PART 07
Tidak ada satu pun orang di indekos yang tahu kalau kini Keira sudah benar-benar resmi menikah. Mereka hanya tahu kalau gadis itu akan segera pindah dan tidak lagi tinggal di indekosnya tante Dahlia.
Saat itu Melisa dan Pram-lah yang menemui Dahlia sekaligus membantu Keira untuk mengurus semua barang-barang miliknya. Sebagian ada yang dibawa Keira ke rumahnya Jeandra, lalu sebagiannya lagi ada yang dikirim ke rumah ibu mereka, sedangkan sisanya ada juga yang akan disumbangkan karena sudah tidak lagi terpakai.
Sampai saat ini Keira masih belum bisa menerima pernikahannya, apa lagi Jeandra juga sempat mengatakan kalau pernikahan mereka akan berjalan sebagaimana mestinya. Pria itu bahkan menegaskan kalau dia tidak ingin bermain-main dengan pernikahan mereka berdua.
Keira tidak bisa membayangkan kalau ia dan Jeandra akan terikat selamanya. Tetapi, ia juga tidak memberikan banyak komentar ketika dirinya mulai disuruh untuk pindah rumah. Saat itu ia hanya diam saja, sama sekali tidak membantah. Apa lagi kakaknya juga turut mengatakan tentang hal yang serupa. Jika dirinya harus pindah ke rumahnya Jeandra, karena mereka berdua telah resmi menikah, dan tidak mungkin kalau mereka berdua tetap akan tinggal secara terpisah.
“Kamu baik-baik ya sama Pak Jeje.” Melisa tampak mengusap pelan kepala sang adik, karena ia sudah akan bergegas pergi. Sedangkan Keira hanya diam saja—terlihat kurang tertarik untuk menanggapi. “Terus jangan terlalu sering keluar malem-malem lagi. Kalau bisa, nurut apa kata suami.”
“Kamu denger kakak kan, Kei?” tanya Melisa sekali lagi. Karena Keira sama sekali tidak menanggapi.
“Hmm... denger kok.“
“Ya udah, kalau gitu kakak pulang dulu.“
Keira ingin sekali menahan kakaknya atau meminta untuk ikut pulang bersama sang kakak. Tetapi, ia tidak mungkin melakukannya. Apa lagi masih ada sosok Arum yang sedang mengobrol dengan Pram di atas sofa ruang tengah. Karena sejak tadi wanita paruh baya itu memang sudah ada di sini—mungkin ikut mengontrol kepindahan dirinya ke rumah ini.
Setelah kepergian Melisa dan Pram, kini Keira pun hanya berduaan saja bersama Arum yang masih belum pulang. Sedangkan Jeandra sudah izin untuk mandi setelah ikut bantu-bantu sekaligus menata beberapa furniture baru di dalam kamar. Karena sekarang kamarnya itu sudah akan ditempati juga oleh Keira, dan Keira sama sekali tidak menduga kalau Jeandra memiliki inisiatif sendiri untuk membelikannya meja rias.
Awalnya kamar utama itu hanya berisi karpet bulu, ranjang, 1 buah nakas, lemari dua pintu, dan 3 tingkat ambalan di tembok yang dihiasi oleh beberapa buku serta miniatur keramik dan beberapa hiasan dari kristal.
Namun, kini kamar itu sudah benar-benar terisi dan ditata ulang dengan sedemikian rupa, sehingga terlihat jauh lebih hidup dan lebih ramai. Ada ranjang besar di tengah-tengah ruangan dengan karpet bulu di bagian bawahnya, nakas di bagian kanan-kiri yang dilengkapi lampu tidur dari kristal yang terlihat sangat cantik, meja rias, lemari baru yang jauh lebih lebar, serta satu set kursi yang dilengkapi dengan sebuah meja bundar. Sementara 3 tingkat ambalan di salah satu dinding sama sekali tidak berubah.
Tak lama berselang, Arum sudah pamit pulang dengan dijemput oleh sopir suaminya. Wanita paruh baya itu juga sempat berpesan, “Kalian berdua yang akur ya. Jangan bertengkar. Kalau ada masalah, cepet-cepet diomongin berdua.”
Lalu, tinggal-lah Keira dan Jeandra yang hanya berduaan saja di dalam rumah. Sebenarnya bertiga bersama Gia—asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh Jeandra untuk mengurus rumah sekaligus dipercayanya untuk tinggal di rumah itu sendirian. Karena sebelumnya Jeandra memang jarang pulang dan lebih sering pulang ke rumah orang tuanya. Tetapi, Gia tadi pamit izin untuk pergi ke mini market sebentar. Karena ada beberapa kebutuhan di dapur yang harus segera dibeli oleh dirinya.
Keira lantas masuk ke dalam kamar—membiarkan Jeandra dan sama sekali tidak menegurnya. Ia belum sempat memindahkan semua pakaian miliknya, karena ia tadi baru sempat memasukkan setengahnya ke dalam lemari pakaian. Sedangkan sepatu serta tasnya sama sekali belum sempat dibongkar. Keira bahkan bingung harus menyimpan tas dan sepatunya itu di mana. Karena tidak mungkin juga ia harus menyimpannya di dalam lemari pakaian. Tetapi, bisa saja ia menyimpannya di bagian bawah baju yang tergantung agar tidak terlalu memakan tempat.
