Keira yang baru saja bangun, tampak meringis sekilas sembari memegangi kepalanya yang terasa agak sakit akibat sisa hangover semalam. Awalnya perasaannya Keira masih terasa biasa-biasa saja. Ia memang merasa sedikit bingung dan merasakan perasaan yang kurang enak. Hanya saja ia masih bisa berpikir positif, bahkan sempat menyangkal sesuatu di dalam hatinya. Tetapi, akhirnya ia tetap terkejut begitu menyadari kalau benar-benar ada makhluk lain tepat di samping tubuhnya. Ia lantas beringsut ke samping—ke arah yang berlawanan dengan mata membelalak sembari menatap horor punggung itu karena pemikiran yang sempat terlintas di benaknya barusan sudah terbukti benar.
Siapa dia? Keira mulai bertanya-tanya dari dalam hatinya. Ia lantas segera menggali seluruh ingatannya sekaligus kembali bertanya-tanya sudah berapa banyak gelas minuman yang ditenggaknya selama di bar? Sampai-sampai ia blackout parah dengan sebagian ingatan yang terasa kosong seperti sekarang. Seingatnya, saat di bar, terakhir kali ia sempat berbicara dengan Martin serta bartender yang melayani minumannya. Kemudian ia tidak ingat tentang apa pun lagi, bahkan sekadar mengingat bagaimana ia bisa berada di sini pun ... rasanya terlalu sulit.
Namun, Keira tidak yakin apakah pria di sampingnya saat ini benar-benar sosok Martin. Karena perawakannya terlihat cukup berbeda sekali. Apa lagi rambutnya Martin juga tidak selebat rambut orang ini.
Kini, Keira mulai beranjak sedikit dari atas tempat tidur yang sedang ia tempati. Kemudian ia pun kembali meringis kecil. Pangkal pahanya terasa perih, dan sejak tadi sesungguhnya ia sudah bisa menebak apa yang telah terjadi. Tetapi, ia terus berpikir positif. Mungkin ia yang terlalu naif. Padahal sebenarnya ia sudah cukup panik, tetapi ia terlalu pintar untuk mengendalikan diri sekaligus menyangkal apa yang telah terjadi.
Sembari menguatkan hatinya, serta mempersiapkan diri sebelum benar-benar menatap wajah pria itu dengan jelas, Keira pun mulai menghela napas berat, lalu benar-benar mengintip bagaimana bentuk wajah pria yang saat ini sedang berada di atas tempat tidur yang sama dengan dirinya. Kedua matanya pun kembali membesar seketika. Ternyata benar. Itu bukan Martin. Melainkan pria lain yang juga dikenal oleh dirinya. Tetapi, setahu Keira, pria ini telah memiliki seorang tunangan. Dan sebelum pria itu terbangun serta ikut tersadar, Keira pun cepat-cepat beranjak dari sana meskipun merasa agak kesulitan.
Keira tampak segera memakai kembali gaunnya yang semalam. Bahkan ia juga terburu-buru mengenakan heels di kedua kakinya, serta sedikit kebingungan di mana tas kecilnya berada. Karena ia ingat kalau semalam ia terus membawa sebuah tas kecil di salah satu tangannya. Untungnya, ia langsung menemukan tas itu di atas sofa. Sepertinya isinya juga masih aman. Karena ia sudah sempat memeriksa isi tasnya sekilas.
Setelah itu, ia pun langsung bergegas pergi dari sana. Jangan sampai ia dipergoki oleh orang lain dan ketahuan kalau dirinya baru saja tidur dengan pria yang sudah bertunangan.
Begitu sudah sampai di luar kamar, koridor hotel yang sepi pun langsung menyambut keberadaan Keira. Sesungguhnya ia sedikit takut untuk berjalan di sepanjang koridor itu. Tetapi, ia segera memberanikan dirinya.
Sebelum benar-benar berlalu dari depan pintu kamar tadi, Kiera sempat menatap nomor kamar yang ada di pintu. Ternyata sejak tadi ia berada di dalam kamar yang terletak sangat jauh dari kamar yang telah disiapkan untuk dirinya malam itu.
Keira tampak berjalan sendirian secara perlahan-lahan menuju ke arah lift dengan sedikit perasaan takut karena koridor itu terasa sangat sepi dan kosong.
Ketika sudah berada di dalam lift, Keira pun langsung naik ke lantai 33 di mana kamar miliknya berada. Untungnya koridor di sana juga sedang sepi dan kosong, sehingga tidak ada satu pun orang yang memergoki dirinya. Begitu sudah berada di kamar, ia langsung terduduk di atas sofa sembari meremas rambutnya yang masih terasa kusut dan terlihat sedikit berantakan. Bagaimana bisa ia tidur dengan tunangan orang? Dan sekarang ia benar-benar merasa kebingungan. Haruskah ia mengadukan tentang hal ini kepada kakaknya? Tetapi, Keira tidak ingin mengganggu sang kakak, dan merusak hari bahagia perempuan itu dengan masalah yang akan ia bawa. Terakhir kali ia memberitahu masalahnya, kakaknya itu bahkan sempat marah-marah. Meski pada akhirnya kakaknya itu masih mau menampung dirinya dengan tangan terbuka. Kei tahu kalau perempuan itu pasti sudah merasa sangat muak dengan segala tingkah lakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturday Night
RomanceKeira tidak menduga kalau malam acara resepsi pernikahan sang kakak malah akan membawa malapetaka bagi dirinya. Ia terjebak dalam hubungan satu malam bersama seorang pria. Celakanya lagi, pria itu sudah memiliki seorang tunangan dan mungkin tak lama...