PART 14
“Pulang jam berapa semalem?“ tanya Keira saat ia sudah bangun, dan akhirnya melihat Jeandra yang juga ikut terbangun. Mungkin pria itu terganggu karena pergerakannya yang baru saja terduduk.
“Lupa,” gumam Jeandra dengan suara serak sembari mengubah posisi tidurnya. Sekarang pria itu tampak tidur telentang dengan posisi wajah yang sedikit menoleh ke arah samping—ke arah yang berlawanan dengan posisi tubuhnya Keira saat ini.
Keira lantas mendengkus karena jawaban singkat dari pria itu. “Masa sih lupa? Pasti kamu pulangnya lewat dari tengah malem, ‘kan?”
Tidak ada jawaban. Keira jadi semakin merasa kesal, dan memilih untuk meneguk segelas air yang tersedia di atas nakas. Karena sebelum tidur, ia memang selalu menyiapkan segelas air untuk berjaga-jaga.
Ia menatap jam dinding yang baru menunjukkan pukul 5 lewat 15 menit-an. Kemudian menimbang-nimbang, lalu memutuskan untuk kembali merebahkan dirinya di atas ranjang. Ia tidak bisa tidur lagi, tapi jam segini masih terlalu dini untuk memulai ritual pagi. Biasanya ia akan mandi sekitar pukul setengah enam, atau lebih. Sehingga ia pun memutuskan untuk meraih ponsel, mengecek apa pun yang bisa dicek. Entah itu notifikasi chat ataupun notifikasi yang lain, tetapi pilihannya malah jatuh kepada status WA orang-orang yang terlihat lumayan berderet.
Posisi tubuhnya saat ini sudah memunggungi Jeandra, dan ia pun mulai melihat-lihat status WA milik orang-orang. Di antaranya adalah milik ibunya, lalu kakaknya, milik Lala—adik kandungnya Pram, serta status WA milik Gia yang menunjukkan foto seekor kucing di pinggir jalan.
Kemudian, ia pun iseng mengecek status WA milik Sam—mantan pacarnya yang terakhir. Mereka putus sekitar ... mungkin sudah ada hampir 2 tahunan. Keira lupa, karena sudah malas untuk mengingatnya.
Ia tergelitik untuk melihat postingannya Sam, karena lelaki itu memang sangat jarang memposting sesuatu di status WA. Ternyata isinya hanya foto lelaki itu saat sedang berada di pantai dengan langit biru membentang. Sam tampak sedang duduk di bebatuan dengan kepalanya yang sedikit menoleh ke arah kiri. Pria itu terlihat memakai baju kaus berwarna putih yang dilapisi dengan kemeja flanel, serta dipadukan dengan celana pendek.
Sam masih ganteng dan terlihat menawan, sama seperti dulu saat mereka masih berpacaran.
Keira lantas memperbesar foto itu untuk melihat wajahnya Sam secara lebih jelas.
“Siapa?”
“Mas ngapain?!“ Keira langsung keluar dari aplikasi dan segera mengunci layar ponsel.
“Seharusnya saya yang nanya, kamu ngapain ngelihatin foto cowok sampe segitunya?” tanya Jeandra yang sempat memberikan lirikan sinis sebelum kembali berbaring di atas ranjang. Karena ia tadi sempat menopang tubuhnya menggunakan sebelah tangan, lalu melihat Keira yang sedang asyik memperbesar foto seseorang, sampai lubang hidungnya juga kelihatan.
“Kepo. Lagian ... itu juga bukan siapa-siapa.”
“Masa?“ tanya Jeandra menggunakan nada suara yang hampir sama dengan Keira kemarin, saat mereka berdua sedang berbicara di telepon. Bahkan lebih menyebalkan, dan terkesan sedang mengejek. Yang membuat Keira jadi merasa kesal bercampur speechless.
Namun, Keira cepat tersadar, lalu berujar, “Kalau gak percaya juga gak pa-pa. Terserah.“
Keira langsung beranjak dari ranjang, serta menyimpan ponselnya ke atas nakas. Ia ingin mandi sekarang. Karena nanti mereka masih harus memakai kamar mandi secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturday Night
RomanceKeira tidak menduga kalau malam acara resepsi pernikahan sang kakak malah akan membawa malapetaka bagi dirinya. Ia terjebak dalam hubungan satu malam bersama seorang pria. Celakanya lagi, pria itu sudah memiliki seorang tunangan dan mungkin tak lama...