34

619 109 15
                                    


-

Tiga hari terakhir rasanya berjalan cepat dan menyenangkan. Dari saat membuka mata yang langsung dihadapkan dengan pemandangan teman-temannya yang kebo abis, alias susah dibangunin, sampai malam-malam yang seharusnya menjadi waktu tidur tapi malah dihabiskan dengan obrolan ngalor ngidul.

Ada kalanya juga situasi tegang, dimana mereka diinterupsikan untuk segera berkumpul tapi salah seorang lelet dan membuat temannya yang lain menunggu sambil misuh-misuh, takut ketinggalan. Atau kerusuhan di pagi hari saat berdandan seperti,

"CATOK GUE MANAA?"

"Pinjem cermin bentar dong!"

"Lipstik gue kemerahan gak?"

Atau sekedar, "Iket rambut gue mana?!" yang akan langsung mendapat sahutan, "Itu yang ditangan lo apaan, dodol!".

Tak ketinggalan, kejadian seperti lupa menaruh ponsel, baju atau sekedar kaos kaki juga tidak jarang terjadi, alias sering banget!

Ya maklum sih, namanya juga hidup di ruangan yang sama. Malah, semua itu bisa menjadikan mereka pribadi yang lebih dekat dan mengenal satu sama lain dengan lebih dalam.

Tapi dibalik kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan seperti di atas, kejadian menyenangkan tidak kalah banyak. Seperti mereka yang harus pergi ke minimarket di jam sebelas malam hanya karena Radhea yang kelaparan, atau disaat Ezra yang kejangkang ke belakang saat menaiki banana boat dan berakhir jatuh ke air dan tertinggal oleh water sport tersebut.

Belum lagi tadi siang, Livia yang sedang asik mengubur kaki Agarish dengan pasir harus rela terganggu saat mendengar seruan jika sandal slip on yang dikenakan Rai tersapu air laut karena gadis itu menaruhnya sembarangan yaitu dibibir pantai. Berlangsung lah kerusuhan mencari sendal yang dibantu se-RT, karena masalahnya, tuh sendal bukan sendal slip on sembarangan, tapi bermerek Chanel!

Gila emang.

Disisi lain, Livia juga termenung karena teringat obrolannya dengan Athar dua hari yang lalu. Tepatnya saat mereka mengambil makanan pesan antar mereka dan menaiki lift untuk kembali ke kamar.

"Gue tau sesuatu loh tentang lo."

Alis Livia menyatu. "Tau apaan dih."

"Something ... between you and ...."

"APAAN?? Ngomong yang jelas," gemas Livia melihat Athar yang dengan sengaja mengucapkan kalimat dengan lambat. Bikin penasaran aja.

Cowok dengan beberapa kotak pizza ditangannya itu terkekeh. Hanya sebentar, karena setelah itu wajahnya berubah menjadi serius. "Gue tahu kok ada yang beda dari lo sama si Aga. I mean dalam konteks hubungan yang gak kayak kita-kita yang sebatas temen biasa doang."

Livia menelan ludah kasar, entah karena kaget seseorang menyadari hal itu atau karena Athar yang berbicara dengan nada rendah. Seolah sangat serius.

"Gak usah terlalu kaget gitu, gue yakin kok sebenernya yang lain pada nyadar. Mungkin bedanya mereka gak ngomong aja."  Athar menjeda ucapannya. "Sejauh ini Liv, gue baru pertama kali liat si Aga, yang notabenenya sahabat gue dari lama keliatan nyaman sama cewek. Yang bener-bener nyaman sampai dia bisa dengan bebas curhat itu ini ataupun berinisiatif ngajak main yang mana pernah dilakuin tuh orang."

Pupil mata Livia membesar. Ia masih diam melihat raut cowok itu yang sepertinya belum selesai berbicara.

"Mungkin dia emang keliatan biasa aja sama cewek, tapi kalo ditahap yang kayak gini, gue baru liat sumpah. Dia tuh kayak gak punya sisi romantic tau gak? Kayaknya dia kesusahan karna dia punya struggle tersendiri soal itu. Ada alesan tentunya kenapa dia gitu. Dan sorry aja itu bukan ranah gue buat ngejelasinnya." Pemuda itu mengangkat bahunya sedikit. "Jadi tolong, bantuin dia ya? Lo bisa kan nunggu sebentar sambil temenin dia? Jujur, gue sebagai temennya berharap banyak sama lo."

BE WITH ME | wolfiebear [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang