-
"Ya ampun, lucunya...." Asel mengerucutkan bibirnya gemas. Ia kemudian menggoyang-goyangkan lengan Livia yang tengkurap di sebelahnya dengan tidak sabaran. "Terus terus, abis itu gimana?"
"Ya gitu, dia dihukum pak Hartono di depan. Numbalin diri sendiri," jawab Livia sambil senyum-senyum mengingat kembali kejadian hari senin lalu.
"Aaaaa so sweet." Gadis itu menggigit jarinya dengan muka mupeng. Padahal mereka lagi nonton drama King The Land dari laptop Livia. Tapi alih-alih menikmati ketampanan Lee Junho, mereka malah terlarut dalam percakapan yang di dominasi oleh nama Agarish Sadegra. Dramanya gak bosenin kok, suer. Lucu malah, seru iya, kocak iya, pada bening-bening lagi, tapi please, Asel lebih greget dengan semua kalimat yang terlontar dari mulut sepupunya itu.
"Idih, dulu dikatain, sekarang dipuji-puji so sweet," ledek Livia.
Asel nyengir. "Ya dulu kan gue belom tau tuh cowok ngacangin lo karna ada trust issue sama cewek. Kalo sekarang sih gas aja, gue bakal jadi penumpang kapal nomer satu AgaLiv. Hidup, AgaLiv! Kawal AgaLiv sampe pelaminan!"
"Heh!" Livia mengambil bantal kecil di sampingnya untuk ia lemparkan pada gadis itu. "Kejauhan."
Bukannya misuh-misuh, Asel malah menangkap bantal itu lalu memeluknya. Tubuhnya yang sedari tadi tengkurap menghadap laptop ia gulingkan ke samping, hingga menghadap Livia sepenuhnya. "Progress nya baru berapa persen sih?"
"Gak tau, tungguin aja."
"Hadeh, masih aja digantung. Minta kepastian, kek!"
Kan, dasar bocah labil. Tadi dipuji-puji, sekarang malah ngedumel.
"Gue bisa apa sih? Yakali harus gue yang duluan ngomong, hello mau di taro dimana muka gue?"
"Gak usah kebanyakan gengsi! Zaman sekarang tuh udah normal ceweknya yang first move."
"Gue gak ngikutin zaman, sih."
Asel mencebik, tapi tak memperpanjang perdebatan mereka dan lebih memilih memfokuskan kembali matanya pada layar laptop.
"Kapan ya, gue punya cowok kaya raya tujuh turunan kayak Guwon," gumamnya.
Drrrt... drrrt
Athar is calling...
Livia menunduk, melihat layar ponsel di depannya yang menyala-nyala menampilkan nama Athar sebagai penelpon. Tangannya terulur, hendak mengambil benda pipih itu sebelum seseorang merebutnya.
"Ini hp gue!" seru Asel usai menyambar ponsel yang memang satu seri dengan Livia. Tak heran gadis itu terkecoh dan menyangka itu ponselnya.
"Oh." Livia mengangguk saja sampai beberapa sekon kemudian ia melotot. "Si Athar kok nelpon lo?! Kalian deket sejak kapan?? Yakali gak deket maen telpon-telponan. Ngaku deh?!"
Tubuh gadis itu berubah jadi kaku bak maling tertangkap basah. Tapi yakali maling ketangkap basah diem aja. Jadi hal selanjutnya harus dilakukan? Yap, kabur!
"Gak gak, gak gitu, nanti gue jelasin," seru gadis itu lalu lari ngibrit keluar kamar sambil memeluk ponselnya.
Livia mengejarnya, tapi cuma sampai pintu. Terlalu mager lari-lari ke bawah melewati puluhan anak tangga mengikuti Asel. Jadi yang ia lakukan hanya kembali naik ke atas kasur dan melanjutkan tontonan nya. Tangannya terangkat menggaruk wajah, mengingat-ingat sejak kapan ia melihat Athar dan Asel bersama.
"Waktu pensi kan? Ah, iya! Pantes si Asel kabur waktu liat si Athar," serunya usai merasa berhasil memecahkan teka-teki. Beberapa detik kemudian keningnya mengerut lagi. "Tapi waktu itu si Athar masih sama si Diandra. Duh, sekarang juga tuh cowok masih gamon gak ya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH ME | wolfiebear [END]
Fiksi PenggemarDua orang yang tiba-tiba dekat, padahal gak akrab dan gak pernah ngobrol selama sekelas. ft. 04L & 05L