51

622 66 8
                                    






-

"Sekarang semuanya terserah Lula. Meskipun anda ayah kandungnya, tapi saya yang sudah membesarkan Lula. Saya yang paling mengerti dia."

Itu adalah ucapan Pram saat orang yang mengaku ayah kandungnya berkunjung beberapa hari yang lalu.

Ilura tidak tahu kelanjutannya, ia sudah terlampau kaget dengan pernyataan ayah Agarish itu beserta dengan bukti yang pasti, ya pria itu membawa laporan hasil tes DNA mereka yang bahkan tidak Ilura ketahui kapan ia melakukannya.

Gadis itu meminta waktu untuk berpikir, tapi sudah belanjur tiga hari, ia masih tidak menemukan apa yang harus ia lakukan.

Semuanya terlalu tiba-tiba.

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamarnya diketuk tiga kali, selanjutnya ada suara Bi Ani yang menyusul. "Neng? Ini ada temennya mau ketemu, Neng Lula."

"Siapa?" tanyanya tanpa repot-repot membuka pintu. Ya, seperti hari-hari sebelumnya. Ia terlalu malas menjumpai manusia.

"Gue."

Ilura membeku mendengar suara itu.

"Kak Ezra?" Ilura berkata pelan.

"Iya. Gue mau ngomong, La. Boleh buka dulu pintunya?"

Ilura membasahi bibirnya. Lalu pelan-pelan ia beranjak turun dari ranjangnya dan berjalan ke arah pintu.

"La, gue tau gue salah gak mau dengerin penjelasan lo dulu waktu itu. Tapi please kasih gue kesempatan buat ketemu lo."

Ceklek.

Pemandangan Ezra yang berdiri bersisian dengan Bi Ani menyambut Ilura saat tangannya menarik handle pintu. Dua orang itu tampak terkejut. Dirinya memang mengurung diri di kamar selama beberapa hari ini, dan yaaa mungkin ini pertama kalinya Lula membuka pintu tanpa paksaan.

Ezra langsung mendekat maju. Tangannya membelai rambut gadis itu dan turun memegang bahunya. "La..." Jelas sekali nada lega itu terdengar. "Are you, Okay?"

Ilura menjawab jujur dengan menggelengkan kepalanya. Dan kontan, Ezra menarik tubuhnya maju, mendekapnya era sambil mengelus kepalanya.

"Gue tau ini sulit, La," ujar Ezra. Pemuda itu kemudian menjauhkan diri untuk melihat wajah Ilura dengan seksama.

"Aku salah apa sih, Kak? Sampe orang tuaku sendiri aja buang aku. Tapi setelah itu mereka kembali buat bawa aku pulang."



Ezra mengernyit. "Ha? Gak ada yang buang lo, La." Ada kejanggalan dari ucapan gadis itu. "Kayaknya lo salah paham deh di sini. Boleh, gue jelasin semuanya?"

Pantas saja gadis itu mengurung diri di kamar. Ternyata Pram sialan telah mendoktrin nya yang tidak-tidak. Ezra mengeratkan rahangnya. Wah, ia jadi semakin ingin cepat-cepat membawa gadis itu pergi dari rumah ini.

Dan setelah Ilura mengangguk setuju, Ezra berbalik. Menghadap pada Bi Ani yang masih setia di tempatnya.

"Biar saya yang bawa aja, Bi. Makasih ya." Pemuda itu mengambil alih nampan berisi makan siang Lula. Katanya, gadis itu susah makan. Jadi Bi Ani harus mengeluarkan effort lebih untuk membawakan makanannya ke kamar dan membujuknya untuk makan. Tapi untuk hari ini, biarkan jadi tugas Ezra saja.

"Sama-sama, A."

Ezra tersenyum sopan. "Saya izin bicara sama Lula dulu di dalem, ya? Pintunya gak bakal ditutup kok."

"Iya, silahkan A," jawabnya ramah. Wanita paruh baya itu kemudian mendekat ke arah gadis yang sudah bertahun-tahun ia saksikan pertumbuhannya. "Neng, makan yang banyak, ya? Tolong berpikir yang jernih juga."

BE WITH ME | wolfiebear [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang