-
Seperti biasa tiap hari Rabu di jam pelajaran terakhir diisi oleh mapel Penjas yang notabenenya pembelajarannya berlangsung di lapangan. Dan anak cewek tuh pasti langsung ngeluh kayak 'Woy ini panas banget ASSFDJDJIXDNBD' mana mapel terakhir tuh pas banget kan siang bolong.
Tapi ya tapi gimana lagi orang udah ketentuan jadwal pelajarannya gitu. Jadi terima ajalah ya.
Nah, berhubung ini hari rabu dan seperti yang dikatakan di atas tadi, anak 11 IPA 1 udah siap menjalani mapel Olahraga dengan SENANG HATI. Semua murid telah berganti baju memakai seragam olahraga sekolah.
"Livia ayoooo!" ajak Rai dan Radhea yang menghampiri gadis yang sedang melipat lengan bajunya.
"Yuk!" seru Liv setelah selesai dengan kegiatannya. Ngomong-ngomong ini bocah dua akhir-akhir ini jadi sering menempeli Liv, biar makin akrab katanya. Liv sih dengan senang hati menerima ya, Rai sama Radea asik juga meski agak berisik.
Mereka kemudian keluar kelas, Rai dan Radhea berjalan di depan sementara Livia bersisian dengan Diandra membuntuti mereka.
Selang beberapa menit akhirnya mereka sampai di lapang dan Radea langsung berseru, "Ih tumben banget gak panas."
"Pas panas ngeluh ini udah teduh malah ngomong ih ih ih," suara Agarish yang entah dari kapan sudah berdiri di dekat mereka.
Radhea yang kesal langsung menendang kaki cowok itu.
"Ini lebih ke mendung deh, liat awannya pada item," sahut Livia menunjuk langit yang menggelap.
"Hm, kayaknya mau ujan," Diandra bersuara.
Masih asik mengobrol, tiba-tiba pak Wira-l—guru penjas—mengintruksikan anak-anak agar berbaris. Mereka langsung membentuk barisan di hadapan guru tersebut meski dengan sedikit drama dulu.
Seperti biasa kegiatan dimulai dengan pemanasan dipimpin perwakilan murid dan setelah selesai pemanasan Pak Wira akan mulai mengabsen.
Kali ini guru Penjas itu mengintruksikan untuk langsung pemanasan sebelum mengawali materi. Radhea yang tadi ada berbaris di belakang Livia secepat kilat sudah berada di depan sambil cengar-cengir. Tuh anak emang semangat kalo masalah ginian. Sementara dari barisan cowok Ezra jadi perwakilan untuk memimpin pemanasan.
"Satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan."
"Dua dua tiga empat lima enam tujuh delapan."
"GANTI!" teriak Athar dengan nada yang ngeselin membuat Ezra sempat berhenti untuk melayangkan tinjuan ke udara. Cowok itu kemudian melanjutkan dengan mengganti gerakan pemanasan.
"Nah sudah ya, sekarang bapak absen dulu. Yang gak hadir silahkan angkat tangan," ujar Pak Wira.
"BAPAK IH!"
"Loh kenapa toh?"
"MASA YANG GAK HADIR DISURUH ANGKAT TANGAN?!"
"Oh iya salah, yang hadir berarti angkat kaki ya."
"BAPAAAAK!!" protes anak-anak sambil tertawa mendengar candaan guru humoris itu.
Seusai suasana reda dari suara tawa anak-anak, Pak Wira mulai mengabsen satu persatu nama diikuti siswa yang mengangkat tangannya bukti hadir. Setelah itu beliau menjelaskan materi pembelajaran kali ini yaitu bola voli. Pak Wira juga mempraktekkan beberapa gerakan dasar dalam permainan bola voli seperti servis, passing, bumping dan lain-lain.
"Ck gue gak bisaaaaa," Livia mengeluh.
"Sama anjir, mana suka sakit ni tangan pas mukul bola," sahut Diandra setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH ME | wolfiebear [END]
Fiksi PenggemarDua orang yang tiba-tiba dekat, padahal gak akrab dan gak pernah ngobrol selama sekelas. ft. 04L & 05L