twenty nine;

593 82 9
                                    

-

"Livia gue laperrrrr," rengek Rai yang langsung menghampiri meja cewek berambut lurus itu tepat setelah bel istirahat berbunyi.

"Ih sama, Liv lo bawa apa hari ini?" sambar Radhea yang ikut menghampiri bangku Livia-Diandra.

Si cewek yang dituju hanya terkekeh manis. Tangannya menyelusup ke dalam tas untuk mengambil kotak bekalnya.

Ini sudah seperti rutinitas bagi mereka, istirahat pertama mereka akan pergi ke kantin bersama-sama. Sementara istirahat kedua mereka akan menyerbu meja Livia karena cewek itu kerap membawa camilan buatannya sendiri.

"Churros? Wih favorit gue nih churros buatan lo, Liv," cetus Ezra yang langsung mengambil makanan itu tepat setelah kotak makan dibuka.

"Ih iya astaga, punya lo enak banget. Tau gak? Gue pernah nyoba buat tapi malah kayak tai jir. Udah mah gosong gak berbentuk lagi."

Athar langsung menyahuti curhatan si pacar. "Udah yang, jangan diingetin lagi." Jujur rasanya Athar mau lupain rasa tuh churros. Secara dia yang jadi korban buat makanin hasil karya pacarnya sampai habis sebagai apresiasi. Meski udah nya langsung eneg abis. Gak tau Diandra masukin gula seberapa banyak.

"Hahaha, belajar lagi aja."

"Iya kan mesti belajar lagi? Yang, ntar temenin aku bikin churros lagi ya?" pinta Diandra antusias.

Mata Athar langsung menajam menatap Livia sebal. Sumpah idenya jelek banget. "Beli aja ya, gak usah bikin," tolak Athar secara halus. Ia benar-benar gak mau nyicip tuh churros untuk yang kedua kalinya.

Diandra berdecak. "Jadi pacar gak supportif amat."

Ngomong-ngomong pacar gini Livia jadi ingat jika ia juga punya pacar.

Tapi mengingat Agarish yang bahkan tak lagi berusaha menjelaskan hubungan mereka, ia rasa sudah jelas bahwa ia harus segera melupakan apa yang ada diantara mereka. Semua sudah beres kan? Tinggal Livia saja yang menerima kenyataan.

Jadi rasanya peran Radit sudah tak dibutuhkan lagi untuk ini. Dan mungkin ini saatnya Livia men cut off Radit dari kehidupannya.

Lagipula lama kelamaan Liv risih dengan cowok itu yang terlalu menuntut kabar juga kebiasaannya yang selalu menelpon hingga larut malam dan menyita waktu belajarnya. Mungkin itu hal biasa bagi orang berpacaran, tapi entah kenapa ia malah tak nyaman.

Mungkin karena pada dasarnya Livia tidak suka saja pada Radit.

Liv kini jadi memikirkan cara untuk menjauh dari cowok itu. Yang masalahnya, Radit tuh tidak pernah tersinggung mau Livia bersikap secuek apapun.

Yaudah lah, nanti ia pikirkan lagi cara menjauh dari cowok itu.

"Eh gue gak nyangka Bali menang. Yeay akhirnya kesampean juga study tour ke Bali."

"Lebay," sosor Aga melihat Radhea yang begitu kegirangan.

"Eh iya, yang kemaren vote Bali ngacung aja ntar di traktir batagor sama si Aga," gadis itu memberikan pembalasan.

"Gue lagi gue lagi..."

"Gue vote Bali kemaren," ungkap Athar.

BE WITH ME | wolfiebear [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang