ten;

993 124 17
                                    

-

"Kalo vampir digigit zombie jadinya gimana ya?"

Serius, kayaknya ini pertanyaan teraneh yang pernah Livia denger deh. Kadang Liv tuh bingung otak si Aga nih isinya apa, soalnya kalo ngomong tuh suka random tapi bikin lawan bicaranya ikut mikir.

"Hm?" jawab Livia yang sedang menulis materi yang ada di papan tulis. Di sebelahnya Agarish melongok longok ke arah bukunya, soalnya yang di papan tulis gak keliatan katanya. Jadi cowok itu nyontekin catetan di buku Liv.

Jadi keinget waktu mereka pertama kali keluar buat ngerjain tugas, cowok itu bilang matanya minus tapi gak pede pake kacamata, akhirnya selalu nyontekin catetan si Athar. Karena Athar sekarang lagi hijrah ke bangku Diandra, alhasil cowok itu nyontekin catetan Liv yang ada di sebelahnya.

Masih dalam mode barter bangku ceritanya.

"Random banget," celetuk Liv tidak menemukan jawaban yang tepat.

"Gak tau, tiba-tiba kepikiran aja. Coba deh, tuh makhluk dua-duanya kang gigit kan, nah kalo vampir digigit zombie, vampir nya jadi zombie apa zombie nya jadi vampir?"

"Jadi blasteran deh kayaknya, setengah vampir setengahnya zombie," jawab Livia. Kayaknya otak dia mulai terkontaminasi virus si Aga.

Agarish tanpa sadar terbahak di dalam kelas yang keadaannya lumayan hening ini. Sampai-sampai Bu Beti di depan menoleh, "Siapa yang ketawa-ketawa?" tanyanya dengan tatapan intimidasi.

Kompak anak-anak kelas menunjuk Agarish, Liv yang duduk disampingnya langsung menunduk. Sementara Aga tanpa canggung terkekeh manis, "Hehehe maaf, Bu."

"Cepet tulis materinya, ini bukan waktunya ketawa-ketawi!" perintah guru itu. Bu Beti nih tipikal guru yang serius, makanya kadang anak-anak malah ngantuk kalo jam pelajaran beliau. Mana dia guru mapel sejarah, beuh makin aja kalo dia udah nerangin tuh berasa di-nina boboin.

"Lo sih," ujar Livia. Kakinya menyenggol sepatu Aga di bawah sana.

"Apa?" tanya Agarish.

"Nanya-" Liv kaget soalnya pas dia noleh ke samping malah langsung berhadapan dengan wajah Agarish. Lebih tepatnya dia lagi mandang bukunya sih, tapi tetep aja ini tuh deket bangetttt. Makanya Liv sampe gak bisa lanjutin omongannya karena kaget. Alhasil dia refleks memalingkan wajahnya kembali.

"Dih apaan setengah-setengah ngomongnya," suara Agarish menginterupsi.

"Lo nya aneh-aneh mulu makanya ditegur tuh sama Bu Beti." Livia lanjut menulis.

"Kan gue cuma menyampaikan apa yang ada di otak gue. Siapa tahu kan lo dapet menjawab rasa penasaran gue."

"Eh tapi gue juga punya hal random juga deh," celetuk Livia. Tangannya hendak membuka lembar buku selanjutnya. "Eh lo udah belum?" tanyanya urung membalik lembar buku, baru sadar cowok disampingnya lagi nyontekin tulisan dia.

Agarish mengangguk. "Udah kok, balik aja."

"Oke," sahut Liv lanjut membalik lembar selanjutnya. "Nih ya, gue kebayang deh kalo misal pocong mandi ntar dianya langsung loncat aja kali ya? terus blubuk-blubuk dalem air."

Duh selametin Livia please, dia makin ketularan virus si Agarish kayaknya.

Agarish terkekeh dengan wajah antusias sambil menunduk dengan suara yang dijaga. "Jadinya kayak mermet anjir," jawab cowok.

"Ih iyaa juga HAHAHA."

"Ups."

Sial sial sial. Livia kelepasan ini, duh malu banget anak-anak lain pada noleh plus Bu Beti juga udah siap siaga dengan tatapan mautnya.

BE WITH ME | wolfiebear [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang