-
Sementara Tante Tessa pergi ke atas setelah kepulangan ayah Agarish, mereka beralih berkumpul di ruang tengah.
Agarish datang membawa dua kasur lipat yang akan digunakan untuk tidur mereka. Rencananya mereka akan ngemper tidur di ruang tengah sama-sama meskipun Aga tadi menawarkan para cewek buat tidur di kamar tamu aja takutnya dingin. Tapi mereka malah sengaja mau tidur di ruang tengah, biar seru aja, bisa nobar dulu sebelum tidur sambil ngobrol-ngobrol.
Mama Liv juga sudah mengizinkan putrinya menginap setelah tadi Tante Tessa bicara lumayan lama di telpon. Katanya mereka juga janjian mau ketemu di toko desert Mama Livia minggu depan. Memang super humble dan supel ibunya Aga tuh. Liv sih iya-iya aja, buat urusan ibu-ibu dia gak mau ikut campur.
Sekarang kasur lipat sudah terpasang rapi dengan beberapa bantal dan selimut yang mereka angkut sama-sama. Ada dua kasur yang sengaja disimpan agak berjarak untuk memisahkan antara cewek dan cowok. Bantal juga sudah berjejer di tempatnya masing-masing setelah tadi sempat debat panjang tentang posisi tidur mereka.
Radhea bersikeras ingin tidur ditengah menjadikan posisi mereka seperti ini; Rai, Radea, Livia, jarak beberapa senti ada Agarish, Athar dengan Ezra di ujung.
Bantal doang yang udah berjejer rapi, sementara ke-enam manusia itu duduk acak sambil mengobrol dengan selimut menutupi kaki mereka.
"Boro-boro sih gue mah, ini aja nginep di rumah cowok buat pertama kalinya," ungkap Livia yang senderan pada pundak Radhea dengan mug putih berisi coklat panas di tangannya. Agarish tadi sempat membuatkannya karena melihat gadis itu kedinginan, Pemuda itu juga meminjamkan jaketnya melihat Liv hanya memakai atasan kaos pendek
"Bonyok lo tipe yang strict parents gitu ya?" tanya Ezra.
"No, of course no," bantah Liv. "Lebih ke protektif aja sih. Di luar itu gue masih bisa lakuin sesuatu yang gue mau selagi menurut mereka gak ngebahayain gue," balas Livia mengangkat bahunya.
"Bagus sih, anak cewek harusnya gitu," sahut Agarish yang diangguki mereka.
"Beda cerita sama gue sih, bonyok sibuk abis ngurusin kerja mereka sampe gue keenakan bebas kemana-mana," celetuk Radhea membuat Liv yang daritadi senderan di bahu gadis itu sedikit mendongak. "Enak dong?"
"NO!! Maksud gue iya enak, bebas, tapi kadang gue juga mau dilarang gitu, kayak yang lain. Mungkin terkesan aneh, tapi percaya deh kalo ortu udah ngelarang tandanya mereka sayang sama kita. Eh bukan berarti ortu gue gak sayang-DUHH GIMANASIH JELASINNYA?!!"
"Lah ngegas si dodol," cerca Athar.
"Jadi maksud lo lebih mau diperhatiin gitu mungkin?" koreksi Rai.
Radhea langsung menjentikkan jarinya lalu menunjuk Rai. "Yas, serebu untuk anda!"
"Heh lo kenapa tiba-tiba putus sama si Namira?" tanya Radhea tiba-tiba, padahal masalah itu sudah lumayan agak lama.
"Si anjir kenapa jadi ke gue," gerutu Agarish yang daritadi diam tiba-tiba mendapat pertanyaan tentang hal yang tidak mau ia bahas.
"Elah nanya doang."
"Pacaran dua minggu doang mana gue liat-liat gak asik banget. Cuma berangkat terus pulang sekolah bareng, halah bosen gue kalo jadi si Namira punya cowok kayak lo," sungut Rai membuat cewek-cewek yang lain terkekeh.
"Siapa juga yang mau jadi cowok lo," sahut Agarish cuek.
"GUE JUGA GAK MAU YA JADI CEWEK LO, CUIH!!"
"Jangan gitu lo, Rai. Benci bisa jadi cinta," peringat Livia sambil terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH ME | wolfiebear [END]
Fiksi PenggemarDua orang yang tiba-tiba dekat, padahal gak akrab dan gak pernah ngobrol selama sekelas. ft. 04L & 05L