juga suka asal masuk kamarnya, mana pas keluar pintunya gak ditutup lagi lagi.
"Pin banguuuun!!" Livia mengguncang tubuh kakaknya yang terkapar di atas kasur sambil memeluk guling.
"Hm," cowok itu malah bergumam memudian berganti posisi menjadi membelakangi Liv.
"Pin, ish!" Gadis itu makin mengguncang badan kakaknya yang umurnya hanya berjarak dua tahun itu.
"Woy apaansi ah!!" erang Ravin dengan suara serak merasa terganggu. By the way, orang rumah manggil dia Apin.
"Bangun kata Mama sarapan dulu! Orang mah baik-baik bangunin juga," gerutu Livia.
"Iya-iya ini bangun, PUAS?" cecar cowok itu sambil bangkit duduk dan memelototkan matanya tepat dihadapan Liv.
"Jangan deket-deket, mulut lo bau jigong."
"Sembarang lo, gue tadi udah sikat gigi ya pas bangun buat subuhan!"
"Serah. Cepet turun ditungguin noh."
Emang Ravin doang yang pagi-pagi tuh kerjaannya mancing emosi Liv. Cewek itu kemudian berjalan keluar kamar diikuti Ravin yang langsung turun dengan kaos dan celana kolornya sambil ngucek-ngucek mata.
Pas turun ternyata di meja makan udah ada ayah mereka yang duduk di kursinya. "Tuh udah turun, Ma," tunjuk pria itu.
Iris yang menoleh ke belakang tepat anak-anaknya berjalan mendekat. "Oh udah turun. Tadinya mau Mama susulin, orang kalian lama banget."
"Nih dianya kebo, Ma," adu Livia mulai duduk.
"Dih, ngaca. Kayak gak kebo aja lo," sahut Ravin membuat adiknya mendelik.
"Udah jangan berantem, Pin cuci muka dulu sana. Jorok amat belum cuci muka."
"Iyaaaa."
Mereka mulai menikmati sarapan diselingi obrolan ringan. Livia yang tidak terlalu banyak bicara mendadak bawel menimpali ocehan Ravin. Emang keberadaan tuh cowok amat menguras energi bagi Liv.
"Pin gimana kuliahnya?" tanya Handi-Papanya.
"Ya gitu aja, Pa. Biasa," jawab cowok itu memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH ME | wolfiebear [END]
FanficDua orang yang tiba-tiba dekat, padahal gak akrab dan gak pernah ngobrol selama sekelas. ft. 04L & 05L