-
Agarish menggeram saat mobil di belakang terus menyeretnya hingga laju motornya terseok-seok.
Gila, manusia macam apa yang sedang mengendarai sedan putih itu?
Entahlah, semuanya berjalan sangat cepat. Sampai-sampai tubuhnya terlempar dan tertimpa beban dari motornya. Kepalanya terbentur kuat. Dan senyuman yang ia bawa tadi, sudah hilang entah kemana.
Rasanya sakit sekali. Agarish meringis sambil diam-diam merasakan bau anyir dari darah yang mengucur dari kepalanya. Badannya tak jauh beda, semua tulangnya berasa diremukkan dari dalam.
Sial.
Disaat seperti ini rasanya Agarish ingin berdiri, menggedor kaca mobil itu dan memakinya. Tapi nyatanya, tubuhnya bahkan tak sekuat itu dan kesadarannya pun perlahan lenyap.
Mata Agarish terbuka.
Ia terdiam selama beberapa saat hingga berdecak kecil. Apa tadi ia bermimpi?
Tunggu dulu. Agarish mengedarkan pandangannya pada sekitar, kemudian berdecak.
"Bukan mimpi ternyata."
Karena nyatanya, saat ini ia sedang terbaring di ruang rawat dengan bau disinfektan yang menyengat.
Terganggu karena tangannya sedikit berat, Agarish menunduk, kemudian mengernyit melihat kepala perempuan yang tengah tertidur. Ia kemudian beranjak duduk meski tubuhnya masih lemas.
"Livia?"
Merasa tidurnya terganggu, Livia mengangkat kepalanya. Gadis itu menggosok matanya beberapa kali hingga membelalak saat baru menyadari pemandangan di depannya.
"Aga?!" Ia berseru heboh. "Astaga, Aga. Kamu udah sadar?"
"Eh?" Agarish mengernyit.
Raut wajah Livia yang tadinya sumringah, kini turun kecewa karena merasa kecewa.
"Kepala lo kebentur keras banget ya? Sampe hilang ingatan dan gak inget gue?" gumamnya.
Dahi Aga mengerut bingung. "Hah? Apa?"
"Lo inget gak, nama lo siapa?" tanya Livia. Di ruangan ini hanya ada dirinya. Tante Sera sedang pergi membeli sarapan karena sekarang masih pagi.
"Agarish."
"Oh?" beo Livia sambil mengernyit. "Kalo gue siapa?"
"Ya ... Livia? Lo gak ganti nama kan? Kalo mau ganti nama gak usah aja lah. Ribet, kudu potong kambing."
Livia mendelik, kemudian menabok lengan Agarish. "Ih! Gue kira lo amnesia!"
"Aduh aduh, sakit Liv!" Aga mengaduh sambil mengusap lengannya. "Lagian siapa juga yang bilang gue amnesia?"
"Ya gak ada." Ia mengedikan bahunya.
"Lah?"
Gadis itu berdecak. "Tadi pas gue tanya lo malah eh eh doang kayak orang linglung."
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH ME | wolfiebear [END]
Fiksi PenggemarDua orang yang tiba-tiba dekat, padahal gak akrab dan gak pernah ngobrol selama sekelas. ft. 04L & 05L