Keira akan mempertimbangkannya nanti saat ia sudah selesai membereskan semua baju-bajunya yang ternyata lumayan banyak. Pantas saja dulu kakaknya sempat mengeluh karena pakaiannya yang memakan banyak tempat dan semakin membuat kamar kos mereka jadi lebih sesak. Untung saja saat itu keduanya masih tetap betah untuk tinggal di sana.
Setelah selesai membereskan semua baju-baju miliknya, akhirnya Keira pun memutuskan untuk segera mandi agar bisa segera berganti pakaian. Karena pakaiannya saat ini sudah lumayan tidak enak untuk digunakan. Apa lagi ia juga sempat mengosongkan kamar kosnya dan ikut membereskan semua barang-barang yang ada di sana.
Saat itu Keira sama sekali tidak berpikir untuk turut membawa baju gantinya ke dalam kamar mandi, sehingga ia pun merasa sangat terkejut begitu keluar dari kamar mandi—hanya dengan mengenakan selembar handuk—dan mendapati Jeandra yang baru saja membuka pintu.
“Kenapa pintunya gak diketuk dulu sih, Mas?!“ Keira langsung mendelik kesal sembari memegangi belitan handuk yang ada di bagian depan dadanya. Karena ia tidak ingin kalau sampai handuk itu melorot secara tiba-tiba, lalu Jeandra akan melihat tontonan gratis dari dirinya. Demi apa pun, ia masih merasa tidak rela.
Jeandra yang sudah menutup kembali pintu kamar, tampai menaikkan sebelah alisnya menatap Keira. “Ini kan kamar saya, jadi saya rasa saya bisa bebas mau masuk kapan aja.”
Keira kontan mendengkus kesal begitu mendengarnya. “Tapi kan sekarang udah ada saya. Jadi, mas-nya udah enggak bisa lagi berbuat seenaknya.“
Jeandra malah tersenyum kecil, sedikit merasa geli dengan panggilan ‘mas-nya’ yang masih saja digunakan oleh Keira. Sedangkan Keira masih berdiri di tempatnya sekarang, tapi dengan wajah berkerut percampuran antara rasa kesal dan bingung dengan tingkah lakunya Jeandra yang sedang tersenyum seperti barusan.
“Ya udah, sorry.” Akhirnya, Jeandra pun memilih untuk mengalah. “Lain kali saya bakalan ketuk pintu dulu sebelum masuk.“
Keira yang mendengarnya, tampak tidak memberikan tanggapan apa pun. Tetapi, ia sedang menunggu, menunggu Jeandra untuk segera keluar karena ia ingin mengambil baju sekaligus memakainya di situ. Hanya saja, Jeandra tak kunjung keluar yang membuat Keira akhirnya bertanya—masih dengan rasa kesal meski tidak terlalu kentara. “Terus ini mas-nya ngapain masih di sini?”
“Memangnya kenapa?“ tanya Jeandra yang mulai sedikit menolehkan kepalanya. “Kan ini kamar saya juga.”
Keira langsung membuang napas dengan agak kasar. Tetapi, ia sedang malas untuk berdebat. Jadi, ia pun segera melangkah ke arah lemari pakaian, lalu menarik baju piamanya dari lipatan teratas, serta mengambil pakaian dalamnya dari laci yang ada di bagian bawah. Ia berharap semoga saja Jeandra tidak memedulikan apa yang tengah ia lakukan. Karena ia tidak ingin kalau sampai bentuk pakaian dalam miliknya dilihat oleh orang lain, meskipun orang itu telah resmi menjadi suaminya. Ingat, pernikahan ini bukan pernikahan yang diinginkan oleh dirinya. Ia terpaksa menerimanya karena nyaris semua orang mengatakan kalau pernikahan inilah yang terbaik untuk dirinya. Kalau dipikir-pikir, kenapa kemarin itu ia tidak memberontak saja. Atau kabur seperti dulu hingga kakaknya harus melapor ke polisi saat ia sengaja menghilang tanpa kabar.
Lalu, tanpa mengatakan apa-apa lagi, Keira pun cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi. Ia bahkan tidak memedulikan sosok Jeandra yang sepertinya sedang mencari sesuatu di laci nakas. Karena dari ujung matanya—kalau ia tidak salah lihat—pria itu tampak sedang berjongkok di sana dan mencari sesuatu entah apa.
Kemudian, tanpa diduga, saat Keira sudah selesai memakai baju dan sedang menjemur handuknya di sebuah jemuran handuk stainless yang terdapat di dalam ruangan itu, ia malah ingin pipis hingga akhirnya ia pun mendapati sesuatu. Sial. Kenapa ia baru mens hari ini? Di saat dirinya sudah menikah dengan Jeandra selama tiga hari dan orang-orang beranggapan kalau dirinya pasti sedang hamil.
Rasanya Keira ingin sekali berteriak dan memutar waktu supaya dirinya tidak perlu menikah. Kalau sudah seperti ini, bukankah pernikahan kemarin itu terasa sangat sia-sia?
*****
😂😂😂
Minggu, 26 Maret 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturday Night
RomanceKeira tidak menduga kalau malam acara resepsi pernikahan sang kakak malah akan membawa malapetaka bagi dirinya. Ia terjebak dalam hubungan satu malam bersama seorang pria. Celakanya lagi, pria itu sudah memiliki seorang tunangan dan mungkin tak lama...