PART 37

11.7K 960 46
                                    

Haiii, haiiiii

Udah update lagi nih, padahal blm ada 24 jam dari update-an yg kemarin

PART 37

4 hari sebelum tanggal ulang tahun suaminya, Keira memang sudah sempat memesan kue secara diam-diam. Ia bahkan bersedia untuk membayar lebih supaya kue itu nanti bisa langsung diantarkan ke rumah. Karena ia tidak bisa mengambil sendiri kue itu dari tokonya. Lantaran ulang tahunnya Jeandra bertepatan dengan hari minggu, di mana hari sabtu-nya pria itu sudah libur, dan sepertinya tidak akan pergi ke mana pun. Kalau ia izin keluar, sudah pasti pria itu akan ikut.

Jadi, di hari sabtu itu Keira sengaja mengajak Jeandra pergi berjalan-jalan sekaligus makan di luar berdua. Karena kuenya akan datang sekitar pukul 11 siang. Biar nanti Gia yang menerimanya sekaligus membayarkan sisa uang yang harus dibayar, karena ia sudah menitipkan uang pelunasan kuenya kepada Gia.

Nanti, ia akan memberikan kejutan kecil tepat di pukul 12 malam ulang tahunnya Jeandra. Dan ia akan menyuruh pria itu meniup lilin angka 29-nya di dalam kamar tidur mereka berdua. Rencananya ia juga akan memakai lingerie baru, karena ia sudah membeli lingerie khusus untuk merayakan ulang tahun pria itu.

Diam-diam Keira tampak mengulum senyum di dekat jendela mobil. Ia jadi semakin tidak sabar menantikan malam ini.

“Mas, telepon kamu tuh.” Keira menoleh, menunjuk handphone Jeandra menggunakan ujung dagu. “Geter terus dari tadi, mending dicek dulu.”

Jeandra hanya melirik benda pipih itu sekilas sebelum kembali fokus ke arah jalan. “Iya, nanti.”

“Biar aku aja ya yang ngecek?”

Tanpa menunggu jawaban dari Jeandra, Keira pun langsung meraih ponsel itu dari atas dashboard. Karena ia memang sudah cukup sering memegang serta memainkan ponsel milik suaminya itu. Bukan untuk mengecek isi chat atau mencurigai sesuatu, tapi untuk men-download dan bermain game jika ia sedang gabut.

“Nara?” gumam Keira yang mengernyit membaca nama si penelepon. “Mbak Nara nih, nelpon kamu.” Keira tampak mengulurkan ponsel itu.

“Enggak usah diangkat.”

“Kenapa?” tanya Keira, masih terus menatap ke arah wajah suaminya.

Jeandra tampak menggeleng samar. “Enggak apa-apa.”

Namun, bukannya menuruti larangan dari Jeandra barusan, Keira malah menelepon balik, karena panggilan tadi sudah berakhir. Ia bahkan menyalakan loudspeaker, supaya mereka berdua bisa mendengar apa yang akan dikatakan oleh Nara. Karena perempuan itu sudah menelepon Jeandra sebanyak 3 kali, serta mengirimkan 2 buah chat. Isi chat yang terlihat di notifikasi hanya berupa kata ‘mas’ dan ‘kamu sibuk?’, yang membuat Keira jadi penasaran, sesungguhnya perempuan itu mau apa?

Karena ini weekend, dan Jeandra bukan pria single. Jadi, seharusnya Nara sudah tahu. Jika Jeandra pasti sibuk. Sibuk dengan keluarga, alias dengan dirinya, juga calon anak mereka berdua.

Di sisi lain, Jeandra hanya mampu melirik Keira sembari menghela napas pelan. Harusnya tadi ia menonaktifkan saja ponselnya itu sebelum berangkat. Supaya mereka bisa fokus pada agenda mereka berdua, tanpa menerima telepon dari siapa-siapa. Apa lagi dari Nara. Jeandra takut kalau hal itu hanya akan menimbulkan masalah. Apa lagi ia juga tahu bagaimana perangai istrinya.

“Halo, Mas? Kamu bisa gak temuin aku di apartemen kita sebentar?“

“HAH?!” Keira langsung terperangah begitu mendengar kata ‘apartemen kita’. Karena yang ditangkap otaknya adalah Jeandra dan Nara yang tinggal bersama.

Saturday Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang