PART 05
“Aku tahu kalau aku ceroboh, tapi ... aku sama sekali enggak ada maksud buat kayak gitu.” Wajahnya Keira tampak tertunduk. Bahunya sedikit bergetar karena isak tangisnya saat itu. Ia sudah mengatakan kalau ia ikut hadir di acara after party malam itu. Ia mabuk, lalu tidak terlalu ingat pada kejadian secara runtut. Dan saat ia sudah terbangun, ternyata dirinya sudah resmi kehilangan sesuatu.
“Maaf, kak. Aku beneran nyesel.”
Melisa lantas memeluk tubuhnya Keira, lalu mengusap punggung gadis itu agar dia tenang. Keira sedang menangis dan terlihat sangat menyesal.
Melisa tahu kalau Keira juga pasti tidak ingin terkena musibah. Apa lagi gadis itu juga sudah berusaha untuk menjalani hidupnya dengan sebaik mungkin semampu dirinya. Terbukti dari perubahan gadis itu selama hampir 2 tahun belakangan.
Keira telah banyak berubah. Bahkan gadis itu pun sudah mau bekerja, dan tidak pernah lagi meminta uang kepada dirinya ataupun ibu mereka berdua.
Keira yang sedang menangis di hadapannya Melisa saat ini bukan Keira yang nyaris 2 tahun lalu pulang ke rumah dan datang membawa utang 85 juta. Hingga ibu mereka sempat berpikir untuk menjual rumah, lalu membeli rumah yang jauh lebih kecil saja.
Keira yang ini adalah Keira yang lumayan gila kerja. Nyaris tidak pernah libur, kecuali memang sedang ada acara keluarga, ataupun pulang ke rumah saat lebaran tiba.
Keira yang ini adalah sosok yang lebih bertanggung jawab dan tidak pernah lagi berbuat seenaknya, apa lagi sampai membuat ibu mereka jadi mengelus dada.
“Kamu kenal sama orang yang tidur bareng kamu malem itu?” tanya Melisa saat Keira sudah mulai terlihat jauh lebih tenang. Bahunya sudah tidak lagi bergetar.
Keira hanya diam, dan tidak tahu harus mengatakan apa. Ia bingung sekarang. Tetapi, ia juga ingat kalau Jeandra sudah sempat mengatakan kalau dia akan bertanggung jawab. Hanya saja, bagaimana dengan Nara?
Selain mengenal sosok Jeandra, sesungguhnya Keira juga sudah mengenal sosok Dinara yang waku itu pernah diperkenalkan sebagai tunangannya Jeandra.
Keira tahu kalau kejadian di hotel malam itu pasti akan merusak segalanya. Tetapi, ia belum siap untuk menghadapi segala konsekuensi yang ada.
“Kei ...?“ Melisa tampak menyentuh kedua tangan adiknya. Sejak tadi mereka berdua memang sudah duduk dengan saling menyerong di ujung ranjang. “Bilang sama kakak sekarang, siapa—“
Kalimat Melisa terpotong karena pintu kamar tamu yang sedang diketuk, lalu suaranya Pram pun mulai terdengar di balik pintu itu.
“Mel? Kamu masih di dalem?“
Melisa yang tadinya sempat menoleh ke arah pintu, tampak kembali memandang ke arah Keira sembari menimbang-nimbang sesuatu.
Tak lama setelah itu, Melisa pun tampak kembali menoleh ke arah pintu dan segera berseru, supaya Pram tidak menunggu. “Iya, Mas! Aku di dalem!”
“Kakak enggak mungkin gak cerita sama Abang kamu,” ujar Melisa dengan suara pelan saat ia sudah kembali memandang ke arah adiknya. Karena ia memang tidak mungkin menyembunyikan tentang masalah ini kepada suaminya. Pram pasti akan marah dan tersinggung jika ia menyembunyikan sesuatu dan memilih untuk menyimpan masalahnya tanpa menceritakan tentang apa pun kepada pria itu.
“Iya, aku ngerti,“ balas Keira dengan nada lirih.
Kemudian, suaranya Pram pun mulai kembali terdengar.
“Iya, Mas! Sebentar!“ balas Melisa sebelum kembali memandang ke arah adiknya sembari menyentuh tangan gadis itu dengan pelan. “Kamu tunggu di sini dulu aja, nanti bilang ke Kakak siapa orangnya. Karena orang yang dateng ke acara after party itu kebanyakan masih sepupunya Pram, orang kantor, sama temennya lama juga. Kami pasti kenal, atau mungkin kamu masih inget mukanya gimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturday Night
RomanceKeira tidak menduga kalau malam acara resepsi pernikahan sang kakak malah akan membawa malapetaka bagi dirinya. Ia terjebak dalam hubungan satu malam bersama seorang pria. Celakanya lagi, pria itu sudah memiliki seorang tunangan dan mungkin tak lama...