PART 22
Meskipun sempat menolak untuk mampir ke hotel, tapi Keira tidak mengelak saat Jeandra mencium bibirnya sebelum ia keluar dari mobil. Hanya berupa kecupan singkat di bagian sudut bibir. Membuat Keira mengerjap, serta agak terbengong di tempat. Karena—jujur saja—ciuman itu nyaris tidak berasa.
Jeandra yang melihat tampang istrinya, tampak menimbang-nimbang sebentar. Ia mengerti jika wanita itu terlihat kurang puas, sehingga ia pun kembali mendekatkan wajah mereka berdua, lalu mengusap bibir istrinya, hingga akhirnya mulai memiringkan wajah. Mereka saling melumat dan bertukar saliva.
“Udah, nanti aku batal balik ke kantor sekarang,” bisik Jeandra tepat di depan bibirnya Keira setelah memberikan gigitan terakhir di sana, serta mengusap bibir wanita itu menggunakan ibu jarinya. Jujur saja, napasnya sudah mulai memberat, dan ciuman mereka siang itu harus benar-benar dihentikan, atau ia akan semakin keterusan.
“Oke,“ balas Keira dengan suara pelan sembari bergerak untuk membuka pintu mobil. Tetapi, sebelum keluar, tubuhnya tampak kembali berbalik, “Kamu beneran mau langsung balik? Enggak mau mampir dulu lagi?”
Jeandra tidak langsung menjawab, melainkan memejamkan matanya sekilas, lalu menghela napas berat. Mungkin benar Keira hanya menawarinya untuk mampir sebentar ke dalam, dan tidak memiliki maksud apa-apa. Tetapi, otaknya ini malah menangkap maksud lain, mungkin efek dari ciuman mereka beberapa saat tadi. Sehingga mulut kurang ajarnya pun malah berbicara begini, “Kamu mau nyoba quickie?“
“Hah?“
“Main cepet, Kei.” Kemudian, ia pun bertanya, “Bi Gia baru pulang besok, ‘kan?”
Keira hanya menganggukkan kepala. Terlihat kaku dan tidak terlalu cepat tanggap.
“Ya udah, ayo. Aku mampir.” Jeandra langsung keluar dari mobil. Sementara Keira yang bingung, tapi penasaran, tampak cepat-cepat ikut keluar.
Sepasang suami-istri itu berjalan ke arah pintu rumah dengan Jeandra yang sudah memegangi sebelah pergelangan tangan istrinya. Kemudian meminta kunci rumah, dan membuka pintu itu dengan sedikit tergesa.
Begitu sampai di dalam, Jeandra langsung mendesak tubuh wanita itu ke tembok rumah sekaligus menyingkirkan rambut istrinya ke bagian belakang, serta merebut tas milik wanita itu untuk segera disingkirkan. Lalu ia pun menunduk dan kembali melumat bibir istrinya dengan panas, yang membuat wanita itu langsung mengalungkan kedua tangan di atas bahunya.
Di sela-sela ciuman yang sedang mereka bagi, sebelah tangannya Jeandra tampak menyingkap gaun sang istri. Ia mengelus titik sensitif yang ada di sana sebelum membawa bibirnya berpindah ke leher, dan memberikan jejak basah, kemudian semakin turun ke bagian dada istrinya.
Keira mendesah. Ia pasrah saat Jeandra mulai melucuti hot pants sekaligus dalaman miliknya. Sedangkan gaunnya sudah tersingkap ke atas, dan saat ini ia juga sudah melepas sepasang sepatu dari kedua kakinya.
Sementara itu, Jeandra masih mengenakan setelan kerja dan hanya membuka sedikit celananya ketika sebelah tangannya bergerak untuk menahan salah satu tungkai istrinya ke atas. Ia lantas menyatukan tubuh mereka berdua, yang membuat Keira terkesiap, serta meremas bahu kanannya dengan tubuh yang semakin terdesak di tembok rumah.
“Kamu oke?”
Keira hanya mengangguk, dan selanjutnya Jeandra mulai bergerak seraya menahan tubuh istrinya saat itu. Supaya tubuh wanita itu tidak ambruk.
***
Jeandra yang sudah memakai kembali celana pendek miliknya, tampak segera menggendong Keira yang masih belum mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Ia lantas membawa tubuh istrinya itu ke dalam kamar tamu yang terletak tak jauh dari sana, lalu membaringkannya di atas ranjang, serta menarik selimut hingga menutupi area dada.
“Mas,” panggil Keira sembari memegangi sebelah tangannya Jeandra yang baru saja akan beranjak.
“Ya?“
“Kamu beneran gak balik ke kantor lagi, ‘kan?”
Jeandra yang melihat kekhawatirannya Keira, tampak langsung tersenyum menenangkan. “Iyaa, gak balik ke kantor kok. Tapi aku mau ngasih kabar ke orang kantor dulu, biar mereka gak nyariin aku.”
“Tunggu ya ....“ pintanya sembari mengusap kepala istrinya. “Nanti aku ke sini lagi.”
Baru setelah itu Keira melepaskan tangannya Jeandra dan membiarkannya keluar dari kamar tamu.
Saat itulah Keira langsung menggigit bibir sambil meremas selimut dengan pikirannya yang mulai semrawut. Kenapa ia malah jadi begini? Tidak biasanya ia bertingkah seperti ini. Dan ... apa-apaan tadi?! Kenapa ia malah menahan Jeandra agar tidak kembali ke kantor dan terkesan sangat menginginkan pria itu? Bukankah selama ini ia yang selalu menolak serta menunda-nunda agar tidak perlu melakukan hal-hal dewasa seperti yang mereka lakukan beberapa saat yang lalu?
Namun, kenapa ia malah ....
“Ya ampun,“ gumamnya dengan risau, karena masih tak habis pikir dengan segala keanehan yang terjadi kepada dirinya selama beberapa jam terakhir.
Dan tak lama berselang, Jeandra pun sudah kembali muncul di kamar tamu dengan segelas air di tangan. Pria itu tampak memberikan airnya kepada Keira, lalu bertanya, “Kamu laper gak?“
Yang dijawab dengan gelengan di kepala.
Keira lantas mengembalikan gelas di tangannya kepada Jeandra ketika air minum di dalamnya sudah tandas. Kemudian ia pun ikut bertanya, “Kenapa? Kamu laper ya, Mas?”
“Enggak kok, aku cuma nanya. Lagian kan aku tadi udah makan kamu, sampe puas,” jawabnya dengan nada bercanda. Tetapi, sukses membuat wajahnya Keira jadi memanas. Keira yakin kalau saat ini pipinya pasti sudah memerah malu karena ucapan pria itu barusan.
Saat itu Jeandra hanya tertawa pendek dan segera ikut bergabung ke dalam selimut, lalu menarik tubuhnya Keira untuk dipeluk. Sesekali tangannya akan bergerak pelan menggerayangi tubuh polos wanita itu. Awalnya Kiera sempat melayangkan protes sembari mencoba untuk melepaskan diri, tapi akhirnya ia pasrah dan tidak memberikan komentar apa pun.
*****
Maaf yaaa isi bab ini ada yang aku cut, versi lengkapnya udah tersedia di KaryaKarsa (buat yang mau aja, aku gak maksa).
Total words aslinya sekitar 2000 kata lebih, tapi yang aku publish di sini cuma sekitaran 850 kata aja. Karena udah di-cut 🙏
Sabtu, 3 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturday Night
RomanceKeira tidak menduga kalau malam acara resepsi pernikahan sang kakak malah akan membawa malapetaka bagi dirinya. Ia terjebak dalam hubungan satu malam bersama seorang pria. Celakanya lagi, pria itu sudah memiliki seorang tunangan dan mungkin tak lama...