Hai, guys!
Sebelumnya, aku mau minta maaf ya karena udah lama gak update. Trus minta maaf juga kalau tulisanku jadi kerasa kaku, soalnya udah lama banget gak nulis secara rutin sejak bulan puasa kemarin. Tapi, aku usaha buat tetep lanjutin cerita ini dan balik nulis lagi.
Btw, happy reading!
***
PART 19
Keira tampak mengatur napasnya yang masih sedikit terengah-engah, sementara kedua tangannya sedang meremas bed cover yang ada di depan dada, lalu ia pun menoleh sedikit ke arah Jeandra. Tak jauh berbeda dengan dirinya, pria itu juga terlihat sedang mengatur napas, tapi dengan kedua mata terpejam. Wajahnya terlihat sangat puas.
Setelah berpikir sebentar, akhirnya Keira pun segera mengetes dengan cara memanggilnya, “Mas?“
“Emm?”
“Udah mau tidur ya?” tebak Keira yang membuat Jeandra langsung terkekeh pelan dan membuka mata.
“Enggak kok, cuma merem aja.“ Jeandra segera menarik Keira dan memeluk tubuhnya, sama sekali tidak merasa terganggu dengan ketelanjangan mereka di dalam selimut tebal. Sedangkan Keira langsung terkesiap pelan, lalu mencoba untuk menjauhkan dirinya—kembali memberi jarak, meskipun hal itu berakhir dengan sebuah kegagalan. Karena Jeandra tetap berhasil memeluk dirinya, kemudian membenarkan letak selimut yang sempat melorot ke arah bawah.
Setelah itu, Jeandra kembali memejamkan mata.
Ada jeda beberapa saat sebelum Keira kembali membuka suara. “So ... kamu tadi siang pergi ke mana?“ tanya Keira sembari mendongak, karena sebelum mereka bercinta tadi, Jeandra sudah sempat berjanji untuk menjelaskan tentang hal ini. Dan berhubung urusan ranjang mereka sudah selesai, jadi tidak ada salahnya kan kalau Keira langsung menagih janjinya itu sekarang?
Jeandra tampak membuka mata sekaligus membalas tatapan matanya Keira. “Tapi janji ya kamu jangan marah?”
Keira yang mendengar hal itu, kontan saja menerka-nerka dan langsung merasa curiga. Instingnya langsung bekerja. Ia pun mulai menyipit tajam sembari melayangkan sebuah tuduhan. “Kamu enggak macem-macem, ‘kan?“
Kemudian, perempuan itu juga melanjutkan. “Jangan sampe aku nyesel ya karena udah ngasih kamu jatah. Tahu gini—”
“Ssttt....“ tahan Jeandra sembari menutup mulutnya Keira menggunakan sebelah telapak tangan. Ia tidak ingin mendengar kalau perempuan itu menyesal. “Aku enggak macem-macem kok, beneran. Tadi itu aku cuma bantuin Nara—”
“Cuma kamu bilang?!” Keira nyaris terperangah begitu mendengarnya. Ia sudah siap untuk marah-marah, tapi Jeandra sudah lebih dulu meneruskan ucapannya.
“Ke rumah sakit, Kei. Dia jatuh di kamar mandi.“
Kedua bola matanya Keira masih berkobar saat gadis itu bertanya, “Memangnya enggak ada orang lain yang bisa dimintai pertolongan?“
“Enggak ada. Kan dia tinggal di apartemen sendirian.“ Jeandra tampak membalas dengan penuh pengertian.
Keira hanya mendengkus kencang, lalu menggebuk dadanya Jeandra dengan penuh perasaan. Hingga pria itu pun langsung mengaduh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturday Night
RomanceKeira tidak menduga kalau malam acara resepsi pernikahan sang kakak malah akan membawa malapetaka bagi dirinya. Ia terjebak dalam hubungan satu malam bersama seorang pria. Celakanya lagi, pria itu sudah memiliki seorang tunangan dan mungkin tak lama...