PART 21

17.5K 1K 21
                                    

Berharap bisa fast update kayak sebelum bulan puasa kemarin, soalnya takut banget kalo ide di kepalaku keburu 'basi' dan aku keburu males banget bangettt buat ngelanjutin cerita ini 😅

Btw, happy reading!

.
.
.

PART 21

Sesuai perkiraannya. Keira turun dari taksi sembari menatap jam yang melingkar di tangan kiri. Ia tidak telat, dan tidak terlalu cepat. Karena Jeandra sudah memberitahunya agar datang ke cafe seberang kantor sekitar pukul 12 lewat 10 menitan.

Keira lantas berjalan masuk. Siang itu ia mengenakan midi dress polos yang dipadukan dengan maelie jimmy choo berwarna putih—kado dari ibu mertuanya—yang baru pertama kali ia pakai. Meskipun ia pernah beberapa kali mencoba sepatu itu di rumah. Tetapi, baru kali ini ia benar-benar memakainya.

Begitu sampai di dalam, Keira pun langsung mendekati seorang waiter dan menanyakan tentang keberadaan meja yang sebelumnya sudah sempat dipesan atas nama suaminya. Karena suaminya itu tidak ingin membuatnya bingung mencari meja, apa lagi ini juga sudah memasuki jam rawan, di mana cafe, restoran, maupun tempat makan lainnya akan dipadati oleh para pengunjung yang datang.

Sementara itu, waiter yang diajaknya bicara tadi tampak menunduk mengamati notes di tangan sebelum membantu Keira untuk sampai di sebuah meja yang sudah dipesan. Setelah itu, Keira pun mengucapkan terima kasih dan segera duduk di salah satu kursi yang tersedia.

Keduanya berbincang sebentar, lalu waiter itu pun pamit pergi untuk langsung menghidangkan makanan. Karena saat memesan meja, sepasang suami-istri itu juga sudah turut memesan menu makan siang untuk mereka berdua.

Keira lantas memindahkan tas di atas pangkuannya ke atas kursi yang ada di sebelah setelah ia menarik ponselnya dari dalam sana. Karena sosok Jeandra belum juga menunjukkan batang hidungnya.

Saat itu Keira langsung men-dial nomor ponsel suaminya. Namun, saat panggilan itu diangkat, ia malah mendengar suara pria itu tak jauh dari sana. Persis seperti apa yang dikatakan oleh Jeandra di sambungan telepon mereka berdua. Keira sontak menolehkan kepala sembari tertawa, masih dengan ponsel di sebelah telinga. Kemudian memutuskan panggilan itu begitu saja, karena sosok Jeandra sudah terlihat dan tinggal beberapa langkah lagi sebelum sampai di meja.

“Ngapain mesti diangkat sih?” tanya Keira dengan dengus geli, lalu lanjut mengomel. “Ngabisin pulsa aja, kan sayang pulsanya.”

“Ya udah, nanti aku ganti.“ Jeandra menyahut santai sembari mengusap kepalanya Keira dengan sisa tawa di bibir. “Udah lama?” tanyanya pada sang istri, yang membuat wanita itu mendongak, dan menatap wajahnya sebelum menjawab.

“Enggak kok, aku baru dateng. Makanannya juga baru mau dianter.”

Jeandra manggut-manggut, sempat mencuri satu kecupan di kening sang istri sebelum mengambil tempat duduk. Sedangkan Keira yang terkejut, tampak langsung menatap ke sembarangan arah, lalu berdeham seraya mengusap dahinya dengan pandangan tertunduk ke arah bawah.

Jeandra yang melihatnya, tampak mengulum senyum sebelum berujar, “Gak usah malu, suami-istri tuh memang begitu.”

“Tahu dari mana?” tanya Keira dengan cepat. Tak lupa menarik sebelah telapak tangannya dari jidat, serta memandang ke arah Jeandra yang duduk di seberang meja. “Kamu aja belum punya pengalaman.”

“Belum punya pengalaman, bukan berarti enggak punya pengetahuan,“ sahut Jeandra dengan nada santai, yang membuat Keira langsung mendengkus samar, lalu bersiap untuk membuka mulut dan kembali berbicara. Tetapi, sebelum kalimatnya mengudara, seorang waitress sudah lebih dulu menyapa dan menyajikan hidangan di atas meja.

Saturday Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang