PART 38

11.6K 895 11
                                    

Gaes, kalian lupa genapin 200 vote buat part 35 sama 36-nya, malah cuma fokus ke bab 33 sama 37 aja 😂😂😂

Padahal udah aku tungguin dari semalem, tapi gpp. Nih, aku update lagi. Vote-nya kesadaran diri aja

Happy reading, gaesss

***

PART 38

Benar. Se-perfect apa pun seseorang, pasti ada saja celanya. Jeandra memang baik, manis, dan sangat perhatian, serta penyayang. Tetapi, pria itu juga posesif dan cemburuan. Keira boleh memakai celana pendek dan baju crop top saat di rumah, tapi kalau lingerie dan baju tidur terusan hanya boleh dipakai di dalam kamar. Padahal di rumah mereka tidak ada pria lain selain Jeandra.

Selain itu, Keira juga boleh pergi main dengan teman-temannya. Asalkan temannya itu perempuan semua. Kalau laki-laki—atau ada laki-lakinya, Jeandra bilang jika ia tidak akan mengizinkan. Kecuali kalau dia ikut dan menemani Keira.

Untuk semua batasan itu, Keira masih bisa mengerti. Ia bahkan menganggapnya wajar. Karena ia pun sama. Ia tidak akan mengizinkan kalau seandainya Jeandra izin ingin pergi bersama seorang perempuan. Masalah Nara yang dulu pernah ia izinkan dijemput dan dibantu oleh Jeandra saat keluar dari rumah sakit, anggap saja itu pengecualian. Karena saat itu ia sedang merasa kasihan.

Dan di matanya, Jeandra tetap perfect. Suami idaman. Pantas untuk disayang. Makanya ia jatuh hati, terpesona, dan membiarkan dirinya terus terjerat. Lagi pula, perempuan waras mana yang akan menolak pria sebaik itu dan melewatkan kesempatan untuk menjadi pendamping hidupnya? Disayang, dimanja, diperhatikan, dicintai, dan lain sebagainya. Siapa yang tidak mau?

Tentu saja jawabannya bukan Keira. Karena ia mau, dan tidak akan melewatkan kesempatan semacam itu.

Sangat mudah baginya untuk jatuh cinta kepada sosok pria seperti Jeandra. Alasannya? Ya, karena itu tadi. Jeandra baik, perhatian, manis, dan sangat menyayangi dirinya.

Pria itu tahu bagaimana caranya memperlakukan seorang wanita. Hanya saja, masa lalunya ....
Tadinya Keira tidak masalah. Karena ia tahu, semua orang pasti punya masa lalu. Ia juga begitu. Tetapi, setelah mengetahui kalau pria itu memiliki apartemen dengan Nara, dan sampai sekarang perempuan itu masih menganggapnya sebagai apartemen ‘kita’, pandangannya terhadap Jeandra jadi langsung berubah. Pikirannya bahkan sibuk menerka-nerka. Apakah Jeandra masih sering bertemu dengan Nara di sana? Tapi, kenapa? Katanya tidak cinta, dan pertunangan mereka pun sudah batal.

Apa yang membuat Jeandra tetap pergi ke sana jika pria itu memang mencintai dirinya dan menyayangi calon anak mereka berdua?

Bukankah seharusnya ia saja sudah cukup kalau pria itu memang benar-benar mencintai dirinya?

Keira tampak menunduk, membiarkan air matanya terus berjatuhan. Karena ditahan pun percuma. Keinginannya untuk menangis sedang sangat besar.

Lalu, tak perlu menunggu waktu lama, pintu kamarnya pun sudah mulai diketuk dari arah luar. Dan suara Jeandra langsung terdengar. Karena pria itu tidak berhasil membuka pintu kamar.

Tadi Keira memang langsung menguncinya begitu ia masuk ke dalam.

“Kei, dengerin aku! Aku berani sumpah. Aku enggak pernah tinggal bareng sama dia.”

Keira yang sedang duduk di salah satu arm chair kamar mereka, hanya melirik pintu itu dengan kedua matanya yang basah. Ia tidak tahu bagaimana caranya membuktikan tentang kebenaran dari ucapan pria itu barusan. Bertanya pada mertuanya? Sepertinya tidak ada jaminan kalau kedua orang itu akan langsung berterus terang. Apa lagi ini juga menyangkut tentang hubungannya dengan Jeandra. Mereka pasti akan merasa serba salah.

Saturday Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang