43

509 63 19
                                    

-



"Buset, asem amat tuh muka."

"Bacot," sahut Ezra datar sambil mendudukkan dirinya di kursi yang bersebelahan dengan Rai.

"Aw, takut," goda Athari melihat wajah galak Ezra.

Sebelum si Ezra tersulut oleh Athar, Rai buru-buru menyenggol pinggang cowok itu. "Kenapa?"

"Gak."

"Halah, paling ceweknya ngilang." Emang nih ya, Athari gak mancing keributan sehari aja gatel gatel kayaknya.

Tapi sedikitnya Rai mempertimbangkan tebakan Athar. Sepertinya ada benarnya juga. Cowok itu ngacir duluan saat bel istirahat berbunyi. Sudah jadwalnya untuk menjemput Ilura di kelas cewek itu agar mereka bisa ngantin bareng. Tapi melihat cowok itu yang hanya kembali sendirian, sepertinya Lula memang tidak ada. Ditambah respon diam Ezra yang bisa diartikan sebagai 'iya'.

"Gak masuk. Tanpa keterangan lagi, di call gak aktif handphone nya," Ezra akhirnya menyahut. Cowok itu mengambil sosis goreng di piring Rai, kemudian menoleh meminta izin. "Mau ya?"

"Ck, biasa juga tinggal makan," Rai mencibir.

Ezra nyengir saja, toh yang diucapkan cewek itu memang benar adanya.

Intinya makanan Rai, makanan Ezra juga.



"Liv, diem-diem bae."

Livia yang sedang melamun sambil mengunyah kentang gorengnya tersentak. "Hah?"

"Diem mulu lo," ucap Athar sekali lagi sambil keheranan. "Kayak orang lagi banyak utang aja. Terjerat pinjol ya lo?"

Kentang goreng yang ada di tangan Liv otomatis terbang, menabrak dada Athar. "Sembarangan lo!" ucapnya keki.

"Biasalah, gak mood kalo gak ada Aga," Radhea menimpali sambil cekikikan.

"Sumpah ya lo, Dey." Livia memberikan tatapan tajam.

"Gomen, Kak."

Liv memutar bola matanya malas. Ibaratnya, awan mendung memang sedang membayanginya cewek itu. Ada rasa kecewa di dalam hatinya untuk kejadian semalam. Ditambah, ia yang masih ingin memberikan kesempatan kepada Agarish untuk menjelaskan malah terhapus saat cowok itu bahkan tidak datang ke sekolah.

"Si Aga kemana emang Liv? Tumben amat absen, mana tanpa keterangan lagi."

"Gak tau," jawab Livia singkat. Karena memang itulah kenyataannya.

Sepertinya, ketidak jelasan memang sudah menjadi takdir hidupnya.

"Bisa banget ya si Aga barengan absennya sama si Lula," celetuk Athar yang jelas mengundang api. "Jangan-jangan..."

Gak kompor gak asik nih, kayaknya beneran slogan si Athar.

"Ngaco lo!" sambar Ezra sebal.

Liv tersenyum. Dipikir-pikir lucu juga setelah mengingat semua interaksi Agarish dengan Ilura. Agarish tampak lebih care pada gadis yang umurnya tiga tahun lebih muda dari mereka itu. Ia selalu khawatir bahkan saat cewek itu tersandung tali sepatunya sendiri, bahkan saat Lula tak sengaja menjatuhkan cake nya sendiri Aga gercep untuk membantu membersihkannya.

Tawa hambar menguar dari mulut Livia. Lucu gak sih, kalo dia cemburu saat Agarish membagi perhatiannya pada gadis itu?

"Cabutlah gue." Ezra yang nampak kesal bergegas berdiri dan meninggalkan kantin.

"Tuh anak bener-bener kayak bocah baru mengenal cinta, dikit-dikit cemburu." Radhea geleng-geleng kepala.

Sementara itu Rai termenung sambil mengunyah makannya pelan. Sepertinya pemuda itu telah menaruh seluruh hatinya pada Ilura. Ia jadi tersadar, bahwa dirinya hanya sebatas teman bagi cowok itu dan sudah sepantasnya ia mundur. Bagaimanapun Rai masih punya harga diri untuk tidak memperebutkan seorang pria. Apalagi jika orangnya Ezra.

BE WITH ME | wolfiebear [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang