PART 02

22.5K 1.4K 16
                                    

Pffttt.. akhirnya ada beberapa yang tebakannya bener 😂

.
.
.


Keira benar-benar merasa heran kenapa orang itu terus mencari dirinya. Bahkan hari ini dia juga meninggalkan sebuah kartu nama yang dititipkan melalui Dahlia.

Keira lantas menatap kartu nama itu dan membacanya sekilas. Dahlia tadi bahkan sempat mengatakan kalau orang itu berpesan agar dirinya segera menghubungi nomor ponsel pria itu begitu ia sudah kembali dari tempat kerja.

Namun, Keira sama sekali tidak ingin melakukannya. Lagi pula, untuk apa ia menghubungi pria itu dan kalimat semacam apa yang harus ia kirimkan?

Keira tampak meninggalkan selembar kartu nama itu di atas meja setelah menaruh tasnya di atas sana. Ia lantas membuka sepatunya, lalu duduk di atas kursi sembari membuka ponselnya.

Keira sempat membalas pesan dari ibunya sekilas sebelum beralih ke salah satu aplikasi sosial media yang ia punya. Seperti biasa, ia akan melihat beberapa update-an terbaru dari beberapa orang yang di-follow oleh dirinya. Salah satunya adalah update-an yang berasal dari akun milik kakaknya. Sampai hari ini, kakaknya itu masih sibuk honeymoon dan belum pulang.

Setelah bermain sosial media secukupnya, Keira pun mulai beranjak dari atas kursi dan langsung merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Rasanya menyenangkan bisa merebahkan diri setelah seharian bekerja. Kadang-kadang ia berpikir untuk segera berhenti bekerja, lalu kembali ke rumah ibunya saja. Karena di sana ia bisa ongkang-ongkang kaki dan berbuat semaunya. Tidak ada orang yang akan memaksanya untuk bekerja. Paling-paling kalau mood-nya sedang sangat bagus, ia hanya akan bantu-bantu sedikit di usaha katering ibunya.

Namun, ia masih takut dengan bodyguard-nya Hanifah. Meskipun sudah satu tahun lebih ia tinggal di Jakarta, dan pria itu pun sudah tidak lagi mengganggu dirinya.

Di saat ia masih berbaring telentang di atas ranjang, karena ia sedang malas untuk melanjutkan aktivitas, padahal ia belum sempat mandi dan mengisi perutnya dengan makanan berat, tiba-tiba saja ponselnya yang berada di atas meja mulai berdering yang membuatnya jadi segera beranjak.

Entah siapa yang sedang meneleponnya, tapi ia menduga kalau itu pasti ibunya.

Keira lantas berjalan malas ke arah meja, dan ia melihat kalau sederet nomor tak dikenal sedang menelepon dirinya.

“Siapa nih?“ gumam Keira yang benar-benar ragu untuk menyentuh tombol hijau yang muncul di layar handphone-nya saat itu.

Berhubung ia takut kalau ternyata telah terjadi sesuatu kepada sang ibu, atau mungkin kakaknya yang sedang pergi honeymoon, jadi ia pun memutuskan untuk menerima panggilan itu. Tetapi, ia sengaja tidak mengatakan apa pun.

“Halo?

“Ya ... halo ....” Keira membalasnya dengan nada ragu. Ia tidak bisa menebak suara siapa yang ada di seberang telepon.

“Ini bener kan nomor kamu?”

Kepalanya Keira hanya mengangguk, tapi ia tidak mengatakan apa pun. Lagi pula, ia juga tidak tahu siapa si ‘kamu’ yang sedang dimaksud.

“Kei?”

“Iya. Ini siapa ya?” tanya Keira pada akhirnya. Meski hatinya sudah mulai menduga-duga.

Pria di seberang telepon itu pun mulai berdeham. “Ini saya, Jeandra.“

Keira yang baru saja akan meraih kartu nama yang tadi ditinggalkannya di atas meja, tampak langsung melebarkan kelopak matanya saat itu juga. Ternyata dugaannya tadi itu benar. Itu adalah nomor ponselnya Jeandra.

Saturday Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang