PART 10

19.6K 1.2K 5
                                    

Saran aku, selama bulan puasa ini kalian baca ceritanya pas udah malem aja. Meskipun di bab ini masih belum ada mature content-nya

***

PART 10

Seharian ini Keira sama sekali tidak mengerjakan pekerjaan rumah, karena semuanya telah dikerjakan oleh Gia, dan wanita itu pun tidak ingin dibantu oleh dirinya. Sehingga ia pun hanya mengisi waktu luangnya dengan merawat diri, seperti bersantai sambil memakai masker, lalu tidur siang sebentar, dan dilanjut dengan memakai lulur sekaligus berendam. Ia bahkan lupa untuk bertanya kepada kakaknya apakah hari ini Jeandra terlihat sedang menghabiskan waktu makan siangnya bersama sosok Dinara atau tidak. Padahal semalam ia sempat berpikir untuk memata-matai Jeandra melalui kakaknya. Tetapi, hari ini aksi memata-matai itu sama sekali tidak dilakukan oleh dirinya. Karena ia tidak peduli dan hanya ingin menghabiskan waktunya di rumah tanpa menambah beban pikiran. Lebih baik ia memanfaatkan waktunya itu dengan sebaik mungkin selama berada di dalam rumah. Apa lagi biasanya ia juga hanya sempat memakai masker kecantikan saat malam telah tiba. Karena dari pagi hingga sore waktunya hanya dihabiskan di tempat kerja. Begitu pula dengan weekend. Ia nyaris tidak memiliki waktu luang untuk dirinya sendiri.

Dan saat ini Keira sudah selesai mandi, ia memutuskan untuk tidak memakai piama, melainkan celana training bewarna hitam yang dipadukan dengan baju kaus berlengan pendek model crop top yang terlihat agak ketat. Tetapi, baju itu tidak terlalu mengekspos bagian perutnya.

Keira lantas menyalakan hair dryer untuk mengeringkan rambutnya. Saat itu ia duduk di hadapan cermin meja rias sembari mengamati wajahnya yang terlihat lebih glowing dan segar. Pasti ini adalah efek dari masker yang dipakainya tadi siang. Dan jika ia kembali rutin untuk memakainya, mungkin wajahnya akan jauh lebih cantik dan semakin enak untuk dipandang.

Tanpa sadar, Keira pun mulai tersenyum kecil dan segera mematikan hair dryer di tangan kanannya. Ia sempat bersisir sebentar sebelum berdiri dari kursi meja rias dan berjalan keluar dari kamar.

Entah apa yang akan ia lakukan selanjutnya, tapi Keira tetap menuruni anak tangga, lalu tak sengaja melihat sosok Jeandra yang baru saja berjalan ke arah tangga sembari menunduk memainkan ponsel di tangan.

“Lho? Kok udah pulang?“ tanya Keira dengan nada heran. Hal itu kontan saja membuat Jeandra jadi menaikkan pandangan matanya dan menatap ke arah Keira yang terlihat cantik meskipun tanpa riasan di wajah.

“Memangnya kenapa?“ tanya Jeandra tak lama kemudian setelah ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

“Ya ... enggak apa-apa.“ Padahal, Keira sangat berharap jika Jeandra akan lembur dan pulang larut malam. Supaya mereka berdua tidak perlu bertemu, dan ia sudah tidur nyenyak saat pria itu sampai rumah.

Jeandra lantas menyipitkan matanya ke arah Keira. Sedangkan Keira sudah menatap ke arah lain—menghindari tatapan mata dari pria itu agar dirinya tidak ketahuan. Ia tidak ingin Jeandra menyadari kalau dirinya mempunyai keinginan supaya pria itu pulang malam.

Namun, Jeandra memilih untuk menyudahinya tanpa bertanya lebih lanjut kepada Keira. Kemudian, ia pun memandang penampilan perempuan itu dari ujung kaki sampai ujung kepala. Sebenarnya sejak tadi hidungnya sudah bisa mencium aroma wangi yang sepertinya berasal dari tubuh istrinya. Dan aroma itu terasa sangat menggelitik, hingga ia pun ingin sekali mendekap tubuh perempuan itu sekaligus memenjarakan tubuhnya di tembok. Karena demi apa pun, keberadaan Keira di sini benar-benar menguji dirinya. Apa lagi dengan status mereka yang sudah sah untuk melakukan apa saja.

Jeandra lantas berdeham samar dan menanyakan di mana keberadaannya Gia.

“Enggak tahu deh Bibi ke mana.“ Keira tampak mengangkat bahunya dengan ringan. “Mungkin lagi di dapur atau di kamarnya.“ Tetapi, ia pun langsung teringat akan satu hal. “Kenapa? Mau diambilin sesuatu, atau ....”

“Minta Bibi buat bikinin teh buat saya,” sahut Jeandra kepada Keira. “Saya mau mandi dulu, gerah.“

Setelah itu, Jeandra pun langsung berlalu menuju ke arah lantai dua. Dan Keira sempat mengamati langkah kaki pria itu sekilas, kemudian melangkah ke arah dapur untuk segera menemui Gia.

***

Keira tampak mengamati Gia yang sedang membuatkan teh untuk Jeandra. Ternyata gulanya hanya satu sendok teh saja. Karena Jeandra tidak terlalu menyukai minuman ataupun makanan yang terlalu manis di lidah. Dan menurut informasi yang diberikan oleh wanita paruh baya itu kepada dirinya, Keira jadi tahu kalau Jeandra selalu meminum secangkir kopi di pagi hari serta secangkir teh di sore hari, dan teh itu pun harus sudah siap saat pria itu sudah selesai mandi. Tetapi, jika sedang lembur dan pulang malam, biasanya Jeandra jarang sekali meminta untuk dibuatkan teh seperti biasa. Karena itulah, biasanya Gia selalu menunggu perintah untuk membuatkan teh atau tidak. Apa lagi jam pulang kerjanya Jeandra kadang tidak terduga, dan pria itu pun kadang pulang ke rumah ini tanpa aba-aba.

“Terus biasanya tehnya ini dibawa ke dalem kamar, atau enggak?” tanya Keira saat Gia sudah mulai menuangkan air panas ke dalam cangkir teh milik Jeandra. Tadi wanita itu juga turut menawari teh untuk dirinya, tapi ia menolak.

Gia tampak menggelengkan kepalanya sembari menjawab, “Enggak, Non. Biasanya cuma Bibi taruh di meja makan aja. Nanti habis mandi, Den Andra sendiri yang bakalan minum di atas meja.“

Keira hanya mengangguk mengerti, dan tidak jadi menawarkan dirinya untuk mengantarkan teh itu ke dalam kamar. Ia lantas pamit pergi ke depan. Sesungguhnya ia bingung harus melakukan apa. Tetapi, sepertinya ia bisa menikmati sisa sore ini dengan duduk-duduk sebentar di kursi teras.

Keira lantas membuka pintu depan, dan mulai mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana. Ia duduk sendirian di kursi teras sembari berselancar di media sosial.

Selama hampir satu bulan terakhir, ia sama sekali tidak membuat postingan terbaru di sana, termasuk postingan tentang pernikahannya yang dilakukan secara diam-diam. Tetapi, RT setempat sudah mengetahui siapa dirinya. Sehingga ia pun tidak perlu merasa takut untuk menjadi gunjingan saat dirinya muncul dari dalam rumah ini dan duduk di kursi teras.

Keira yakin kalau beberapa tetangga yang tinggal di sekitar sini sudah mengetahui jika sekarang Jeandra sudah resmi menikah. Lagi pula, Jeandra juga jarang pulang ke sini, jadi rasanya wajar kalau Jeandra tidak mengundang para tetangga.

“Ngapain?”

Keira yang mendengar suara teguran dari Jeandra barusan, sempat menoleh sekilas sebelum menjawab dan kembali sibuk dengan layar ponselnya yang sedang menampilkan ruang obrolan bersama seseorang. “Kayak yang Mas lihat, saya lagi ngapain.”

Kedua matanya Jeandra sempat memicing. Kemudian, ia pun mulai mendekati Keira yang sedang sibuk mengetik. “Chatting-an sama siapa?” tanyanya dengan suara rendah.

“Kepo,” jawab Keira sembari menyembunyikan layar handphone-nya dari Jeandra, karena pria itu baru saja mendekati dirinya dan sepertinya ingin mengintip isi ruang obrolan yang tadi sempat ia buka.

Jeandra yang melihatnya, tampak langsung menyipitkan mata—merasa curiga. “Pasti chatting-an sama cowok ya?”

Keira yang sudah menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana, kini mulai mendongak ke arah Jeandra yang masih berdiri di dekat dirinya. “Memangnya kenapa?” tanyanya dengan nada santai, yang membuat Jeandra langsung bereaksi dengan sangat cepat. “Jadi, bener? Chatting-an sama cowok?”

“Bener atau enggak, itu kan urusan aku, Mas. Mas-nya enggak boleh ngelarang. Aku juga perlu berinteraksi sama beberapa orang.”

Jeandra tidak membalas, tapi pria itu tampak membuang muka dan langsung mengembuskan napas kasar. Sedangkan Keira hanya mengernyit mengamatinya.

******

Thanks for reading^^

Selasa, 28 Maret 2023

Saturday Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang