49

433 50 0
                                    







-

Flashback.

Senyuman Agarish terbit saat memperhatikan benda berbentuk kotak di tangannya.

Ada rasa excited bercampur gugup di dadanya. Karena seperti janjinya, ia akan mengajak Livia keluar malam ini dan berencana untuk memberikan kepastian tentang hubungan mereka. Yah, sedikit lamban memang, tapi syukurnya Livia selalu sedia menunggunya.

Puas dengan benda di tangannya, Agarish kembali menutup kotak itu dan menyimpannya di saku jaket. Ia mulai menyalakan mesin mobil dan berkendara dengan hati riang.

Butuh waktu setidaknya lima belas menit untuk sampai di kediaman gadis itu. Tapi di tengah perjalanan mata Agarish memicing, melihat pejalan kaki dengan perawakan yang familiar.

Untuk menuntaskan rasa penasarannya, Aga memelankan laju mobil dan berkendara agak ke pinggir.

"Nah bener kan," gumamnya setelah berhasil mengenali si pejalan kaki. "Ngapain dia jalan sendiri malem-malem gini."

Rasanya, tak etis saat melihat orang yang dikenalnya di depan mata tapi ia membiarkannya. Apalagi dia seorang gadis dan ini malam hari. Jadilah Agarish memutuskan menghentikan mobilnya, setidaknya ia bisa menawarkan tumpangan.

Agarish keluar, memutari mobilnya kemudian menghampiri gadis yang berjalan di tengah trotoar itu.

"Lula?"

Gadis yang setia menunduk itu mengangkat kepalanya saat namanya disuarakan.

Mata Agarish langsung melotot kaget saat melihat ada darah mengalir dari pelipis gadis itu. Ada segurat luka di sana yang bisa Agarish yakini sangat perih karena posisinya lumayan dekat dengan mata.

"Astaga ... lo kenapa?" Aga kehilangan kata-kata melihat seberapa mengenaskannya penampilan Ilura. Wajah yang dilumuri darah, bibir pucat dan juga tatapannya yang kosong.

Hati Agarish mencelos melihat itu. Apa yang telah terjadi pada gadis kecil itu? Meskipun Aga baru mengenal Lula beberapa minggu ini dari Ezra, tapi entah kenapa ada sesak di dadanya melihat keadaannya sekarang.

Lula hanya terdiam, gadis itu menatap mata Agarish dengan sayu, garis bibirnya tertekuk ke ke arah bawah. Lalu dua detik setelahnya, tetesan air merembes dari mata gadis itu dan meluncur melewati pipinya.

Gadis itu mungkin hanya terisak kecil. Tapi entah kenapa, itu terdengar sangat menyakitkan di telinga Agarish.

"La..." Tangannya bergerak menyentuh pundak Ilura. Tapi baru saja tangan Aga mendarat, gadis itu sudah terkulai dengan mata yang perlahan menutup.

Untung, Agarish dapat menangkap tubuh Lula tanpa telat sedikitpun.

Tanpa berpikir panjang, Agarish yang awalnya gelagapan sendiri langsung menggendong tubuh lemah Ilura dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Aga mencabut beberapa lembar tissue, membersihkan sisa-sisa darah yang ada pada wajah Lula terlebih dahulu. Setelah itu barulah ia bergegas melajukan mobilnya setelah tadi sempat putar balik terlebih dahulu.

Apalagi tujuannya selain rumah sakit. Dia tidak mungkin kan, membiarkan gadis yang terluka itu begitu saja?

Dua puluh menit kemudian bangunan kubus berwarna putih itu ada dihadapannya. Dia mengangkat tubuh Lula untuk ditidurkan di brankar yang disediakan rumah sakit tersebut. Agarish membiarkan beberapa staff medis mendorong nya untuk kemudian ia mengikutinya dari belakang.

Rasa penasarannya sangat besar, tapi Aga tau ia harus menunggu sementara Lula ditangani oleh para ahlinya di dalam.

Aga akhirnya duduk di kursi panjang yang tersedia di luar ruangan. Ia bersandar dengan kepala yang sedikit mendongak ke atas sambil memejamkan matanya.


BE WITH ME | wolfiebear [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang