Selamat berbuka puasa bagi yang menjalankan 🙏
.
.
.PART 16
Jeandra langsung berguling ke arah samping—tempat semula di mana ia berbaring. Ia sengaja memunggungi Keira untuk menenangkan diri. Mungkin sebentar lagi ia akan pergi ke kamar mandi. Karena miliknya saat ini sudah berdiri, dan ia tidak mungkin memaksa Keira agar mau melayani dirinya di sini.
Sementara itu, Keira yang merasakan kalau beban di tubuhnya sudah tidak ada lagi, tampak segera menoleh dan menatap punggungnya Jeandra sambil sibuk berpikir. Ia sedang berperang dengan batinnya sendiri. Dua menit. Lima menit. Bahkan nyaris sepuluh menit. Hingga akhirnya Jeandra pun mulai beranjak dari atas tempat tidur mereka saat ini.
“Mas ... mau ke mana?” Keira memberanikan diri untuk bertanya. Suaranya pelan, namun lugas.
Jeandra sempat menoleh sekilas, tapi tidak mengatakan apa-apa dan tetap berjalan menjauh dari ranjang.
Keira segera terduduk sembari mengamati Jeandra. Ternyata pria itu hanya ingin ke kamar mandi.
Keira jadi kembali berpikir. Sibuk menimbang-nimbang sama seperti tadi. Ia ingin menyusul, tapi masih merasa ragu. Hingga ia pun hanya bisa duduk termenung. Lalu segera bangkit saat samar-samar mendengar suara percikan air dari shower. Ia melangkah sembari membenarkan tali tank top-nya, serta mengancing kembali beberapa kancing piamanya yang tadi sempat terbuka oleh Jeandra.
“Mas...” ucap Keira, tapi ia pun mengurungkan niatnya yang ingin mengetuk pintu kamar mandi, dan beralih ke handle pintu. Ternyata tidak terkunci, sehingga ia pun bisa langsung melangkah masuk.
Saat itu Keira tak sengaja membanting pintu, sampai suaranya pun sukses membuat Jeandra jadi menoleh karena merasa terkejut. Dan semakin terkejut lagi saat Keira menghampirinya ke dalam bilik shower.
“Ngapain ke sini?!“ Jeandra benar-benar kaget dan segera mematikan shower, lalu mengusap wajah sekilas sebelum meraih selembar handuk.
Keira meringis kecil dan mendadak merasa bodoh. “Aku ... aku juga enggak tahu.“
Jawaban itu kontan saja membuat Jeandra jadi mendengkus, dan ia sudah selesai menutupi bagian bawah tubuhnya dengan melilitkan selembar handuk. “Mending kamu keluar,“ ucapnya sembari mendorong pelan bahunya Keira agar segera menyingkir dari bilik shower dan meninggalkan dirinya sendirian.
“Tapi, Mas—”
“Keluar, Kei. Jangan ganggu saya,“ tekan Jeandra yang sedang tidak ingin dibantah.
Lalu, seperti biasa. Setiap kali Jeandra berbicara dengan nada suaranya yang terdengar jauh lebih tegas serta tatapan mata yang menajam secara tiba-tiba, maka Keira pun akan menciut dan sama sekali tidak berani untuk membantah. Sehingga ia pun hanya menunduk dan berjalan meninggalkan tempat itu dengan langkah pasrah. Ia sempat menoleh ke arah Jeandra, tapi sepertinya pria itu sedang sangat marah. Jadi, ia pun benar-benar meninggalkan tempat itu dan kembali menunggu di atas ranjang.
***
Keira yang sedang duduk di atas ranjang, tampak segera menatap ke arah Jeandra yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan selembar handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Sedangkan rambut pria itu tampak sedikit berantakan dan terlihat masih agak basah dengan beberapa tetes air yang turun ke bawah.
Saat itu Jeandra sempat melihat ke arah Keira sekilas, lalu melangkah ke arah lemari pakaian dan mengambil baju dengan secepat kilat.
Keira yang tadinya terus memerhatikan Jeandra, sempat memalingkan wajah saat pria itu mulai membuka handuk untuk segera memakai baju. Tetapi, otaknya malah mengingat kejadian di dalam bilik shower.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturday Night
RomanceKeira tidak menduga kalau malam acara resepsi pernikahan sang kakak malah akan membawa malapetaka bagi dirinya. Ia terjebak dalam hubungan satu malam bersama seorang pria. Celakanya lagi, pria itu sudah memiliki seorang tunangan dan mungkin tak lama...