31

675 102 20
                                    


ADA YANG NUNGGU GAAAA




-

"Livia!"

"Liv tunggu!"

Kesal teriakannya tak direspon sahabatnya, Radhea berdecak lalu memutuskan untuk lari mengejarnya saja. Heran dia, tuh anak jalannya cepet amat.

"Livia ih gue panggilin dari tadi juga," serunya sambil menepuk pundak Livia.

Livia menoleh, tampak terkejut dengan tepukan itu. "Dey?" herannya. Cewek itu kemudian melepas sesuatu yang menempel di telinganya sedari tadi.

"Ah elah, pantes gue kagak disatuin. Orang lo pake earphone," angguk Radhea mengerti.

Merasa banyak suara bisikan, Radhea memutar pandangannya ke sekitar. Gila, ia baru ingat apa yang terjadi pada sahabatnya itu kemarin. Pantas saja mereka jadi pusat perhatian saat ini.

"Babik ngurusin mulu idup orang," desisnya saat orang-orang makin secara terang-terangan menatap remeh sahabatnya. "Belom aja tuh mulut gue sumpelin kaos kaki si Athar satu-satu."

Livia tertawa kecil.

"Udah Liv lo pake lagi aja earphone lo, gak guna juga dengerin omongan sampah mereka. Gak perlu lo ambil pusing."

Livia tersenyum melihat Radhea yang dengan telaten memasang kembali earphone ke telinganya. Tapi seolah sesuatu memasuki otaknya, Livia menahan tangan gadis didepannya itu. Ia mengambil kedua benda kecil itu dari tangan Radhea dan memasukkannya ke dalam tas.

"As your said, gue gak perlu ambil pusing omongan mereka yang gak berdasar. Jadi ya, gue bisa anggep itu angin lalu kok, tanpa perlu repot nutupin telinga gue seolah gue yang salah," ujar Livia mengedikkan bahunya.

It isn't? Banyak orang disisinya yang selalu mendukung sekarang, jadi sepertinya ia tidak perlu repot bersikap seolah buronan yang telah melakukan kejahatan besar. Padahal pada dasarnya ia juga hanya korban.

Untuk si biang masalah, cowok itu sama sekali tidak menghubunginya dan Livia juga tidak berniat menghubunginya duluan. Mungkin lain kali akan ia berikan pelajaran.

Radhea melotot seolah takjub. Ia lalu tersenyum lebar dan mengangkat tangannya. High five. "That's my girl!"

Kaki mereka kemudian mengayun bersama. Melangkah dengan dagu yang diangkat sambil mengobrol dan terkadang diselingi tawa. Membuat orang-orang memandangnya tidak suka.


"Dih jadi selingkuhan aja belagu bener," ujar seorang gadis yang sedari tadi duduk di koridor bersama kedua temannya.

Salah satu temannya menangguk. "Abis ngancurin hubungan orang aja banyak gaya."

"Yang idupnya ngomongin orang juga belagu bener," seorang cowok yang berjalan di depan mereka menyahuti. Ia berkata sambil menatap lurus ke depan dan terus berjalan seolah ucapannya hanya angin yang berlalu.

Merasa tersindir, si gadis yang sedang duduk menatap sinis kepergian cowok itu. "Bangsat, maen nimbrung aja, siapa sih?"

"Si Agarish bukan?"

"Nah, iya kali ya? Gue taunya dia anak futsal."

"Gak jelas amat main nyaut aja, mana lempeng banget lagi."

"Dia temennya si Livia btw."

Kedua temannya melotot mendengar itu. "Si Diandra, Athar, Radhea, Rai, Ezra terus sekarang si Agarish anak futsal?"

"Pantes aja belagu bener tuh bocah, udah mah jadi pelakor tapi gaada malu. Ternyata emang backingannya pentolan sekolah semua."










BE WITH ME | wolfiebear [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang