48

552 74 16
                                    

-





"Awh," ringis Agarish. "Pelan-pelan kek, sakit nih, bangke!"

Agarish berdecak, merasakan perih di sudut bibirnya.

Ezra bangsat!

Iya, wajahnya sekarang babak belur gara-gara kena jotosan maut Ezra. Lagi.

Ck, sebenarnya Agarish malas mengingat kembali kejadian saat jamkos tadi. Tapi jika kalian penasaran, yaudah.

"Menurut lo, gue gantengan pake potongan rambut biasa apa under cut gini?" Itu tanya Agarish tepat setelah ketua kelas mengumumkan bahwa guru yang harusnya mengisi jam pelajaran mereka jatuh sakit, dan mereka ditugaskan untuk mengisi beberapa soal yang dikirim lewat grub kelas.

Cih, tanggung amat, gak masuk mah ya gak masuk aja kali pake ngasih tugas segala. Itulah yang ada dipikiran anak-anak.

Oke, back to topic.

Tanpa diduga, Ezra menyahuti ucapan Agarish. Iya, tanpa diduga. Soalnya laki-laki dengan ego setinggi langit itu sudah menganggap Agarish transparan beberapa minggu ini. Boro-boro ngobrol, papasan di kelas aja Aga disenggol bak tak terlihat keberadaannya. "Lo digimanain juga jelek anjir," katanya dengan fokus pada ponsel.

"Gue minta pendapat, bukan penghinaan." Sampai sini, Agarish menganggapnya becanda.

"Ya, pendapat gue gitu. Lo jelek, tapi sok kegantengan. Dan satu lagi, gak punya otak. Ngaca kek kali-kali, biar sadar diri," tandas Ezra pedas.

Athar yang ada diantara mereka terkikik geli, membuat Agarish makin geram saja.

Decakan kembali keluar dari mulut Agarish. "Lo kalo lagi marah nyebelin banget ya? Lagian, lo pundungan amat. Kalo mau tahu alesan si Lula bisa sama gue, ya cari tahu. Bukan malah langsung ngejauh," seru Agarish kesal. Iya, dia kesal karena hanya bisa diam. Gadis itu terus mewanti-wanti nya agar tutup mulut dan akhirnya? Semua orang salah paham.

Tapi minimal, Ezra gerak dikit kek. Tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Lula. Karena mungkin, gadis itu mau angkat bicara jika dia yang bertanya langsung.

Ck, sudah dibilang bukan ego Ezra itu besar. Gengsinya setinggi langit.

Ilura juga. Kenapa mesti menutup-nutupi itu dari Ezra? Bikin pusing aja. Untung Agarish masih mau menampung cewek itu karena--hm, karena apa ya? Padahal dia hanya orang baru di hidup Agarish? Kenapa mesti repot-repot dibantuin? Entahlah. Mungkin karena rasa kemanusiaan Agarish terlalu tinggi?

"Halah, banyak alesan lo. Gak tahu diri banget, udah bagus si Livia mau sama lo, eh ternyata malah jadi serakah ya? Makan punya temen juga."

Demi Tuhan, tawa remeh Ezra sangat menyebalkan di telinga Aga dan itu sanggup memancing emosinya.

"Bangsat!"

Ezra ikut berdiri saat melihat Agarish berdiri sambil mengepalkan tangannya.

Oke, jika ini yang cowok itu mau.

Dengan wajah tengilnya, Ezra maju sambil terkekeh. "Gak terima?"

"Lo jangan mulai ya, Sat!"

"Ck, bacot."

Dan, begitu saja. Ezra melepaskan satu pukulan pada rahang Agarish hingga cowok itu oleng dan tubuhnya tanpa sengaja menabrak meja hingga berderit keras. Agarish terpancing, kemudian balas melayangkan pukulannya juga. Anak-anak kelas langsung histeris saat melihat sekawan itu sedang adu jotos.

Mata Ezra menatap nyalang, ketara sekali amarahnya. Miliknya adalah miliknya, ia tidak suka jika ada yang merebutnya. Dan laki-laki yang ia sebut teman itu, berani-beraninya mengambil apa yang ia punya. Iya, Iluranya.

BE WITH ME | wolfiebear [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang