-
"Nyet, pagi-pagi udah molor aja lo."
Agarish berdecak saat tidurnya terganggu karena Athar terus menendang-nendang kakinya yang berada di bawah meja. Ia mendelik, tatapannya seolah menyuarakan 'helo, terus yang kemaren ngamuk-ngamuk gara-gara kesenggol dikit pas tidur pagi-pagi siapa?!'
"Berisik. Gak bisa tidur gue semalem."
Pemuda dengan rahang tegas itu terbahak. "Kenapa? Sakit abis kena tonjokan maut si Ezra?" sindirnya. "Gue heran kenapa bisa lo santai begini disaat teman-teman lo tuh pada kacau semua."
"Lo bisa diem gak sih? Dipikir gue juga gak pusing apa? Masalah gue tuh bukan cuma lo pada."
"Kok nyolot?" sambar Athar tak terima.
Padahal ia sudah netral dengan tak ikut menjauhi temannya itu karena ingin mengetahui sebenarnya dari dua sudut pandang. "Gue cuman ngingetin aja. Di mata mereka semua, lo tuh secara gak langsung udah dicap sebagai perebut cewek temennya. Ditambah lo juga lagi deket sama si Livia. Gak mikir apa perasaan tuh cewek gimana liat lo ada berduaan gitu sama cewek lain malem-malem?"
"Hm." Agarish beranjak setelah bergumam malas. Meninggalkan Athar yang melongo.
Agarish hari ini terlihat lebih pendiam sepanjang kelas. Sikapnya semakin meyakinkan anak-anak lain bahwa sedang ada perang dingin ditengah lingkaran pertemanan mereka. Mereka juga berpencar saat jam istirahat, tidak menghabiskan makan siang di dalam satu meja yang sama seperti biasa.
-
Agarish menyandarkan bagian belakang tubuhnya ke tembok. Saat ini ia sedang menunggu Livia yang sesaat setelah kelas dibubarkan langsung menuju ke perpustakaan.
Tapi satu deringan di ponsel cowok itu membuat ia terperanjat kaget. Aga mengusap dadanya beberapa kali sebelum mengangkat panggilan tersebut.
"Sore, Agarish."
"Sore, Dok."
"Maaf, saya baru mengecek ponsel dan saya lihat ada beberapa panggilan tak terjawab dari kamu," ucap pria di sebrang sana. "Ada apa?"
"Aga mau tanya sesuatu, Om."
Setelah itu obrolan mengalir. Agarish lebih memilih melipir ke tempat yang lebih sepi karena khawatir mengganggu penghuni perpustakaan.
Usai puas bercakap dan menanyakan sesuatu yang terus mengganggunya sejak semalam, ia langsung pergi ke arah parkiran. Memilih untuk menunggu Livia di sana saja.
Dan, baru beberapa menit ia duduk di atas jok motornya, seseorang yang ditunggunya pun datang.
Buru-buru Aga berdiri. Cowok itu langsung menghampiri Livia yang berjalan tergesa saat matanya menangkap sosok Agarish. Seolah, pemuda itu adalah virus yang perlu dijauhi.
"Liv tunggu."
Agarish berhasil menangkap tangan gadis itu.
"Gak usah pegang-pegang, bisa?" ucap Livia tajam.
"Gue bisa jelasin tentang Lula—"
Livia menghela nafasnya kesal. "Again. You with your Lula things. Can't you stop it?"
Ia tidak membenci Lula, tapi cara Agarish yang terus membawa nama gadis itu ke dalam obrolan mereka membuatnya sedikit muak.
"Gue mau ngelurusin sesuatu, Liv."
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH ME | wolfiebear [END]
FanfictionDua orang yang tiba-tiba dekat, padahal gak akrab dan gak pernah ngobrol selama sekelas. ft. 04L & 05L