twenty six; hold it in

701 96 14
                                    

-

"BANGSAT?!" pekik Asel setelah Livia menceritakan semua kejadian di villa Athar tanpa tertinggal satu pun. Ia bahkan sampai bangun dari sesi rebahannya di kasur empuk Livia dan duduk dengan tegak mendengar akhir dari cerita sepupunya itu.

"Jangan teriak-teriak, kalo kedengaran sampe luar ntar si Apin nyamperin lagi. Tuh anak suka kepo," dengus Livia.

Tau gak sih, kakaknya tuh tipikal orang kepo yang gak akan nyerah sebelum dikasih tahu. Dan berhubung ini topik yang agak-agak gila, sebisa mungkin ia mencegah kakaknya kepo akan hal ini.

"Ya lagian bangsat banget tuh cowok! Awas aja, pas masuk sekolah gue tandain tuh yang namanya Agarish!" geram Asel.

"Yaudah lah gue juga salah kayaknya udah kepedean."

"LIVVY?!" geram Asel mendengar jawaban pasrah sepupunya. "Lo jangan pasrah gitu dong! Kalo pun emang cuma lo doang yang suka dia, terus ngapain si bangsat itu nyium lo?"

Livia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Pusing memikirkan kejadian di villa sekaligus pusing mendengar gerutuan Asel.

Asel ini meski terkenal karena sifatnya yang humble dan ceria, ia tetap bisa berubah menjadi orang yang berbeda saat orang terdekat dikecewakan. Sedikit info saja, dari dulu Asel memang terkenal sebagai social butterfly. Jalan di koridor rasanya kayak Presiden, banyak banget yang nyapa. Apa itu artinya ia punya banyak sahabat? Jawabannya tidak. Kenal banyak orang bukan berarti banyak teman juga.

Baginya sulit menemukan sahabat yang benar-benar mengerti akan dirinya dan tulus berteman dengannya. Bukan hanya sekedar penasaran dan numpang tenar saja. Makanya ia kerap terlihat sendiri daripada bergerombol dengan gadis-gadis lain. Tipe orang yang 'yaudahlah, sendiri juga bisa'.

"GUE PUNYA IDE!" Muka Asel berubah sumringah, di atas kepalanya seolah ada lampu yang menyala-nyala.

Liv menoleh malas. "Apa?" Gadis yang sedang duduk di meja belajar itu kemudian kembali mencoret-coret bukunya dengan asal.

Pikirannya sedang semrawut dan acak-acakan layaknya coretan abstrak itu. Beruntung kejadian ini terjadi di tengah liburan sekolah. Ia jadi tidak perlu bingung memikirkan bagaimana bersikap saat bertemu cowok itu.

Asel beranjak, mendekat sambil menarik kursi di meja rias agar bisa berhadapan dengan Livia.

"Lo ada cowok lagi gak?"

Mata Livia membeliak. "Ya nggak lah! Punya satu aja nggak "

"Ih! Bukan gitu maksudnya. Lo ada gak cowok lain yang deketin lo gitu?"

Liv berpikir sejenak. Mengingat-ingat cowok mana lagi yang dekat dengannya selain Agarish.

Dan GAK ADA.

Yailah, ia baru sadar jika semenjak akrab dengan cowok itu Livia tidak pernah lagi dekat dengan laki-laki lain.

"Ada gak, Livvy???" desak Asel gemas.

Liv membuang nafasnya pasrah. "Gak ad— Eh tunggu!" Gadis itu buru-buru mengambil ponselnya. Membuka aplikasi chatting.

 Membuka aplikasi chatting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BE WITH ME | wolfiebear [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang