PART 33
Masalah pipi kemarin benar-benar berbuntut panjang. Karena Keira merajuk dan selalu menatap sinis serta melengos setiap kali bersinggungan dengan Jeandra. Permintaan maaf yang dibarengi pujian, juga iming-iming martabak manis serta roti bakar, sama sekali tidak mempan. Padahal, biasanya wanita itu paling semangat jika dibawakan makanan tiap kali Jeandra pulang kerja.
Namun, malam itu berbeda. Keira menolak makanan yang telah dibelikan Jeandra untuknya. Bahkan saat ditawari makanan lain pun, wanita itu tetap tidak goyah. Hingga membuat Jeandra frustrasi sendiri dan bingung harus melakukan apa lagi supaya Keira mau memaafkan dirinya dan berhenti merajuk seperti sekarang.
Jangankan untuk duduk berdua dan berbicara baik-baik, tiap kali melihat wajahnya saja, Keira terlihat sudah enek duluan. Bahkan wanita itu pun sudah kembali menempati kursi makan terjauh dari tempat duduknya, persis seperti di awal-awal saat mereka berdua baru menikah.
Gia yang melihatnya, hanya mampu menyumbang kata sabar yang tidak berkesudahan. Katanya, ibu hamil memang sangat sensitif. Apa lagi jika menyangkut tentang penampilan.
Jeandra berjanji kalau lain kali ia akan lebih berhati-hati menjaga lisan. Padahal kemarin itu ia sudah berbicara jujur. Karena menurutnya, tidak ada yang berubah dari pipinya Keira. Atau mungkin ini efek karena ia melihat wanita itu setiap hari, jadi perubahan sekecil pipinya yang bertambah chubby, sama sekali tidak mampu ia deteksi.
“Sayang, aku tadi lihat kalau author favorit kamu baru aja buka PO buku baru. Kamu udah ikutan PO belum?” tanya Jeandra dengan iseng. Karena ia sudah kehabisan topik obrolan satu arah yang telah ia lakukan selama 2 hari belakangan, lantaran Keira selalu mengabaikan dirinya. “Hmm? Udah ikut belum?” tanyanya sekali lagi, pantang menyerah meski ia seperti orang yang tengah berbicara dengan patung. Ia lantas mengintip apa yang sedang dilakukan oleh istrinya malam itu. Ternyata Keira sedang sibuk melihat-lihat deretan baju di aplikasi online shop.
“Yang warna pink tuh, bagus. Pasti cocok banget di kamu.” Jeandra langsung berkomentar saat melihat Keira yang sedang sibuk menggeser-geser foto pakaian yang sepertinya akan segera ia pesan.
Namun, tanpa diduga, wanita itu malah kembali sibuk menggulir-gulir layar dan melihat-lihat baju yang lainnya.
Jeandra refleks mengembuskan napas panjang, yang ternyata langsung memancing Keira untuk menoleh dan berkomentar.
“Kenapa? Capek ya ngadepin istrinya?“ sindir Keira dengan nada sinis dan bersiap beranjak dari atas sofa yang sejak tadi ia duduki.
Well, sesungguhnya ia tadi sudah akan kembali mengusir pria itu atau berpindah tempat ke tempat yang lain, tapi ia sudah kepalang capek, karena sejak tadi Jeandra selalu mengikutinya ke sana-kemari. Seolah tiada henti. Sampai ia merasa capek sendiri.“Enggak ...,“ balas Jeandra dengan suara pelan. “ ... Aku cuma itu—”
“Apa?!” Keira langsung menyalak. Membuat Jeandra mengerjap. Kemudian tersenyum tipis dan memberanikan diri untuk menyentuh puncak kepala wanita itu seperti biasa. Seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
“Kok kamu jadi galak banget sih sekarang?”
Sebelum Keira kembali tersinggung dan marah atas pertanyaannya barusan, Jeandra pun segera melayangkan kalimat pujian serta rayuan.
“Jadi makin seksi. Aku suka. Gimana kalau kita ...,“ Jeandra langsung memutar otak dan berpikir dengan cepat. “ ... emm ... main sebentar?” bujuknya dengan mata berbinar-binar, seolah-olah baru menemukan cara yang paling ampuh untuk meluluhkan hati istrinya. Semoga saja bujukannya kali ini mampu membuahkan hasil yang maksimal. Apa lagi sudah sangat lama mereka berdua tidak saling bercinta. “Kata Dokter kan enggak apa-apa.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturday Night
RomanceKeira tidak menduga kalau malam acara resepsi pernikahan sang kakak malah akan membawa malapetaka bagi dirinya. Ia terjebak dalam hubungan satu malam bersama seorang pria. Celakanya lagi, pria itu sudah memiliki seorang tunangan dan mungkin tak lama...