-Agarish bersiul sambil menyisir rambutnya di depan cermin. Beberapa saat, ia kemudian tersadar jika ada yang terlewat. Dengan begitu, Aga langsung menyambar gel rambutnya, mencoleknya dengan jari dan langsung mengaplikasikannya pada rambutnya.
Usai selesai menata rambutnya, ia mundur beberapa langkah untuk mematut dirinya di cermin. Aga membenarkan kerah seragamnya saat bagian itu terlihat terlipat. Dan ya, satu senyuman lebar langsung muncul dari bibirnya.
Tanggal 28 akhirnya tiba.
Hari spesial dimana ia datang ke dunia ini.
Agarish memang bukan tipe orang yang membesar-besarkan hari ulangtahunnya. Tapi setidaknya, ia ingin kebahagiaan memenuhi harinya, membuat hari itu sedikit lebih bermakna dengan orang-orang yang ia sayangi disekelilingnya.
Tapi saat menuruni tangga dan menjamah semua ruangan di lantai dasar, senyuman Agarish menyurut.
"Wahh, den Aga sudah siap?"
Agarish tersentak, ia kemudian berbalik dan menemukan sesosok perempuan tua memasuki dapur.
"Udah, Bi," sahutnya sambil memberikan senyum sopan.
Keberadaan Bi Mirna memang bukan hal buruk. Tapi itu cukup mengartikan satu hal; ibu dan ayahnya sedang tidak berada di rumah. Karena wanita itu hanya datang dipanggil untuk mengerjakan pekerjaan rumah saat ibunya tidak ada.
"Silahkan dimakan dulu sarapannya."
Agarish mengangguk, lalu duduk sendirian di meja makan. "Bunda kemana ya, Bi?"
"Loh, ibu gak bilang ya?"
Aga menggeleng.
"Itu, katanya saudara Ibu yang di Jogja lahiran. Ibu langsung berangkat subuh-subuh banget. Kamu mungkin masih tidur, jadi Ibu gak tega banguninnya."
Meja makan kini telah terisi beberapa menu makan yang disiapkan Bi Mirna. Dan terakhir, wanita itu menyimpan segelas susu coklat di hadapan cowok itu.
Agarish kemudian ber oh ria. Cukup memaklumi alasan itu meskipun sedikit kecewa mereka harus pergi pagi-pagi sekali tanpa bertemu dengannya.
Pemuda itu melahap makannya tanpa waktu lama. Piringnya bersih dan hanya menyisakan beberapa mangkuk berisi lauk di atas meja.
"Aga berangkat sekolah dulu ya, Bi," pamit cowok itu sambil menyambar sebuah apel dari keranjang buah.
"Lo masih marah ya, Liv?"
Agarish langsung menepuk-nepuk mulutnya saat kalimat itu berhasil keluar dari mulutnya. Sial, salah ngomong lagi. Inget, Livia gak suka sama cowok melas. Jadi ia langsung merubah raut mukanya dan membubuhkan senyum kecil di bibirnya.
"Lo mau beli roti isi lagi ke kantin? Ayo sama gue, gue juga belum sarapan," ujar cowok itu sumringah saat melihat Livia yang bangkit dari kursinya.
Mohon maaf, terus nasi yang terjun ke dalem perut tadi apa ya?
Tapi bodo amat, perut Agarish siap menampung kembali makanan jika ia bisa menghabiskan waktu bersama Livia. Pokoknya jika menyangkut Livia, slogannya langsung berubah jadi 'ayo aja gue mah!'.
"Bisa gak sih lo jangan ganggu mulu? Gak ada kerjaan lain apa?" sungut Livia sengit. Gadis itu bahkan tak lupa menambahkan tatapan sinisnya, kemudian bergi begitu saja meninggalkan Agarish.
Tanpa peduli dengan rambutnya yang tadi pagi ia tata rapi, Agarish mengacaknya frustasi. Terhitung lima hari gadis itu mengabaikannya, dan itu sudah berhasil membuatnya jadi orang gila seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE WITH ME | wolfiebear [END]
FanficDua orang yang tiba-tiba dekat, padahal gak akrab dan gak pernah ngobrol selama sekelas. ft. 04L & 05L