PART 32
Pertanyaan malam itu dibuka dengan, “Mas, aku boleh nanya gak?“
Membuat Jeandra langsung merespon dengan kalimat, “Boleh, memangnya mau nanya apa?”Ada jeda sejenak. Karena Keira kembali sibuk menimbang-nimbang. Ia masih sedikit ragu apakah ia harus bertanya sekarang, atau kembali mengulur waktu. Tetapi, pada akhirnya pertanyaan itu pun tetap meluncur.
“Kalau boleh tahu, kamu dulu kenapa bisa putus sama Mbak Nara?” Keira tampak melirik Jeandra untuk memastikan bagaimana raut muka pria itu atas pertanyaannya barusan. Sepertinya aman. Tidak ada tanda-tanda kalau pria itu merasa terganggu atau apa. Sehingga ia pun meneruskan. “Kan waktu itu kamu pernah bilang, kalian putus bukan gara-gara aku. Kalau memang bukan aku, terus kenapa kalian berdua bisa putus? Apa lagi hubungan kalian juga udah sampe ke tahap yang serius.“
Helaan napas mulai terdengar dari pria itu. “Kamu mau tahu?”
Keira langsung mengangguk.
Jeandra tampak membenarkan letak selimut. Ia tidur telentang dengan pandangan sedikit menerawang. “Sebenernya aku enggak mau bahas ini,” katanya sembari menoleh ke arah Keira yang sudah siap untuk menyimak ceritanya dengan sangat baik. “Tapi, berhubung kamu nanya, jadi aku mau terbuka.“
Tadinya Keira sudah akan menghentikan Jeandra jika memang pria itu tidak mau membahas tentang masa lalunya bersama Nara, tapi begitu ia mendengar kalimat terakhir yang meluncur dari bibir pria itu barusan, ia pun jadi merasa lega dan mengurungkan niatnya.
“Awalnya kami dijodohin.”
“Oh ya?”
“Mm-mm. Makanya aku sama dia langsung tunangan. Padahal aslinya kami itu nggak terlalu deket.”
“Kok bisa sih, Mas, kamu dijodohin?”
“Ya bisa, soalnya itu tuh permintaan terakhir dari mendiang kakekku.“
Hal itu sontak saja membuat Keira langsung terkejut, hingga Jeandra terkekeh dan menggerakkan sebelah tangan untuk mengusap pelan pipi istrinya saat itu.
“Papa-nya Mama,” sambung Jeandra kemudian. “Waktu itu Kakek cuma pengen ngelihat aku tunangan sama cucu dari sahabat karibnya. Dan berhubung Kakek juga udah sakit-sakitan, aku jadi enggak tega buat nolak.“
Kali ini Keira benar-benar diam, mendengarkan.
“Terus ... Nara juga sama. Dia sama sekali enggak punya power buat nolak perjodohan di antara kami berdua. Jadi ... ya gitu, kami beneran dijodohin dan langsung tunangan. Sempet back street juga beberapa bulan, tapi akhirnya kami sepakat buat ngumumin hubungan.” Ada jeda sebentar sebelum Jeandra kembali melanjutkan. “Ini yang bikin aku nyesel sekarang, harusnya dulu itu kami tetep back street aja. Jadi, orang-orang kantor enggak perlu tahu soal hubungan aku sama Nara.“
Keira masih diam menyimak, dan sesungguhnya ia tahu kalau ada beberapa rumor tidak sedap tentang dirinya di kantor pria itu. Karena ia mendengarnya dari mulut Nelly yang tak sengaja keceplosan bicara saat—kebetulan—mereka bertemu di rumah kakaknya.
“Terus ... gimana?” tanya Keira pada akhirnya. “Kamu udah ngelanggar permintaan terakhir mendiang kakek kamu, Mas.”
“Enggak apa-apa.” Jeandra tampak tersenyum menenangkan. “Kamu jangan khawatir. Dulu sebelum pertunangan itu berlangsung, mendiang kakekku udah setuju kalau pertunangan itu boleh dibatalin seandainya salah satu pihak ada yang selingkuh, atau—”
Keira kembali dibuat terkejut. Raut wajahnya tidak bisa berbohong, yang membuat Jeandra kembali terkekeh samar dan kali ini mencubit gemas sebelah pipi wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturday Night
RomanceKeira tidak menduga kalau malam acara resepsi pernikahan sang kakak malah akan membawa malapetaka bagi dirinya. Ia terjebak dalam hubungan satu malam bersama seorang pria. Celakanya lagi, pria itu sudah memiliki seorang tunangan dan mungkin tak lama...