-
Pukul delapan pagi dua orang itu sampai di sekolah. Livia terlebih dahulu turun dari boncengan motor Agarish, lalu melepas helmnya dan menyerahkan benda itu pada si lelaki. Dengan wajah datarnya ia melangkahkan kaki, hendak pergi duluan dari sana. Tapi sial, kepalanya malah tertarik ke belakang karena seseorang menarik ujung rambutnya.
"Aga ih, apa-apaan sih?!" sungutnya pada sang pelaku. Siapa lagi jika bukan Agarish Sadegra.
Si pemuda terkekeh kecil, lalu mematikan mesin motornya. "Siapa suruh mau pergi gitu aja."
"Bodo! Gue masih kesel ya sama lo."
Agarish menggelengkan kepalanya. Sebenarnya ada rasa senang juga melihat gadis itu bisa mengekspresikan keadaannya. Seperti sekarang, ketika dia kesal, ia tidak segan-segan menunjukkan kekesalannya. Itu bagus bukan? Artinya Livia sudah mulai terbuka kembali padanya.
Tanpa menyia-nyiakan waktu lagi Agarish menurunkan standar motornya dan ikut berdiri di hadapan Livia. Tangan panjangnya bergerak melingkari leher gadis itu dan memitingnya. "Masih pagi, jangan ngamuk."
Sebenarnya ada alasan mengapa gadis itu bisa sampai kesal padanya.
Diperjalanan tadi, Agarish dengan isengnya menyuruh Livia untuk turun dulu, katanya mau ngecek bannya kempes apa enggak. Tapi dengan otak miringnya, setelah gadis diboncengannya turun, dia malah melajukan motornya. Meninggalkan Livia yang ternganga dipinggir jalan. Sangat cukup untuk membuat Livia kesal sekesal kesalnya.
Meski akhirnya cowok itu balik lagi sih dengan cengiran tanpa dosanya. TAPI TETEP AJA! Otak miringnya kadang tidak bisa ditoleransi.
"Ih, lepaaaaaas! Ketek lo bau!"
"Enak aja, gue mandi ya tadi," sahut Agarish tanpa menghiraukan permintaan gadis yang terkukung itu dan tetap berjalan tanpa melepas pitingannya.
Tentu saja kelakuan mereka mengambil alih atensi orang-orang di sekitaran parkiran sampai koridor pun. Apalagi setelah kejadian Livia yang tanpa sadar telah menjadi selingkuhan si bajingan Radit, tentu orang-orang lebih mengenalnya sekarang.
Tapi syukur, image jeleknya sebagai selingkuhan perlahan luntur setelah ia sempat speak up di insta story nya dan menjelaskan kebenarannya secara detail dengan bantuan Diandra yang membantu menyebar luaskan fakta tersebut. Ya, tidak salah lagi, impact pengikutnya yang jauh lebih banyak dari Livia membuat informasi itu menyebar lebih cepat dan membuat Radit skakmat tanpa bisa membela diri lagi.
Ah iya, ngomong-ngomong soal Diandra, Livia jadi sedih karena merasa ada yang kurang karena ketiadaan gadis jutek itu beberapa minggu ini.
Sebenarnya bukan hanya Livia saja sih, yang merasa seperti itu. Teman-temannya juga. Dan terlebih Athar. Pemuda yang sekarang menyandang gelar sebagai mantan Diandra itu seolah tidak memiliki aura kehidupan di awal-awal.
Mungkin akibat kebucinannya yang terlampau dalam, patah hatinya pun terlampau sakit.
Tidak ada yang bisa menyalahkan itu. Lagian perasaan manusia tidak ada yang bisa mengaturnya. Tapi untungnya sekarang cowok itu membaik dan kembali normal seperti semula. Meski kadang masih suka tiba-tiba galau sih.
Selesai melewati perjalanan, akhirnya Livia dan Agarish sampai di kelas. Didalam ternyata hanya ada segelintir orang, mungkin sebagian besar sudah pergi ke lapangan untuk menonton. Termasuk teman-teman mereka.
Dengan nafas lega Livia menurunkan tangannya yang sedari tadi ia gunakan untuk menutupi wajahnya karena terlalu malu dengan kelakuan cowok disampingnya.
Matanya memberikan kilatan tajam, membuat Agarish nyengir tanpa dosa dan melepaskan pitingannya setelah sekian lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH ME | wolfiebear [END]
FanfictionDua orang yang tiba-tiba dekat, padahal gak akrab dan gak pernah ngobrol selama sekelas. ft. 04L & 05L