PART 28
“Lho?“ Arum tampak melotot kaget, kemudian menoleh ke arah Keira dan Jeandra secara bergantian. “Beneran hamil? Kok bisa sih, Nak?”
Bastian langsung buka suara menyahuti istrinya. “Ya bisa dong, Ma. Namanya juga orang udah nikah. Wajar kalau tiba-tiba mereka berdua udah mau punya anak.”
Jeandra hanya terkekeh saja mendengar jawaban dari sang ayah.
“Bukan itu maksud Mama, Pa,” balas Arum dengan agak sebal. Setelah itu, ia pun berdeham samar dan kembali menatap ke arah sang putra serta menantunya. “Kenapa gitu gak honeymoon dulu? Seneng-seneng sebelum pusing selama masa kehamilan. Jadi calon ibu tuh gak mudah, kadang muntah-muntah, mood swing, susah makan, males mandi. Pokoknya segala macem deh.”
“Males mandi,” ulang Bastian sembari terkekeh. “Kayak kamu dulu, gak pernah mandi. Kerjaannya cuma pake piama aja berhari-hari.”
Arum langsung mendengkus, lalu menyuruh suaminya untuk segera menutup mulut. Tak lupa memberikan lirikan maut ke arah dua orang itu—sepasang ayah dan anak yang sedang menahan raut wajah geli, ingin menertawakan salah satu kebiasaannya di masa lalu. Kemudian, ia pun beralih ke arah Keira, dan menggeser tubuhnya agar semakin lebih dekat. Karena sejak tadi mereka berdua memang sedang duduk berdampingan di atas sofa panjang. Sedangkan Jeandra duduk sendirian, begitu pula dengan Bastian.
“Kamu suka mual-mual gak, Sayang?” tanya Arum yang mulai memusatkan seluruh perhatiannya kepada Keira. Bahkan mengusap permukaan perut wanita itu dengan lembut, meski baby bump-nya belum terlihat. Ia merasa sangat senang akhirnya calon cucu yang sudah cukup lama ia idam-idamkan kini sudah mulai kesampaian.
Keira tampak ikut tersenyum dan menggeleng pelan. “Cuma nafsu makanku aja, Ma, yang sering naik tiba-tiba,” akunya dengan sedikit nada sungkan.
“Gak apa-apa. Malah bagus,“ respon Arum yang semakin melebarkan senyum. “Biasanya di awal-awal kehamilan, calon ibu tuh suka susah makan, dikit-dikit muntah, mual. Terus apa-apa suka jijik-an. Rasanya serba salah dan beneran gak enak.”
“Keira juga gitu kok, Ma.” Beritahu Jeandra yang langsung ikut nimbrung ke dalam obrolan. “Dia kan emang gak suka sama telor setengah mateng, terus semalem kita keluar buat makan nasi goreng bareng. Aku gak nyangka kalau telor di nasi gorengku bakalan bikin dia jijik dan mual-mual sampe gak nafsu makan apa pun. Padahal biasanya dia gak begitu.”
Arum manggut-manggut. Ia akan ikut mengingat tentang hal itu. “Lain kali jangan makan telor setengah mateng lagi di depan Kei, seenggaknya sampai anak kalian udah lahir.”
Jeandra tampak mengangguk, karena ia pun sudah memiliki keinginan seperti yang dikatakan oleh ibunya saat itu. Lantaran ia tidak tega melihat Keira yang semalam sempat menahan mual di tempat umum hingga memutuskan untuk masuk ke dalam mobil lebih dulu, dan berakhir dengan tidak bisa memakan apa pun, kecuali meminum jus. Itu pun hanya beberapa teguk.
***
Keira merasa sangat bersyukur, rupanya kehamilannya ini benar-benar disambut dengan sangat baik. Terutama oleh sang ibu. Ibunya itu bahkan sudah sempat berjanji akan datang ke Jakarta secepatnya untuk menjenguk dirinya.
Untuk yang satu ini, bolehkah Keira sedikit menyombongkan diri? Karena ibunya itu tidak melakukan hal yang sama saat kakaknya menyampaikan berita kehamilan.
Namun, saat itu ibunya pernah beberapa kali mengirimkan makanan untuk sang kakak. Karena kakaknya itu sempat mengidam ingin masakan yang dibuat langsung oleh ibu mereka. Hanya saja, saat itu pesanan katering sang ibu sedang sangat membludak dan tidak dapat ditinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturday Night
RomanceKeira tidak menduga kalau malam acara resepsi pernikahan sang kakak malah akan membawa malapetaka bagi dirinya. Ia terjebak dalam hubungan satu malam bersama seorang pria. Celakanya lagi, pria itu sudah memiliki seorang tunangan dan mungkin tak lama...