HALOOOK!
adakah yang masih nunggu cerita lumutan ini? HAHAHAH
buat yang masih bertahan, makasih ya!
Happy reading!🦩-
Pulang sekolah ini Livia dikejutkan dengan kehadiran mobil SUV putih yang terlihat familiar di depan gerbang sekolahnya. Langkah kakinya memelan seiring dengan matanya yang memicing memperhatikan plat mobil tersebut. Tak lama kemudian senyum lebar muncul di bibirnya saat si pemilik keluar dari mobil dan menghampirinya.
Kan, tidak salah lagi!
"Papa!" panggilnya ceria menyambut pria yang masih dengan setelan kantornya itu mendekat.
Wajah lelah itu langsung berubah menjadi sumringah setelah pelukan hangat ia dapat dari Livia yang menghambur ke dadanya. Handi mengusap rambut putrinya dan mengecup pucuk kepalanya sekilas.
Selesai dengan adegan tadi, Livia memundurkan tubuhnya sambil mengangkat pandangan guna menatap ayahnya yang jauh lebih tinggi darinya. Wajah cerianya sudah berubah, berganti dengan wajah penuh tanda tanya. "Papa ngapain ke sini?"
"Lho, Papa gak boleh jemput putri Papa sendiri?"
"Hng... bukan gak boleh sih. Cuma aneh aja, Papa kan belakangan ini selalu sibuk tiba-tiba buang-buang waktu buat jemput aku."
Sudut bibir Handi terangkat sedikit mendengar kata 'selalu sibuk' dari bibir putrinya. "Jemput kamu itu bukan buang-buang waktu, Sayang. Belakang ini Papa emang sibuk sama urusan kantor sampai gak ada waktu buat kamu. Maaf ya?"
Livia menganggukkan kepalanya. "Iya, gapapa."
"Yaudah, yuk pulang sekarang," ujar Handi yang langsung menuntun tangan Livia. Ia membukakan pintu mobil dan mengusak rambut putrinya itu sekilas sebelum mempersilahkan masuk. Setelah memastikan Livia duduk dengan nyaman, barulah ia memutari mobil dan duduk di balik kemudi.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, meninggalkan area depan sekolah yang masih terlihat ramai oleh anak-anak yang baru bubar. Masih belum ada percakapan, hanya ada lagu yang diputar pelan dari radio.
"Gimana sekolah kamu?"
Livia menoleh. "Ya... gitu," ujarnya tak pasti.
Sebenarnya mereka selalu bertemu setiap hari, meski hanya di meja makan saat pagi ataupun di malam hari jikalau Papanya itu pulang tidak terlalu larut. Tapi untuk berbincang seperti ini, rasanya sudah lama sekali tidak mereka lakukan.
"Gak kerasa ya sekarang kamu udah kelas dua belas."
Anggukan menjadi jawaban dari gadis itu. Ia sibuk bersenandung mengikuti lagu yang terputar di radio.
"Sekarang kamu udah dewasa, udah mandiri, apa-apa sendiri karena Papa sama Mama sibuk. Maaf ya kalo kami jarang ada waktu buat kamu."
Deg
Livia menoleh cepat. Kenapa pembahasan Papanya seperti itu sedari tadi. Apa jangan-jangan... ck, sudah pasti!
Kakaknya itu sudah dipastikan menjadi biang kerok dibalik semua ini. Dia pasti mengadukan perdebatan mereka malam itu pada Papa. Tentang ia yang mengeluh kesepian dan merasa diacuhkan oleh kedua orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Padahal, Livia sudah mulai mengerti dan menerima keadaan setelah bercerita pada Agarish hari itu.Duh, Liv jadi tidak enak pada Papanya sekarang. Dia pasti sangat merasa bersalah sampai terus meminta maaf sedari tadi.
"Mama kamu lagi hectic banget sama toko yang alhamdulilah bisa maju dengan pesat. Maafin dia ya, kalo seandainya dia jadi jarang ada di rumah dan penuhin kebutuhan kamu." Papa menjeda ceritanya sesaat. "Mama kamu tuh dari muda emang wanita pekerja keras, dia punya mimpi besar yang terpaksa harus dia tunda karena saat itu dia memilih fokus buat jadi ibu rumah tangga. Tapi setelah kalian dewasa, Mama kamu bertekad buat lanjutin mimpinya. Dia percaya kamu anak mandiri, jadi dia yakin bisa bagi sedikit waktunya buat kamu dan tokonya."

KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH ME | wolfiebear [END]
FanfictionDua orang yang tiba-tiba dekat, padahal gak akrab dan gak pernah ngobrol selama sekelas. ft. 04L & 05L