Haiii, akhirnya bisa update lagiii.
Semoga habis ini aku bisa konsisten buat update.
Oh iya, selamat hari raya idul fitri. Mohon maaf lahir & batin 🙏
Happy reading!
***
PART 18
Keira menggeram pelan sembari memasukkan ponselnya dengan gerakan yang sedikit lebih kasar. Ia sudah dibuat menunggu nyaris 2 jam lamanya, dan nomor ponselnya Jeandra masih tidak bisa dihubungi juga sampai sekarang. Seharusnya ia tadi tidak usah berharap terlalu banyak, karena hari ini omongannya Jeandra memang sedang tidak bisa dipegang, apa lagi dipercaya. Tadi pagi saja pria itu sudah melanggar janjinya, padahal kemarin malam dia sendirilah yang bersikeras untuk mengantarnya pergi, dan saat ini pria itu juga sedang tidak bisa dipercaya untuk menjemputnya dari tempat ini.
Keira lantas masuk ke dalam sebuah taksi. Taksi ini adalah taksi yang dipesannya melalui aplikasi. Sepanjang perjalanan, ia hanya memasang wajah kesal dan sesekali mengumpati Jeandra dari dalam hatinya. Pria itu benar-benar keterlaluan. Ia sudah dibuat menunggu cukup lama, dan Jeandra sama sekali tidak mengabari dirinya.
Sopir taksi yang menyadari kalau penumpangnya saat ini sedang dalam suasana hati yang kurang baik, hanya sempat melirik melalui center mirrror tanpa berkomentar sama sekali. Untungnya di dalam taksi itu tidak benar-benar terasa hening. Karena sejak tadi sang sopir taksi memang sudah menyetel lagu dalam volume sedang yang cukup mencairkan suasana di dalam taksi.
Keira baru sampai di rumah sekitar pukul 5 sore—lebih beberapa menit, dan ia tidak mendapati mobilnya Jeandra di garasi.
Keira mendadak jadi merasa khawatir. Bagaimana kalau ternyata Jeandra kecelakaan dan masuk rumah sakit?
Keira lantas bertanya kepada Gia apakah Jeandra tadi sempat mengatakan sesuatu sebelum pergi dari rumah?
Lalu Gia berkata, “Lho... bukannya tadi Den Andra pergi buat jemput Non Keira ya?”
Gia menampilkan raut wajah bingung yang terlihat sangat kentara. Keira jadi semakin merasa khawatir dan kembali men-dial nomor ponselnya Jeandra.Saat itu Keira hanya membiarkan Gia yang membantunya membawakan barang belanjaannya untuk masuk ke dalam kamar. Sedangkan dirinya masih tertahan di depan rumah dengan ponsel di salah satu telinga.
“Kamu ke mana sih, Mas?!” Keira berujar dengan nada khawatir bercampur kesal, karena Jeandra tak kunjung mengangkat panggilan telepon dari dirinya. Kalau sudah begini, siapa lagi yang harus dihubungi oleh dirinya saat ini?
Keira benar-benar hopeless dan jadi bingung sendiri. Di sisi lain ia juga turut merasa khawatir. Bagaimanapun juga, Jeandra itu adalah suaminya, dan nyaris 3 minggu belakangan ini mereka juga sudah tinggal satu rumah. Jika terjadi sesuatu kepada Jeandra, tidak mungkin ia bisa tenang dan tidak melakukan apa-apa.
Lantaran bingung harus menghubungi siapa lagi untuk dimintai pertolongan, jadi Keira pun segera men-dial nomor ponsel sang kakak. Karena hanya sosok Melisa-lah yang terlintas di dalam benaknya. Ia lantas menjabarkan kegundahan di dalam hatinya begitu sapaan sekaligus pertanyaan dari kakaknya mulai terdengar dari ujung sana.
Keira berharap, semoga saja kakaknya itu bisa membantu dirinya dan sosok Jeandra bisa ditemukan secepatnya.
***
Tepat pukul 19:32, Keira yang terus mengamati layar ponselnya, tampak segera menerima panggilan masuk yang berasal dari kontak kakaknya.
“Halo, Kak? Gimana?” Keira langsung bertanya begitu ponsel itu sudah menempel di samping telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturday Night
RomansKeira tidak menduga kalau malam acara resepsi pernikahan sang kakak malah akan membawa malapetaka bagi dirinya. Ia terjebak dalam hubungan satu malam bersama seorang pria. Celakanya lagi, pria itu sudah memiliki seorang tunangan dan mungkin tak lama...