EPILOG
Keira menatap takjub pantulan dirinya di sebuah cermin besar yang lebar. Ia masih tidak menyangka kalau malam ini akan benar-benar kesampaian. Malam di mana ia akan menjadi si pemilik acara, didandani serta didoakan, dan akan ada banyak tamu undangan yang datang. Karena malam ini adalah malam resepsi pernikahannya dengan Jeandra, walaupun sudah satu tahun lebih mereka berdua menikah.
Time flies so fast.
Rasanya baru kemarin Keira memasuki ballroom hotel untuk menghadiri acara resepsi pernikahan sang kakak. Tetapi, sebentar lagi ia yang akan segera memasuki ballroom hotel untuk menghadiri acara resepsi pernikahannya sendiri.
Keira lantas menyentuh kalung berlian pear cut milik sang ibu mertua yang dipakainya malam ini. Ia masih ingin berlama-lama menatap pantulan dirinya di cermin. Padahal awalnya ia sempat merasa kurang percaya diri. Karena bentuk tubuhnya yang sudah berubah, tidak seideal dulu, saat ia masih gadis.
Efek melahirkan memang sempat membuat kepercayaan dirinya jadi menurun, meski Jeandra serta yang lainnya mengatakan kalau ia tetap secantik dulu.
“Gimana? Kamu udah siap keluar atau belum?” tanya Jeandra kepada Keira yang masih asyik memindai seluruh penampilannya malam itu.
Keira tidak segera menjawab, tapi akhirnya ia tetap mengangguk. Lalu menerima uluran tangan dari suaminya saat itu. Keduanya tampak tersenyum.
“Kamu cantik banget, kelihatan makin anggun.”
Keira sontak tersipu, padahal ini bukan pujian pertama yang ia dengar dari Jeandra. Apa lagi sejak tadi—bahkan saat ia baru akan memakai gaunnya malam ini—pria itu memang terus mengatakan dan memujinya dengan kalimat yang hampir serupa. Tetapi, entah kenapa, reaksi tubuhnya selalu begini. Tersipu dan sedikit salting—salah tingkah sendiri. Padahal, biasanya ia tidak akan bertingkah seperti saat ini.
“Kamu juga,” balasnya kemudian. “Ganteng banget. Papa-nya Kia selalu ganteng.”
Jeandra tampak semakin melebarkan senyum di bibirnya. Ia tertawa, dan mereka saling melemparkan candaan di sepanjang jalan menuju ke arah ballroom hotel tempat acara. Sementara seorang kru yang menemani mereka, terlihat sedang memberikan aba-aba supaya MC nanti bisa langsung memberikan pengumuman kalau kedua mempelai akan segera datang.
Keduanya lantas mengatur posisi sebelum benar-benar memasuki area ballroom hotel. Karena kedatangan mereka nanti akan diiringi oleh kedua orang tua masing-masing, khusus ibunya Keira akan didampingi oleh sang paman.
Beberapa saudara, serta om dan tante juga tampak ikut ambil bagian.
Mereka memasuki ballroom hotel secara beriringan, dan Keira kembali dibuat takjub begitu melihat dekorasi yang ada di dalam.
Nuansa putih dan emas terlihat mendominasi setiap sudut ruangan. Ada berbagai macam jenis bunga, lampu-lampu cantik, dan beberapa ornamen pelengkap lainnya.
Sebelum acara ini terlaksana, Keira memang sudah sempat melihat desain ruangan ini dari WO yang telah mereka sewa. Sedikit-banyak ia memang sudah memiliki gambaran. Tetapi, tetap saja, saat melihatnya secara langsung seperti sekarang, ia benar-benar merasa takjub dan sangat puas.
Kesibukannya di rumah pasca melahirkan benar-benar membuatnya tidak diperbolehkan Jeandra untuk ikut campur terlalu sering pada proses persiapan acara. Karena nyaris seluruhnya sudah diserahkan oleh pria itu kepada orang-orang yang memang sudah sangat ahli di bidangnya. Meskipun begitu, pendapat Keira tetap dijadikan hal yang paling utama. Sisanya ada yang diserahkan kepada Arum juga. Karena mereka tidak bisa lepas tangan begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturday Night
RomanceKeira tidak menduga kalau malam acara resepsi pernikahan sang kakak malah akan membawa malapetaka bagi dirinya. Ia terjebak dalam hubungan satu malam bersama seorang pria. Celakanya lagi, pria itu sudah memiliki seorang tunangan dan mungkin tak lama...